Kamis, 05 Agustus 2021

HIDUP KEBERAGAMAAN ORANG KRISTEN

 



HIDUP KEBERAGAMAAN ORANG KRISTEN

 

Di Indonesia masih banyak orang Kristen menilai hidup keberagamaan itu hanya dari aspek kehidupan beribadah yang bersifat ritual dan juga kerajinan untuk mematuhi aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh gereja itu seperti memberi  dukungan dan kontibusi yang bersifat material untuk keperluan pelayanan-pelayanan di rumah ibadah yang digiatkan oleh gereja. Artinya, siapa yang tekun beribadah di rumah-rumah ibadah atau tempat-tempat ibadah, atau siapa yang aktif untuk membantu dan mengikuti berbagai bentuk pelayanan yang digiatkan oleh gereja itulah orang yang dianggap telah sungguh-sungguh menjalankan hidup keberagamaannya sebagai orang Kristen. Sedangkan orang yang tidak tekun beribadah dan mengikuti kegiatan gereja tidak  lagi dianggap sebagai orang yang baik menjalankan hidup keberagamaannya. Karena hidup beragama yang baik itu cenderung dinilai hanya dari sudut ketekunan menjalankan ibadah atau kegiatan gereja maka banyak orang Kristen Indonesia yang pada umumnya masih tekun mengikuti ibadah-ibadah di gereja, dianggap sebagai orang Kristen yang masih menjalankan hidup keagamaannya itu dengan baik, dibandingkan dengan orang-orang Kristen di negeri lain. Pandangan seperti itu juga dianut oleh masyarakat Indonesia yang beragama lain, sehingga dengan demikian masyarakat Indonesia yang secara umum masih tekun menjalankan ibadah-ibadah ritual dianggap sebagai masyarakat yang beragama atau religius, walaupun aspek yang lain dari hidup keberagamaan itu sering diabaikan. Sedangkan orang lain yang tidak tekun lagi menjalankan ibadah dianggap sebagai orang yang tidak beragama. Misalnya orang-orang Indonesia sering menilai orang-orang Eropa yang sudah banyak mengabaikan ibadah-ibadah di rumah ibadah bukan lagi orang beragama yang baik. Apalagi semakin banyak diketahui bahwa orang-orang Kristen Eropa itu sudah banyak yang tidak berminat lagi mengunjungi gereja untuk mengikuti ibadah-ibadah minggu dan ibadah-ibadah lain,  yang membuat banyak gereja yang besar di sana menjadi kosong dan bahkan katanya dialih fungsikan untuk tempat-tempat bisnis, sehingga mereka dianggap tidak lagi orang  yang beragama.

Tetapi banyak juga orang-orang Kristen di dunia ini diketahui, termasuk juga orang-orang Kristen di dunia Eropa yang memang menunjukkan hidup keberagamaannya sebagai orang-orang Kristen bukan dengan melalui ibadah-ibadah ritual, tetapi dengan cara yang lain misalnya dengan melakukan kasih kemanusiaan seperti membantu orang-orang yang mengalami kesusahan karena kemiskinan, keterbelanganan, penyakit, bencana, dll, tanpa membedakan latar-belakang keagaman dan kebangsaan. Misalnya ketika terjadi bencana tsunami besar di Aceh dan daerah  lain di Indonesia beberapa tahun yang lalu, yang pada umumnya yang tertimpa bencana itu adalah orang-orang yang beragama non-Kristen, banyak orang Eropa yang masih diketahui sebagai penganut agama Kristen yang datang mengulurkan tangannya untuk membantu, dengan memberi bantuan yang mereka butuhkan. Tentu itu dilakukan dengan dorongan kasih kepada sesama manusia yang sudah tertanam dalam diri mereka oleh pengajaran Kristen yang mereka terima. Salah satu pokok pengajaran Yesus kepada murid-murid-Nya, yang juga merupakan pokok pengajaran Allah Yahwe kepada umat Israel di Perjanjian Lama adalah mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri (Mat.22: 39; Imamat 19: 18).

