DIRGAHAYU
160 TAHUN HURIA KRISTEN BATAK
PROTESTAN (HKBP)
Walaupun ada yang mempersoalkan
di kemudian hari, HKBP semasa dalam kepemimpinan Rheinische
Missionsgesellschaft (RMG) atau Zending Barmen telah
menetapkan hari lahirnya pada 7 Oktober 1861 yang hari ini
genap 160 tahun. Ketika itu empat orang missionar dalam naungan badan zending
RMG memulai usaha penginjilannya di
Tanah Batak dengan mengadakan Rapat Kerja di Sipirok untuk membicarakan
strategi penginjilan yang akan mereka lakukan di Tanah Batak. Keempat orang itu
adalah Heine yang langsung diutus RMG dari Jerman, Klammer , adalah seorang
penginjil RMG yang meninggalkan Kalimantan karena serangan Perang Hidayat tahun
1859, Betz dan Klammer, dua orang Belanda
yang telah bekerja sebelumnya di Tanah Batak sebagai penginjil dari Zending
Jemaat Ermelo Belanda. Ke dua orang itu dengan rela bergabung dengan RMG demi
memajukan penginjilan di Tanah Batak. Banyak orang Batak melihat bahwa huruf pertama
dari nama keempat pendeta ini( Heine, Klammer, Betz, V(P)an Aseelt), nama
gerejanya kelak yakni HKBP dinubuatkan, walaupun itu sebenarnya hanya
kebetulan saja.
Di kemudian hari ada yang mempersoalkan penetapan
hari lahir HKBP pada 7 Oktober 1861 karena dianggap kurang tepat secara
teologis, di mana sebelumnya yakni 31
Maret 1861 telah ada dua orang Batak yang dibabptis oleh Van Asselt menjadi Kristen yaitu Yakobus Tampubolon dan Simon Siregar. Memang ada berbagai cara gereja-gereja di Indonesia
menetapkan hari lahirnya, ada berdasarkan
hari kedatangan misionar pertama di negeri itu, ada berdasarkan penetapan gereja itu sebagai gereja yang berdiri
sendiri, dan ada yang berdasarkan hari
pembatisan pertama atas penduduk daerah yang diinjili itu. Banyak orang
berpendapat cara inilah yang paling tepat, karena dengan pembabtisan yang
pertama itulah telah lahir sebuah gereja hasil dari penginjilan itu. Tetapi ini
sebenarnya tidak perlu lagi dipersoalkan, karena HKBP dengan merayakan hari
lahirnya pada 7 Oktober itu, tidak pernah juga melupakan untuk menyukuri
pembaptisan yang pertama itu. Kebetulan missionar yang membaptiskan orang Batak
pertama itu, yakni Van Asselt ikut juga bergabung dengan RMG, dan ikut dalam
rapat 7 Oktber 1861 di Sipirok itu.
Penginjilan
yang dilakukan oleh RMG di Tanah Batak, termasuk penginjilan yang paling
berhasil di Indonesia, karena hampir semua suku
Batak yang berdiam di bagian Utara Tanah Batak, termasuk daerah
Simalungun, dan Dairi telah menganut Agama Kristen. Orang Batak yang berada di
bagian Selatan, yakni Mandailing dan Angkola, jauh sebelum datangnya penginilan
di Tanah Batak, sebagian besar telah menganut Agama Islam melalui usaha missi
Islam dari daerah Minangkabau, mulai pada masa Perang Paderi awal abad 19.
Walaupun
sebenarnya banyak missionar yang diutus oleh RMG bekerja di Tanah Batak dan
menghasilkan HKBP, tetapi sering orang mengertikan bahwa penginjilan IL.
