Kamis, 07 Oktober 2021

GEREJA "SAMPAH" DI KAIRO MESIR

Gereja   “Sampah” di Kairo Mesir.

Salah satu gereja Orthodoks  Koptik di Kairo Mesir, yang banyak  dikunjungi  para wisatawan Kristen, dalam rangka kunjungan obyek wisata Kristen di daerah Mesir,  gunung Sinai sampai ke Yerusalem  ialah  Gereja  “Sampah”. Nama ini  sebenarnya tidak layak dikenakan kepada sebuah gereja. Tetapi orang-orang yang datang ke sana sering menyebut demikian, karena gereja itu terletak di sebuah bukit batu, di mana jalan menuju ke tempat itu,  terdapat  tempat penimbunan sampah dari seluruh kota Kairo. Hampir semua penduduk di sekitar lokasi itu yang berjumlah sekitar 50 ribu jiwa bekerja sebagai pemulung sampah. Mereka dilokaliser oleh pemerintah di tempat itu di mana  perumahan mereka juga disediakan oleh pemerintah kota Kairo. Gereja itu merupakan sebuah gua yang sangat besar di kaki sebuah bukit batu, sehingga gereja itu beratapkan batu gua itu juga. Tempat duduknya  juga dibentuk dari batu yang ada di gua itu, yang disusun seperti tribun, dan bisa menampung  10.000 orang pengunjung. Altar dan podiumnya juga terbuat dari batu, yang semuanya menyatu dengan gua tersebut.  Dinding gua itu penuh dengan gambar-gambar ukiran atau pahatan, yang merupakan   symbol-simbol kekristenan dan juga ayat-ayat Alkitab yang ditulis dalam bahasa dan tulisan Arab. Anggota gereja itu pada umumnya adalah para pemulung sampah yang berdiam di sekitar tempat itu, yang pada umumnya mereka tertarik menjadi Kristen melalui hasil pelayanan   dari gereja tersebut. Setiap hari Minggu gereja itu dipenuhi oleh pengunjung dan anggota Jemaat setempat untuk mengikuti kebaktian  minggu.

Gereja ini mempunyai sejarah yang sangat unik sekali, yang diyakini oleh warga gereja itu sampai sekarang.  Nama sebenarnya dari gereja itu adalah Gereja Samaan El-Kharas. Nama yang  sangat dikaitkan dengan sejarah berdirinya gereja ini ialah Simon The Tanner (Simon penyamak kulit). Ia adalah seorang rabi (guru) di gereja Orthodoks Koptik Kairo pada masa pemerintahan Muslim di Kairo yakni Khalifah Al-Muizz Li-Deenllah yang berkuasa dari tahun 953-975 M. Pada waktu itu Patriakh (Pemimpin) gereja Orthodoks Koptik adalah Abraham Suriah. Abraham ditantang oleh penguasa Muslim itu untuk membuktikan kebenaran dari perkataan Yesus yang tertulis dalam Injil Mat. 17:20, yang mengatakan: “Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebiji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: pindahlah dari tempat ini ke sana – maka gunung itu akan pindah dan takkan ada yang mustahil bagimu”. Dalam masa tenggang waktu yang  diberi selama tiga hari untuk pembuktian ayat tersebut, maka Abraham  mengumpulkan sekelompok biarawan, imam dan tua-tua untuk bersamanya selama tiga hari tinggal di gereja mengadakan doa penebusan dosa. Pada pagi hari ketiga, saat Abraham berdoa di gereja Perawan Suci Al-Muallaqa (Gereja Gantung)  yang ada di kota Kairo, ia melihat  Sang Perawan Suci dan  menyuruhnya pergi ke pasar besar dan berkata: “Engkau akan menemukan seorang pria bermata satu dan ia membawa sebuah botol besar penuh dengan air. Engkau harus memintanya untuk menyelesaikan apa yang dituntut dari padamu, karena di tangannya keajaiban akan terwujud”. Segera setelah mendengar perkataan Perawan Suci itu maka Abrahampun pergi  dan bertemu dengan pria itu. Pria yang dimaksud ialah Sint Simon The Tanner (Simon penyamak kulit), yang satu matanya telah tercungkil sesuai dengan perkataan Yesus dalam Mat. 5: 29 (Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka). Pada waktu itu kebanyakan orang-orang Kristen Koptik di Mesir adalah pengrajin, termasuk Simon yang bekerja di salah satu usaha kerajinan penyamakan kulit (pembuatan sepatu) yang ada di Babel (Kairo Lama). Kerajinan tersebut masih di kenal di sana sampai sekarang.

Setelah menceriterakan maksud dan tujuannya, maka Simon mengatakan kepada Abraham untuk pergi dengan para imam dan semua umatnya ke gunung Muquattam, juga bersama dengan dia yang meminta Abraham untuk membuktikan ayat Alkitab (Mat. 17: 20) itu. Simeon juga meminta Abraham untuk menangis dan berdoa mengucapkan kalimat: “Ya, Tuhan, kasihanilah kami”, sebanyak tiga kali, serta membuat tanda salib di atas gunung  tersebut. Abraham mengikuti semua apa yang dimintakan oleh Simon dan “Bukit Muquattam pun terangkat dan bergeser sejauh tiga km, karena terjadinya gempa bumi yang sangat dahsyat”. Setelah mujizat dilakukan segeralah Abraham teringat akan Simon dan ketika Abraham mencarinya, Simon The Tanner telah menghilang dan tak seorang pun bisa menemukannya. Kemudian selama tahun 1989 – 1991, para pendeta gereja  Koptik dan para archeolog mencari peninggalan dari Simon Penyamak Kulit itu dan kerangkanya ditemukan di Gereja Sint Maria (Gereja Gantung) yang ada di kota Kairo, pada tanggal 4 Agustus 1991, tepat satu meter di bawah tanah permukaan gereja. Dalam gereja di mana kerangka Sint Simon ditemukan juga ditemukan sebuah lukisan yang menggambarkan Patriakh Koptik Abraham dan seorang lainnya yang berkepala botak membawa dua botol air untuk menyamak kulit. Sosok tersebut kemungkinan besar adalah Sint Simon The Tanner karena dia dikenal sebagai pembawah wadah air untuk masyarakat miskin. Wadah air juga ditemukan di bawah tanah gereja itu di mana tertera tanggalnya yang sudah lebih dari seribu tahun dan diyakini sebagai wadah air tanah liat yang digunakan oleh Simon The Tanner untuk membawa air bagi masyarakat miskin. Wadah itu sekarang ini disimpan di Gereja Sint Simon di bukit Muquattam yang sekarang ini  sering disebut sebagai “Gereja Sampah”.   (Pdt. M.S.M.Panjaitan, MTh, Pendeta HKBP Emeritus)

DSC06873

 

 

 

 

DSC06874

Tempat duduk pengunjung gereja  yang terbuat dari batu.

 

 

 

Gereja Sampah di mesir

Gereja tampak dari depan

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar