Selasa, 10 Mei 2022

MAKNA NYANYIAN DALAM KEBAKTIAN

 

MAKNA NYANYIAN DALAM KEBAKTIAN

Nyanyian mengambil tempat yang sangat penting dalam kebaktian Kristen khususnya dalam kebaktian minggu. Setiap unsur dalam tata-kebaktian itu, misalnya di gereja HKBP,  selalu diselingi dengan  nyanyian, yang diambil dari Buku Ende ( Buku Nyanyian) HKBP). Sejak awal orang-orang Kristen Batak telah diajarkan “angka ende partondion” ( nyanyian rohani). Nyanyian-nyanyian yang diajarkan itu juga sangat besar pengaruhnya dalam menarik hati orang-orang Batak menjadi Kristen. Nyanyi-nyanyian itu juga diajarkan bagi anak-anak di sekolah, dan juga bagi anggota jemaat dalam kelompok-kelompk persekutuan yang lebih kecil, atau juga dalam setiap minggu sebelum memulai kebaktian. Ternyata kemudian diketahui bahwa orang-orang Kristen batak sangat berminat dengan nyanyian itu, dan banyak juga yang berbakat untuk menggubah lagu-lagu, baik lagu yang besifat rohani maupun yang bersifat umum. Nyanyian-nyanyian rohani yang diajarkan para missionar itu umumnya disadur atau diterjemahkan dari nyanyian-nyian Kristen di Eropa. Kemudian semuanya dikumpulkan dan diterbitkan dalam bentuk buku nyanyian. Pada awalnya buku nyanyian itu masih sebanyak 121 nyanyian (1881), kemudian bertambah menjadi 162 (1886), dan bertambah lagi menjadi 373 Nyanyian. Kemudian Zuster Elfride Harder seorang penginjil wanita yang khusus untuk mengajar dan membina kehidupan rohani kaum perempuan Kristen Batak, menyusun  sebuah “Buku Ende” yang diberi nama  “Haluan Na  Gok” (Keselamatan yang penuh)sebanyak 183 nyanyian, dan belakangan ini muncul “Buku Ende Sangap Di Jahowa” ( Kemuliaan bagi  Allah) sebanyak 308 nyanyian. Semuanya itu telah disatukan menjadi satu Buku Ende HKBP yang berisi 864 nyanyian. Dari situlah dipilih untuk mengisi tempat nyanyian dalam liturgi HKBP. Sejak semula nyanyian itu berfungsi untuk memberi semangat dan sukacita memuji Tuhan, dan membimbing anggota jemaat untuk menyatukan hati dan pikiran untuk memaknai setiap unsur litugi. Misalnya nyanyian yang dipilih untuk mengawali kebaktian sebelum votum  biasanya diambil dari Nyanyian Puji-pujian atau Nyanyian pada hari Minggu, untuk memusatkan hati dan fikiran  anggota jemaat untuk memuji dan memuliakan Tuhan dalam kebaktian itu. Lalu sebelum Pembacaan hukum Tuhan, maka nyanyian yang dipilih adalah yang bisa mengarahkan hati dan pikiran anggota jemaat untuk menghayati hukum Tuhan. Demikian juga dengan yang berhubungan dengan Doa Pengampunan Dosa, Pembacaan Epistel, Pengakuan Iman, sampai kepada nyanyian yang mendahului khotbah evangelium dan sesudahnya, adalah dipilih yang sesuai dengan semuanya itu, supaya nyanyian itu saling mendukung kepada setiap unsur dalam tata kebaktian itu. Alat musik juga bisa dipakai untuk membantu semarak dan kehikmatan dari kebaktian itu. Alat musik yang sejak awal  diperkenalkan oleh para missionar itu adalah “ poti marende “ (organ) yang dibunyikan dengan ayunan kaki. Suaranya memang begitu indah, dan bisa memikat hati. Sekarang organ ini pada umumnya telah dimainkan dengan tenaga elektronik. Di samping itu di banyak gereja, alat musik itu sudah banyak dipadukan dengan musik tiup bahkan alat musik tradisional, supaya kebaktian itu bisa dirasakan lebih semarak dan khidmat.

            Sejak awal juga sudah ada kebiasaan mengisi kebaktian minggu itu dengan koor atau kelompok  yang dinyanyikan oleh kelompok paduan suara dari anggota jemaat, mulai dari kaum ibu,  kaum bapak, kaum pemuda atau remaja ( naposobulung). Belakang ini kelompok paduan suara ini semakin banyak jumlahnya bisa saja dalam satu gereja mencapai lebih dari sepuluh kelompok paduan suara. Di beberapa gereja tertentu, ada yang membuat semua kelompok paduan suara itu mengisi setiap kebaktian minggu. Maksudnya membuat demikian ialah supaya anggota-anggota kelompok paduan suara itu datang beribadah ke gereja, tetapi kebijaksanaan seperti ini bisa menimbulkan rasa membosankan bagi anggota jemaat yang mengikuti ibadah. Tetapi yang ideal adalah tiga kelompok koor yang mengisi setiap kebaktian, supaya tidak membosankan. Itu pun, nyanyian dari kelompok koor itu harus disesuaikan dengan nama minggu, atau tema khotbah evangelium pada minggu itu, supaya nyanyian itu juga bisa mengarahkan hati dan fikiran anggota jemaat yang mengikuti kebaktian untuk memahami isi khotbah.  Karena itu  nyanyian koor itu  harus  lebih dulu dilatih dengan baik, sehingga tidak asal bernyanyi, karena fungsi dari nyanyian koor itu selain sebagai pujian kepada Allah, juga sebagai khotbah bagi anggota jemaat yang mendengarkan (msm).