Jumat, 22 Januari 2021

GEREJA RUMAH

 

GEREJA RUMAH

 

Diperkirakan sampai akhir abad ke dua Masehi  bentuk gereja mula-mula masih merupakan  “gereja- rumah”, yakni gereja yang mempergunakan rumah sebagai  tempat bersekutu. Orang-orang Kristen itu belum memiliki gedung gereja yang dibangun secara khusus untuk tempat persekutuan dan peribadahan mereka. Kegiatan mereka masih di lakukan di rumah-rumah.

“Gereja- rumah” yang pertama dijumpai di Yerusalem. Di sana ada sebuah rumah yang sudah sering dipergunakan oleh murid-murid dan pengikut Yesus untuk berkumpul, baik semasa mereka masih bersama-sama dengan Yesus di dunia ini, maupun setelah kenaikan Yesus ke sorga. Dari Kitab Perjanjian Baru bisa diketahui  bahwa dalam rumah tersebut ada tiga persitiwa besar yang pernah terjadi bagi murid-murid dan pengikut Yesus, yakni:

1.    Perjamuan Tuhan, sebelum kematian Tuhan Yesus (Markus 14, 12-26)

2.    Penampakan Yesus kepada murid-muridNya sesudah kebangkitanNya (Yoh. 20,14-29)

3.  Kedatangan Roh Kudus pada hari Pentakosta  (Kis. 2).

 

Menurut Mark. 14, 15, keadaan rumah tersebut cukup besar dan bertingkat. Salah satu ruangan dari rumah itu bisa memuat lebih dari 120 orang ( (Kis. 1,12.13). Tetapi tidak jelas disebut siapa pemilik rumah tersebut.

Namun suatu petunjuk yang bisa dipergunakan untuk mengetahui siapa pemilik  rumah itu ada dalam Kissah para Rasul pasal 12. Di sana disebut adanya sebuah rumah di Yeruslem yang  nampaknya sudah  biasa dipergunakan oleh murid-murid Yesus dan orang-orang Kristen mula-mula untuk berkumpul dan berdoa. Ketika Petrus dilepaskan secara mujizat dari penjara Herodes oleh malaekat Tuhan, maka dia terus pergi menuju rumah tersebut dan bergabung dengan saudara-saudaranya yang sudah berkumpul di sana. Kalau rumah tersebut sama dengan rumah yang menjadi tempat peristiwa yang disebut di atas, maka rumah itu adalah “rumah Maria ibu Yohannes yang disebut juga Markus” (Kis.12,12). Markus yang dimaksud ialah orang yang kemudian menulis kitab Injil yang tertua dalam Perjanjian Baru yakni Injil Markus. Petunjuk lain mengenai ini ialah bahwa ketika orang yang bernama Markus itu menulis tentang peristiwa penangkapan Yesus di Taman Getsemane, dia memasukkan suatu kejadian yang diabaikan oleh penulis Injil Matius dan Lukas. Kejadian itu ialah bahwa ketika semua murid-murid itu melarikan diri meninggalkan Yesus, “Ada seorang muda, yang pada waktu itu hanya memakai sehelai kain lenan untuk menutup badannya , mengikut Dia. Mereka hendak menangkapnya, tetapi ia melepsakan kainnya dan lari dengan telanjang” (Mark. 14,51.52). Jika rumah yang mempunyai kamar tamu besar di ruang atas itu adalah rumah Maria ibu Markus, maka kemungkinan sekali pemuda yang yang dimaksud tadi adalah Markus itu sendiri. Rupanya setelah suatu Perjamuan yang diadakan  di rumah itu selesai,Yesus dan murid-muridNya  keluar. Tetapi Markus yang mendengar mereka telah keluar dari rumah itu, bangkit dari tempat tidurnya serta mengikuti mereka dari belakang tanpa lebih dulu berpakaian.

