MAKNA NYANYIAN
DALAM KEBAKTIAN
Nyanyian
mengambil tempat yang sangat penting dalam kebaktian Kristen khususnya dalam
kebaktian minggu. Setiap unsur dalam tata-kebaktian itu, misalnya di gereja
HKBP, selalu diselingi dengan nyanyian, yang diambil dari Buku Ende ( Buku
Nyanyian) HKBP). Sejak awal orang-orang Kristen Batak telah diajarkan “angka
ende partondion” ( nyanyian rohani). Nyanyian-nyanyian yang diajarkan itu juga
sangat besar pengaruhnya dalam menarik hati orang-orang Batak menjadi Kristen.
Nyanyi-nyanyian itu juga diajarkan bagi anak-anak di sekolah, dan juga bagi
anggota jemaat dalam kelompok-kelompk persekutuan yang lebih kecil, atau juga
dalam setiap minggu sebelum memulai kebaktian. Ternyata kemudian diketahui
bahwa orang-orang Kristen batak sangat berminat dengan nyanyian itu, dan banyak
juga yang berbakat untuk menggubah lagu-lagu, baik lagu yang besifat rohani
maupun yang bersifat umum. Nyanyian-nyanyian rohani yang diajarkan para missionar
itu umumnya disadur atau diterjemahkan dari nyanyian-nyian Kristen di Eropa.
Kemudian semuanya dikumpulkan dan diterbitkan dalam bentuk buku nyanyian. Pada
awalnya buku nyanyian itu masih sebanyak 121 nyanyian (1881), kemudian
bertambah menjadi 162 (1886), dan bertambah lagi menjadi 373 Nyanyian. Kemudian
Zuster Elfride Harder seorang penginjil wanita yang khusus untuk mengajar dan
membina kehidupan rohani kaum perempuan Kristen Batak, menyusun sebuah “Buku Ende” yang diberi nama “Haluan Na
Gok” (Keselamatan yang penuh)sebanyak 183 nyanyian, dan belakangan ini
muncul “Buku Ende Sangap Di Jahowa” ( Kemuliaan bagi Allah) sebanyak 308 nyanyian. Semuanya itu
telah disatukan menjadi satu Buku Ende HKBP yang berisi 864 nyanyian. Dari
situlah dipilih untuk mengisi tempat nyanyian dalam liturgi HKBP. Sejak semula
nyanyian itu berfungsi untuk memberi semangat dan sukacita memuji Tuhan, dan
membimbing anggota jemaat untuk menyatukan hati dan pikiran untuk memaknai
setiap unsur litugi. Misalnya nyanyian yang dipilih untuk mengawali kebaktian
sebelum votum biasanya diambil dari
Nyanyian Puji-pujian atau Nyanyian pada hari Minggu, untuk memusatkan hati dan
fikiran anggota jemaat untuk memuji dan
memuliakan Tuhan dalam kebaktian itu. Lalu sebelum Pembacaan hukum Tuhan, maka
nyanyian yang dipilih adalah yang bisa mengarahkan hati dan pikiran anggota
jemaat untuk menghayati hukum Tuhan. Demikian juga dengan yang berhubungan
dengan Doa Pengampunan Dosa, Pembacaan Epistel, Pengakuan Iman, sampai kepada
nyanyian yang mendahului khotbah evangelium dan sesudahnya, adalah dipilih yang
sesuai dengan semuanya itu, supaya nyanyian itu saling mendukung kepada setiap
unsur dalam tata kebaktian itu. Alat musik juga bisa dipakai untuk membantu
semarak dan kehikmatan dari kebaktian itu. Alat musik yang sejak awal diperkenalkan oleh para missionar itu adalah
“ poti marende “ (organ) yang dibunyikan dengan ayunan kaki. Suaranya memang
begitu indah, dan bisa memikat hati. Sekarang organ ini pada umumnya telah
dimainkan dengan tenaga elektronik. Di samping itu di banyak gereja, alat musik
itu sudah banyak dipadukan dengan musik tiup bahkan alat musik tradisional,
supaya kebaktian itu bisa dirasakan lebih semarak dan khidmat.
Sejak awal juga sudah ada kebiasaan
mengisi kebaktian minggu itu dengan koor atau kelompok yang dinyanyikan oleh kelompok paduan suara
dari anggota jemaat, mulai dari kaum ibu,
kaum bapak, kaum pemuda atau remaja ( naposobulung). Belakang ini
kelompok paduan suara ini semakin banyak jumlahnya bisa saja dalam satu gereja
mencapai lebih dari sepuluh kelompok paduan suara. Di beberapa gereja tertentu,
ada yang membuat semua kelompok paduan suara itu mengisi setiap kebaktian
minggu. Maksudnya membuat demikian ialah supaya anggota-anggota kelompok paduan
suara itu datang beribadah ke gereja, tetapi kebijaksanaan seperti ini bisa menimbulkan
rasa membosankan bagi anggota jemaat yang mengikuti ibadah. Tetapi yang ideal
adalah tiga kelompok koor yang mengisi setiap kebaktian, supaya tidak
membosankan. Itu pun, nyanyian dari kelompok koor itu harus disesuaikan dengan
nama minggu, atau tema khotbah evangelium pada minggu itu, supaya nyanyian itu
juga bisa mengarahkan hati dan fikiran anggota jemaat yang mengikuti kebaktian
untuk memahami isi khotbah. Karena itu nyanyian koor itu harus lebih dulu dilatih dengan baik, sehingga tidak
asal bernyanyi, karena fungsi dari nyanyian koor itu selain sebagai pujian
kepada Allah, juga sebagai khotbah bagi anggota jemaat yang mendengarkan (msm).