Ada juga menjalankan hidup kekristenan itu dengan cara mempraktekkan kehidupan yang baik di lingkungan pekerjaannya, yakni kehidupan yang jujur dan bertangung- jawab, atau dengan menjunjung nilai- nilai keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, sebagai cerminan dari nilai dan norma kehidupan yang baik sebagai  Kristen. Sebagai umat Allah, kepada orang-orang Kristen sejak awal telah diajarkan bahwa manusia diciptakan oleh Allah sebagai gambar-Nya (imago Dei) (Kejadian 2: 26 ff), yang berarti dialah sebagai wakil Allah di dunia ini untuk meneruskan pekerjaan pemeliharaan Allah atas dunia ciptaan Allah, termasuk pemeliharaan Allah atas bangsa-bangsa supaya bisa hidup dalam damai sejahtera, yang hidup berkeadilan sebagaimana diharapkan oleh Allah. Sejalan dengan  pemahaman itu, bagi orang-orang Kristen sejak awal juga telah diajarkan bahwa manusia sebagai gambar Allah mempunyai harkat yang sama dalam pandangan Allah, yang karna itu semua harus saling menghormati satu sama lain, tidak boleh saling merendahkan, atau bahkan menghina. Karena manusia diciptakan sebagai gambar Allah, maka menghina sesama manusia itu berarti menghina Allah sendiri.    Dengan mempraktekkan hehidupan seperti itu maka orang Kristen  dituntut  ikut aktif membangun bangsa dan negaranya menjadi bangsa dan negara yang maju. Banyak orang berpendapat bahwa negara dan bangsa –bangsa di Eropa itu bisa menjadi bangsa dan negara yang lebih dulu maju di bandingkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini, adalah karena ditopang oleh warga dan masyarakatnya yang telah lama menghidupi nilai-nilai kekristenan yang baik, seperti dengan cara kehidupan yang mau tekun bekerja keras , jujur, penuh tanggung-jawab atas tugas pekerjaan yang diemban, dan tetap menjungjung tinggi nilai-nilai keadilan, dan kemanusiaan dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

Memang kalau dikaji makna kehidupan beragama, ibadah pada dasarnya hanyalah salah satu aspek dari kehidupan beragama itu sendiri. Itu hanya sebagai usaha untuk menjalin hubungan yang baik dengan Allah yang dipercayai dan disembah, dengan menjalin persekutuan dengan Allah dan sekaligus menjalin persekutuan dengan sesama umat yang percaya kepada Allah. Melalui ibadah Allah dipuji dan disembah, sekaligus Firman-Nya didengar untuk dipedomani. Tetapi masih banyak lagi tuntutan yang lain yang harus dilakukan dalam hidup ini sebagai refleksi dari hubungan yang baik kepada Tuhan Allah, yaitu hubungan kepada sesama dan lingkungan hidup. Maka tidak benar kalau ada yang mengatakan bahwa hubungannya kepada Allah sudah baik hanya karena dia sudah rajin beribadah, rajin berdoa kepada Tuhan, tetapi mengabaikan hubungan yang baik kepada sesama manusia dan lingkungan hidupnya.

Dalam kekristenan memang  diajarkan bahwa cara untuk menghayati hidup keberagamaan nampak dalam usaha untuk menjalankan “tri tugas panggilan” dari Tuhan, yakni hidup berkoinonia ( bersekutu), hidup bermarturia ( bersaksi akan  imannya) dan hidup berdiakonia ( melakukan pelayanan kepada sesama manusia). Semuanya harus dilakukan dalam satu kesatuan, tidak bisa dipisah-pisah, dan tidak satupun dari antaranya yang dianggap lebih penting atau lebih diprioritaskan dari pada yang lain. Ibadah yang merupakan bagian dari hidup berkoinonia menjalin persekutuan yang erat dengan Allah dan sesama orang percaya. Dengan melakukan ibadah yang baik, seseorang bisa akan semakin mengenal Allah, semakin mempercayainya, sekaligus semakin merasakan kedekatan dengan sesama orang percaya khususnya dan sesama manusia pada umumnya.  

Hidup marturia ditunjukkan dalam perilaku yang baik seperti perilaku yang diajarkan dan ditunjukkan Jesus Kristus, yakni: rendah hati, penuh kasih, suka menolong, jujur, hidup dalam kebenaran dan keadilan, memelihara kedamaian dan kerukunan terhadap semua orang, tanpa ada rasa benci dan dendam. Itulah inti dari pengajaran Yesus dan inti dari berita Injil itu. Melalui perilaku yang baik inilah Kristus disaksikan atau diberitakan dalam hidupnya kepada sesama manusia. Sehingga melalui perilaku yang baik itu, Yesus Kristus bisa dikenal dan bahkan juga dipercaya orang lain dan diterima sebagai Juru Selamatnya.

