Selasa, 28 Januari 2025

MENGHAYATI DOA BAPA KAMI

 

MENGHAYATI DOA BAPA KAMI

 

Kita sering mengucapkan Doa Bapa Kami, tetapi tidak menghayatinya. Lalu bagaimana kita menghayatinya?

Saya tidak dapat  mengatakan kepada Allah: “Bapa”, jika saya tidak berusaha keras setiap hari untuk hidup seperti anak-Nya.

Saya tidak dapat mengatakan:  “kami”,  jika saya hidup hanya untuk diri saya sendiri.

Saya tidab dapat  mengatakan: “ yang ada di sorga”, jika saya tidak percaya bahwa Bapa Surgawi itu adalah Tuhan atas segala sesuatu yang mempunyai kuasa untuk mengabulkan doa dari anak-anak-Nya.

Saya tidak dapat  mengatakan: “dikuduskanlah namaMu”,  jika saya tidak berusaha supaya nama-Nya senantiasa kudus dalam kehidupan saya.

Saya tidak dapat mengatakan: “datanglah KerajaanMu”, jika saya tidak memperlakukan Allah   sebagai Raja  dalam kehidupan saya.

Saya tidak dapat mengatakan “jadilah kehendakMu”,  jika saya tidak membiarkan kehendak-Nya terlakasana dalam hidup saya  dengan senantiasa patuh kepada FirmanNya.

Saya tidak dapat mengatakan: “di bumi seperti di sorga”, jika saya tidak mau melayani Dia di sini dan sekarang.

Saya tidak dapat mengatakan: “berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”,  jika saya tidak jujur dan sering berusaha mencari barang-barang keperluan saya dengan akal-akalan.

Saya tidak dapat mengatakan: “ampunilah kesalahan kami”,  jika saya masih mengandung rasa dendam terhadap seseorang dan tidak mau berbuat baik kepada orang yang berbuat salah kepada saya.

Saya tidak dapat mengatakan: “jangan membawa kami ke dalam pencobaan”,  jika saya dengan sengaja masih  mengikuti langkah dan kemauan sendiri yang menyesatkan.

Saya tidak dapat mengatakan: “lepaskanlah kami dari pada yang jahat”,  jika saya tidak mengenakan seluruh pakaian perlindungan dari Allah, yang melindungi saya dari setiap kejahatan.

Saya tidak dapat mengatakan: “ karena engkau yang punya kerajaan”,  jika saya tidak memberikan loyalitas dan kepatuhan yang sesungguhnya kepada Raja dari segala raja itu.

Saya tidak dapat mengenakan kepadaNya:  “yang punya kuasa”,  jika saya takut akan apa yang dapat manusia perbuat.

Saya tidak dapat menganggapNya “ yang mulia”, jika saya mencari kemuliaan untuk diri saya sendiri.

Saya tidak dapat mengatakan:  “sampai selamalamanya”,  jika cakrawala hidup saya diikat sepenuhnya oleh waktu yang terbatas.