Selain gereja rumah yang di Yerusalem itu, masih banyak lagi gereja rumah yang lain yang disebut dalam Perjanjian  Baru, sekaligus juga dengan menyebut nama pemilik dari rumah itu, misalnya  rumah Lidia di Filipi (Kis. 16, 40),  rumah Titius Yustus di Konrintus ( Kis. 18,7), rumah Priska dan Akwila di Roma (Roma 16, 3-5; ),  dan di Epesus ( I Kor.16, 19),  rumah Nimfa di Laodikea (Kol. 4,15), rumah Filemon di Kolosse ( Filemon 1-2), dll.

Kehidupan gereja mula-mula dalam bentuk gereja rumah seperti disebut di atas, bukan hanya terjadi pada zaman Perjanjian Baru, tetapi diperkirakan berlangsung sampai akhir abad kedua.  Memang ada petunjuk yang memperlihatkan bahwa di Edessa, kira-kira 300 mil sebelah Barat Arbil Mesopotamia Utara, telah pernah didirikan sebuah gedung gereja oleh raja negeri itu, Abgar VIII, segera setelah raja itu menjadikan Kristen sekitar tahun 180 M. Tetapi bangunan itu telah hancur tahun 201 disebabkan oleh bahaya banjir yang melanda negeri  tersebut pada waktu itu.

Orang-orang Kristen di kekaisaran Roma kelihatannya memang lebih suka bersekutu di rumah-rumah pada  mulanya. Penganut-penganut agama lain yang ada di sana umumnya mempunyai rumah ibadah. Orang-orang Yahudi juga mempunyai rumah ibadah, yakni sinagoge-sinagoge. Tetapi orang-orang kristen merupakan golongan agama yang baru. Mereka belum diakui oleh pemerintah, bahkan sering dicurigai dan dikejar-kejar, dipersekusi atau dihambat, sehingga  mereka tidak merasa aman. Di beberaapa tempat orang-orang Kristen memiliki tanah sendiri untuk tempat kuburan. Dan boleh dikatakan bahwa pada mulanya kuburanlah yang merupakan satu-satunya milik gereja. Di bawah tanah kuburan itu dibuat ruangan-ruangan yang disebut katakombe. Karena itu di kuburan tersebutlah juga orang-orang Ktisten sering berkumpul untuk berdoa,beribadah, sekaligus juga untuk mengamankan tanah kuburan itu sebagai suatu kebiasaan yang terjadi di kekaisaran Romawi. Dan pada masa-masa penghambatan, katakombe-katakombe itu sering dipergunakan sebagai tempat persembunian mereka.

Di Dura-Europos, yakni sebuah kota benteng pertahanan pemerintahan Romawi yang letaknya di perbatasan sebelah Timur dari kekaisaran itu (sekarang sudah masuk wilayah Irak), ada sebuah bekas bangunan gereja-rumah yang bertahan sampai sekarang dan banyak dikunjungi orang.Para arkheolog (ahli-ahli peninggalan Purbakala) menemukan bekas bangunan itu di bawah timbunan pasir tahun 1934. Menurut penelitian para ahli,  bangunan itu telah ada sebelum tahun 100 M, hanya tidak jelas diketahui kapan mulai dipergunakan orang-orang Kristen sebagai tempat bersekutu.  Tetapi dari hasil penelitian para ahli, diketahui bahwa tahun 232 bangunan itu telah diubah bentuknya, supaya lebih sesuai dengan tempat ibadah. Satu  dinding tembok di dalamnya diruntuhkan supaya ruangannya lebih luas. Dan di dalamnya dibangun sebuah panggung untuk altar. Dalam salah satu ruangannya yang lebih kecil dibangunn sebuah bak air dari batu, yang diduga dipergunakan sebagai tempat untuk membaptiskan orang. Seseorang yang akan dibaptis  dibawa ke sana dan dalam posisi berdiri,  kepada orang tersebut ditumpahkan air yang diambil dari bak tersebut. Selain itu pada  dinding bagian dalam dari ruangan itu dijumpai beberapa lukisan atau gambar yang mencerminkan cerita-cerita Alkitab yang bisa memberi makna apa arti baptisan dan hidup orang-orang Kristen pada waktu itu. Di dinding depan misalnya terdapat gambar Yesus sebagai Gembala Yang Baik, yang sedang memikul seekor domba di pundaknya untuk dibawa kepada kawanan domba yang lain, seperti yang diceritakan dalam Yoh. 10, 14-16. Pada dinding samping dijumpai antara lain gambar orang lumpuh yang disembuhkan Yesus dengan teks di bawahnya: “dosamu telah diampuni” (Mark.2,5). Kemudian gambar Yesus yang sedang menarik tangan Petrus yang hampir tenggelam di air ke dalam perahu (Mat. 14,31), yang di bawahnya ditulis kata-kata: “perahu itu menggambarkan gereja”. Selain itu ada gambar wanita dengan kendi air di sumur Yakob, dengan teks di bawahnya: “air yang hidup” (Yoh. 4,10); gambar dari tiga orang wanita di dekat kuburan yang kosong (Mark.16 dan Roma 6, 4), dengan teks di bawahnya: “Sama seperti Kristus telah dibangkitkan…, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru”. (Pdt MSM Panjaitan )