Para sejarawan telah mencatat, bahwa dalam sejarah kekristenan banyak orang yang tertarik kepada kekristenan dan akhirnya menjadi pengikut Kristus hanya karena melihat perilaku yang baik dari orang-orang Kristen itu. Misalnya ketika terjadi wabah Antonine ( diduga campak atau cacar) di kekaisaran Romawi sekitar tahun 165-180 M, yang membunuh hampir seperempat penduduk kekaisaran pada waktu itu, ternyata telah mendorong penyebaran kekristenan pada waktu itu. Ini disebabkan kepedulian komunitas kristen yang memperhatikan orang-orang sakit dan menawarkan pengajaran bahwa wabah yang terjadi bukanlah karena dewa-dewi yang tiba-tiba mengamuk, melainkan produk dari kerusakan ciptaan Allah karena dosa manusia yang memberontak kepada Allah yang mengasihi. Tentu hal sepertti itu bisa juga dilakukan oleh orang-orang Kristen dewasa ini terutama ketika terjadi pandemi covid-19, yang melanda seluruh dunia. Orang-orang Kristen selain  mendoakan sesama manusia, tetapi juga perlu menunjukkan keteladanan dalam bersikap menghadapi pandemi ini, dan juga menolong orang-orang yang mengalami banyak kesusahan dan penderitaan karena  pandemi itu.

Jadi orang-orang kristen itu menyaksikan atau memberitakan Kristus tidak harus dengan menjadi penginjil yang pergi berkeliling memberitakan Injil itu kepada orag-orang yang belum menerima Injil itu,  atau menceritakan berbagai kejaiban yang dialami dalam hidupnya, tetapi terutama adalah dengan  menunjukkan  perilaku yang baik dalam  hidup mereka. Tidak semua orang kristen mempunyai kemampuan  untuk  pergi memberitakan Injil itu ke tempat-tempat yang belum terjangkau oleh berita injil itu. Ada yang terpanggil secara khusus untuk tugas seperti itu oleh Tuhan.  Tetapi orang yang terpanggil memberitakan injil secara khusus harus didukung oleh setiap orang kristen melalui doa dan dana yang dibutuhkan. Jadi menjadi saksi Kristus orang-orang Kristen bisa melalui perilaku hidup yang sesuai dengan perilaku yang diajarkan dan ditunjukkan oleh Yesus Kristus.

Kehidupan berdiakonia, dilakukan melalui berbagai pelayanan yang bersifat sosial, mulai dari kehidupan bermasyarakat yang baik kepada semua orang tanpa membedakan latar-belakang keagamaan dan kebangsaannya,  peduli dan mendukung  usaha- usaha pendidikan yang membangun manusia  agar menjadi manusia yang bisa hidup berguna dan mandiri, membangun segi-segi kesehatan manusia agar menjadi manusia yang sehat, kuat dan  berkualitas, serta membantu orang-orang yang dalam kesusahan, yang miskin, yang sakit, yang kena bencana, dll, tanpa membedakan agama atau latar belakang kesukuan atau kebangsaannya. Semuanya ini didasari atas kasih kepada sesama manusia. Seperti sudah disinggung sebelumnya, inti dari pengajaran Kristus adalah kasih. Tuhan Yesus mengajarkan, kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, segenap jiwamu , dengan segenap kekuatanmu, dan sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Mengasihi Allah dan sesama harus dilakukan secara serempak, di mana kasih kepada Allah itu nampak dari kasih kepada sesama manusia. . Karena itu dalam penyerapan hidup kasih itu kepada umat Kristen mula-mula, rasul Yohannes mengatakan adalah tidak benar apabila ada yang mengatakan bahwa dia percaya kepada Allah dan mengasihi-Nya tetapi dia tidak mengasihi sesama manusia, malah sering membencinya atau juga menyakiti dan membuat kesusahannya. Orang seperti itu disebut adalah pendusta, pendusta kepada dirinya sendiri dan pendusta kepada Allah. ( bd. 1 Yoh. 4: 20). (Pdt. Mangontang SM Panjaitan)