Gereja “Sampah” di Kairo Mesir.
Salah
satu gereja Orthodoks Koptik di Kairo Mesir, yang banyak dikunjungi
para wisatawan Kristen, dalam rangka kunjungan obyek wisata Kristen di
daerah Mesir, gunung Sinai sampai ke
Yerusalem ialah Gereja
“Sampah”. Nama ini sebenarnya tidak layak dikenakan kepada
sebuah gereja. Tetapi orang-orang yang datang ke sana sering menyebut demikian,
karena gereja itu terletak di sebuah bukit batu, di mana jalan menuju ke tempat
itu, terdapat tempat penimbunan sampah dari seluruh kota
Kairo. Hampir semua penduduk di sekitar lokasi itu yang berjumlah sekitar 50
ribu jiwa bekerja sebagai pemulung sampah. Mereka dilokaliser oleh pemerintah
di tempat itu di mana perumahan mereka
juga disediakan oleh pemerintah kota Kairo. Gereja itu merupakan sebuah gua
yang sangat besar di kaki sebuah bukit batu, sehingga gereja itu beratapkan batu gua itu juga. Tempat duduknya juga dibentuk dari batu yang ada di gua itu,
yang disusun seperti tribun, dan bisa menampung
10.000 orang pengunjung. Altar dan podiumnya juga terbuat dari batu,
yang semuanya menyatu dengan gua tersebut.
Dinding gua itu penuh dengan gambar-gambar ukiran atau pahatan, yang
merupakan symbol-simbol
kekristenan dan juga ayat-ayat Alkitab yang ditulis dalam bahasa dan tulisan
Arab. Anggota gereja itu pada umumnya adalah para pemulung sampah yang berdiam
di sekitar tempat
itu, yang pada umumnya mereka tertarik menjadi Kristen melalui hasil
pelayanan dari gereja tersebut. Setiap
hari Minggu gereja itu dipenuhi oleh pengunjung dan anggota Jemaat setempat untuk mengikuti kebaktian minggu.
Gereja
ini mempunyai sejarah yang sangat unik sekali, yang diyakini oleh warga gereja itu sampai
sekarang. Nama sebenarnya dari gereja
itu adalah Gereja Samaan El-Kharas.
Nama yang sangat dikaitkan dengan
sejarah berdirinya gereja ini ialah Simon
The Tanner (Simon penyamak kulit). Ia adalah seorang rabi (guru) di gereja
Orthodoks Koptik Kairo pada masa pemerintahan Muslim di Kairo yakni Khalifah
Al-Muizz Li-Deenllah yang berkuasa dari tahun 953-975 M. Pada waktu itu
Patriakh (Pemimpin) gereja Orthodoks Koptik adalah Abraham Suriah. Abraham
ditantang oleh penguasa Muslim itu untuk membuktikan kebenaran dari perkataan
Yesus yang tertulis dalam Injil Mat. 17:20, yang mengatakan: “Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman
sebiji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: pindahlah dari tempat
ini ke sana – maka gunung itu akan pindah dan takkan ada yang mustahil bagimu”.
Dalam masa tenggang waktu yang diberi
selama tiga hari untuk pembuktian ayat tersebut, maka Abraham mengumpulkan sekelompok biarawan, imam dan
tua-tua untuk bersamanya selama tiga hari tinggal di gereja mengadakan doa
penebusan dosa. Pada pagi hari ketiga, saat Abraham berdoa di gereja Perawan
Suci Al-Muallaqa (Gereja Gantung) yang
ada di kota Kairo, ia melihat Sang
Perawan Suci dan menyuruhnya pergi ke
pasar besar dan berkata: “Engkau akan menemukan seorang pria bermata satu dan
ia membawa sebuah botol besar penuh dengan air. Engkau harus memintanya untuk
menyelesaikan apa yang dituntut dari padamu, karena di tangannya keajaiban akan
terwujud”. Segera setelah mendengar perkataan Perawan Suci itu maka Abrahampun
pergi dan bertemu dengan pria itu. Pria
yang dimaksud ialah Sint Simon The Tanner (Simon penyamak kulit), yang satu matanya telah
tercungkil sesuai dengan perkataan Yesus dalam Mat. 5: 29 (Maka jika matamu
yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik
bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh
dicampakkan ke dalam neraka). Pada waktu itu kebanyakan orang-orang Kristen
Koptik di Mesir adalah pengrajin, termasuk Simon yang bekerja di salah satu
usaha kerajinan penyamakan kulit (pembuatan sepatu) yang ada di Babel (Kairo
Lama). Kerajinan tersebut masih di kenal di sana sampai sekarang.
Setelah
menceriterakan maksud dan tujuannya, maka Simon mengatakan kepada Abraham untuk
pergi dengan para imam dan semua umatnya ke gunung Muquattam, juga bersama
dengan dia yang meminta Abraham untuk membuktikan ayat Alkitab (Mat. 17: 20)
itu. Simeon juga meminta Abraham untuk menangis dan berdoa mengucapkan kalimat:
“Ya, Tuhan, kasihanilah kami”, sebanyak tiga kali, serta membuat tanda salib di
atas gunung tersebut. Abraham mengikuti
semua apa yang dimintakan oleh Simon dan “Bukit Muquattam pun terangkat dan
bergeser sejauh tiga km, karena terjadinya gempa bumi yang sangat dahsyat”.
Setelah mujizat dilakukan segeralah Abraham teringat akan Simon dan ketika
Abraham mencarinya, Simon The Tanner telah menghilang dan tak seorang pun bisa
menemukannya. Kemudian selama tahun 1989 – 1991, para pendeta gereja Koptik dan para archeolog mencari peninggalan
dari Simon Penyamak Kulit itu dan kerangkanya ditemukan di Gereja Sint Maria
(Gereja Gantung) yang ada di kota Kairo, pada tanggal 4 Agustus 1991, tepat
satu meter di bawah tanah permukaan gereja. Dalam gereja di mana kerangka Sint
Simon ditemukan juga ditemukan sebuah lukisan yang menggambarkan Patriakh
Koptik Abraham dan seorang lainnya yang berkepala botak membawa dua botol air
untuk menyamak kulit. Sosok tersebut kemungkinan besar adalah Sint Simon The
Tanner karena dia dikenal sebagai pembawah wadah air untuk masyarakat miskin.
Wadah air juga ditemukan di bawah tanah gereja itu di mana tertera tanggalnya
yang sudah lebih dari seribu tahun dan diyakini sebagai wadah air tanah liat
yang digunakan oleh Simon The Tanner untuk membawa air bagi masyarakat miskin.
Wadah itu sekarang ini disimpan di Gereja Sint Simon di bukit Muquattam yang
sekarang ini sering disebut sebagai “Gereja
Sampah”. (Pdt. M.S.M.Panjaitan, MTh,
Pendeta HKBP Emeritus)
Tempat duduk pengunjung gereja yang terbuat dari batu.
Gereja tampak dari depan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar