Makna Perayaan Paskah
Bagi Umat Kristen
Hari Raya Paskah adalah salah satu hari
raya umat Kristen yang dirayakan setiap tahun. Nama hari raya Paskah dambil
dari tradisi Yahudi yang juga dirayakan setiap
tahun. Perayaan itu dilakukan dalam waktu yang hampir bersamaan yakni sekitar tanggal 14 bulan
Nissan menurut penanggalan Yahudi ( akhir Maret atau awal April) tetapi dengan
makna yang berbeda. Bagi orang-orang Yahudi Paskah adalah pesta
yang memperingati peristiwa keluarnya umat Israel dari perhambaan Mesir, yang
dipimpin oleh Musa. Pembebasan itu dilakukan dengan mengorbankan anak domba,
yang darahnya dioleskan di setiap tiang pintu rumah orang Yahudi di Mesir, dan dagingnya
dimakan bersama roti yang tidak beragi.
Tradisi inilah yang tetap diingat oleh umat Yahudi setelah mereka berdiam di
Tanah Kanan. Bahkan Yesus sebagai orang Yahudi bersama dengan murid-uridnya juga
merayakan Paskah itu dengan memakan korban anak domba dan roti tak beragi di
sebuah rumah di Yerusalem dua hari
sebelum kematiannya.
Orang-orang
Kristen mula-mula juga merayakan Paskah
pada waktu yang bersamaan dengan Paskah Yahudi itu, tetapi dengan corak yang
berbeda. Bagi orang Yahudi, hari Paskah itu adalah suatu hari yang penuh
kegembiraan, dan suatu kesempatan bagi setiap keluarga untuk berkumpul bersama-sama sebagaimana halnya
dengan perayaan Natal bagi orang Kristen sekarang. Orang-orang Yahudi dari
perantauan juga datang berkumpul di Yerusalem dengan membawa korban
masing-masing. Akan tetapi orang-orang Kristen memulai Paskah tanggal 14 bulan
Nissan itu dengan puasa yang sungguh-sungguh mengingat penyaliban yang terjadi
bagi diri Yesus, dan baru kemudian diakhiri dengan perayaan Ekaristi yang penuh sukacita,
mengingat kebangkitan Yesus. Memang ada persamaan yakni sama-sama mempunyai makna pembebasan dari perbudakan
dengan adanya suatu korban. Bagi umat Yahudi Paskah mempunyai makna pembebasan
Israel dari perbudakan Mesir dengan anak domba sebagai korban keselamatan ,
tetapi bagi umat Kristen Paskah itu merayakan pembebasan umat manusia dari
perbudakan dosa dengan Yesus Kristus sebagai korban di kayu salib. Ke dua
perayaan Paskah itu juga mempunyai makna
perayaan atas kasih Allah yang membebaskan umatNya. Dalam Paskan Yahudi Allah
membebaskan umat Israel dari perbudakan Mesir dengan mengorbankan anak domba
yang darahnya dioleskan di tiang pintu
rumah sebagai tanda jika Allah lewat (pasakh), mereka bisa selamat dan
terhindar dari maut.
Paskah
Kristen juga merayakan kasih Allah yang membebaskan umat manusia dari
perbudakan dosa, dengan Yesus Kristus sendiri sebagai “Anak Domba” Allah yang
dikorbankan dengan darahnya tercurah di kayu salib. Jadi makna Paskah bagi umat
Kristen, adalah merayakan kasih Allah yang begitu besar dengan mengorbankan
Anak-Nya yang tunggal mati di kayu salib, tetapi dengan kematian-Nya itu Dia
mengalahkan kuasa maut itu, dengan kebangkitannya pada hari yang ketiga. Jadi
kematian dan kebangkitan Yesus itu adalah satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain dalam perayaan Paskah. Kematian Yesus tidak berarti apa-apa tanpa kebangkitan-Nya,
dan kebangkitan Yesus itu mempunyai makna dengan melihat kepada kematian Yesus
yang berjuang untuk melawan kuasa maut itu.
.
Kebiasaan merayakan paskah pada awalnya hanya
dilakukan di kalangan orang Kristen yang ada di Palestina dan Asia Kecil.
Sedangkan , di gereja yang ada di
wilayah Barat lama tidak dikenal, sehingga ketika Polykarpus, Uskup Smyrna
mengunjungi Roma tahun 154, dia menganjurkan supaya jemaat di sana juga
merayakan Paskah. Untuk itu dia meyakinkan Uskup Roma bahwa perayaan Paskah adalah suatu
kebiasaan yang diturunkan para rasul. Tidak lama setelah itu maka perayaan
Paskah pun juga diikuti di Alexandria dan di Roma, mengikuti Paskah Yahudi itu.
Perayaan Paskah itu dilakukan pada hari Minggu, mengingat kebangkitan Yesus
yang terjadi tepat pada hari Minggu.
Dari
keterangan di atas nampak bahwa pesta Paskah merupakan suatu pesta yang sudah
lama dilakukan oleh orang-orang Kristen, bahkan boleh dikatakan pesta itulah
merupakan pesta yang paling tua dan paling besar dalam sejarah kekristenan.
Pesta itu didahului dengan Jumat Agung sebagai perpuasaan mengingat penyaliban
yang terjadi pada diri Yesus.
Perpuasaan
sebelum Paskah lambat laun diperpanjang dari dua hari menjadi 40 hari. Dalam
beberapa gereja sekarang ini masa perpuasaan selama 40 hari itu disebut “Lent”
dalam bahasa Inggris. Pada zaman gereja mula-mula hari Paskah juga merupakan
hari yang disukai untuk mengadakan pembaptisan bagi orang-orang yang bertobat,
sehingga masa 40 hari itu juga dipakai sebagai masa persiapan untuk baptisan
itu. (MSM Panjaitan)