Nommensenlah yang menghasilkan HKBP itu. Nama Nommensenlah yang lebih diingat, bahkan
sering disebut sebagai pendiri HKBP sedangkan missionar yang lain, walaupun
sangat berperanan, hampir dilupakan. Pemahaman seperti itu kurang tepat, karena
Nommensen sendiri baru mulai bekerja di
Tanah Batak, khususnya di daerah Silindung Tapanuli Utara, tahun 1864. Sebelum
itu sudah berdiri beberapa Jemaat Kristen Batak di daerah Angkola, dan di daerah Pahae. Nama
Nommensen mungkin lebih dikenal, karena dia lah yang paling lama mengabdikan
diri di tengah-tengah orang Batak, hingga dia meningal di Tanah Batak tahun
1918, sesuai dengan janjinya kepada
Allah dalam doanya di gunung Siatas Barita tahun 1863, ketika dia datang dari
Sipirok pada waktu itu untuk meninjau daerah Silindung yang direncanakan akan
diinjili. Tempat berdoanya itu di gunung Siatas Barita Silindung telah
diabadikan oleh warga HKBP dengan membangun sebuah monumen yang kemudian
dinamai Salib Kasih. Memang karena
melihat pengabdiannya yang sungguh-sungguh itulah maka Direktur Zending Barmen
terus mempercayakan dia sebagai koordinator dan pengawas dari pekerjaan zending
yang digiatkan oleh RMG di Tanah Batak, dan sejak tahun 1881 ditetapkan sebagai
ephorus pertama untuk pekerjaan zending itu sekaligus untuk seluruh
jemaat-jemaat Kristen Batak hasil penginjilan RMG itu.
Perkembangan HKBP dari segi jumlah anggota
jemaatnya, termasuk cepat. Dalam masa sepuluh tahun (1871)jumlah orang Batak
yang menjadi Kristen sebanyak, 1.250 orang, dalam masa 20 tahun (1881), 5.188
orang , dalam masa tiga puluh tahun (1891), 21.779 orang , dalam masa empat
puluh tahun (1901), 47.784 orang , dan dalam masa 50 tahun ( 1911), 103.528
orang , yang sudah mulai tersebar di luar Tanah Batak, yakni di daerah Sumatera
Utara, sampai ke Jawa. Sekarang ini dalam usia 160 tahun anggota jemaat HKBP
diperkirakan sudah mencapai lebih dari empat juta orang (sampai sekarang belum
ada perhitungan yang pasti), yang tersebar di dalam dan di luar negeri. Dari
padanya sudah ada beberapa kali perpecahan (dengan tidak baik-baik), yakni mulai dari HKI di Pematangsiantar tahun 1927,
Gereja Mission Batak di Medan tahun 1927, Gereja Punguan Kristen Batak di
Jakarta tahun 1927, Gereja Kristen Prostestan Indonesia tahun 1964 di
Pematangsiantar, Gereja Kristen Lutheran Indonesia tahun 1964 di Tarutung,
Gereja Kristen Persekutuan 1974 di Medan, dan pemisahan secara baik-baik (manjae), yakni
Gereja Kisten Prostestan Simalungun 1963, Gereja Kristen Prostestan Angkola
(1974), Gereja Kristen Protestan Pakpak
Dairi (1976). Sekarang ini HKBP terdiri dari 3336 Jemaat
(Huria), 107 parmingguan, 188 pos pelayanan, 8 persiapan Jemaat (Huria), 777
ressort, 15 persiapan ressort, 32 distrik, 1 persiapan distrik, di tambah
dengan Jemaat-jemat yang ada di Amerika Serikat dan Daerah-daerah Zending.
Semuanya dilayani oleh pelayan tahbisan (partohonan) pendeta, Guru Huria,
Bibebvrow, Diakones, dan Evangelis, yang semuanya sudah hampir 3000 orang. Dan
masih banyak lagi calon-calon pelayan tahbisan yang sekarang masih sedang menjalani
masa pelatihan.
Kita doakan HKBP semakin maju dalam berbagai
pelayanan yang digiatkan melalui Tri Tugas Panggilan Gereja ( Koinonia,
Marturia dan Diakonia), di dalam kepemimpinan Ephorus yang sekarang Pdt Dr,
Robinson Butarbutar, bekerja-sama dengan empat unsur pimpnan yang lain yakni
Sekretaris Jenderal ( Pdt Dr. Victor Tinambunan), Kepala Departemen
Koinonia (Pdt Dr. Deonal Sinaga), Kepala Departemen Marturia: mungkin akan segera
diisi setelah Pdt Kardi Simanjuntak, STh, MMin, meninggal beberapa waktu yang
lalu, dan Kadep Diakonia Pdt Debora Sinaga, MTh. Kita doakan juga agar Ketua Rapat Pendeta yang
baru pengganti Pdt Dr. Robinson Butarbutar, akan diperoleh dalam rapat pendeta
yang direncanakan diadakan bulan Oktober ini, yang bisa memberi motivasi bagi semua pendeta untuk
sungguh-sungguh mengabdikan diri sepenuhnya dalam pelayanan di HKBP dan
memperteguh persaudaraan para pendeta dalam tugas pelayanan itu. Selamat Ulang Tahun ke 160 HKBP (Pdt MSM.Panjaitan).