 

Kamis, 14 Januari 2021

SONGON DIA DO PANATAPANTA TARINGOT TU HATA BATAK I DI PUDIAN NI ARI?

 

SONGON DIA DO PANATAPANTA TARINGOT TU HATA BATAK I DI PUDIAN NI ARI?
 
        Di angka tingki na parpudion nunga sai adong tarbege sosososo sian angka natuatua ni halak Batak tu angka sundut na umposo asa unang maila marhata Batak. Tubu sosososo i ala nunga lam torop halak Batak i lumobi angka sundut na umposo na so mangargahon hata Batak i be. Gariada tahe nunga lam torop na mangkailahon hata na sinuanhon ni ompunta manang natorasta i. Nunga pola tahe adong deba halak batak i na hira sumubangkon hata batak i, gabe sai marhata na asing nama nasida dohot ianakhonna di bagasna be. Ujungna, nunga lam torop be angka dakdanak na di tano parserahan  naso umboto hata batak i be , ala ndang pola dihaporluhon natorasna laho mangajarhonsa tu angka anakhonna i. Tangkas tabereng do nuaengon langgus ni na deba halak Batak, di tingki martangiang pe di bagasna nunga ummalo marhata na asing sian hatana sandiri. Hape, tubu jala magodang di bonapasogit dope nasida. Alani kemajuan na manosak, tung mansai maila do na deba marhata batak tung pe diparadatan.  Adong do deba halak batak i nang pe dipangkulingi donganna ibana marhata batak, alai dialusi dohot hata Indonesia.  Jala adong deba na so manghangoluhon hata ni angka umpasa i be hombar tu pamangkeon manang hapeahanna be, alai holan diapil sambing hata ni umpasa i. 

Tabereng ma rupani  sai adong do angka raja ”parhata naposo” pasegasegahon hata batak i marhitehon hata umpasa na dibaenbaen sandiri. Isarana hata ni umpasa na sintong mangihuthon na ni podahon ni ompu sijolojolo tubu on do: “Bintang narumiris tu ombun nasumorop. Anak pe riris di hamu, boru pe tung torop”. Alai nunga adong na barani manggantihon i  dohot “umpasa” na dibaenbaen sandiri asa songon na jago didok rohana mandok: “Mamolus halak Inggiris sipatuna mardorop. Anak pe di hamu riris, boru pe tung torop”. Hape sampiran ni angka umpasa na pinungka ni sijolojolo tubu i, ingkon sai marpardomuan do i tu sintuhu ni umpasa i. Ndang asal dibaen nasidanon i/ On ma umpasa napaleahon hata batak dohot pametmethon kebudayaan ni habatahon i.
Aha do alana umbahen na songoni halak hita? Adong do i, alani angka parsaoran dohot angka bangso na asing gabe tarpaksa gabe marhata na leban ma asa boi masiantusan. Ianggo ala ni i do, denggan do i. Ai molo godang ragam ni hata taantusi, dalan tu hamajuon do i di bangsonta. Alai adong do di na deba sian lea ni roha mardongan hailaon laho mangkatahon hata batak nauli i, hape gabe ujungna mamboan haliluon ni pomparanna di sogot niari. Sai adong do halak Batak molo marhata batak, asa songon na maju dihilala rohana ibana, godang ma dipassaorhon hata naleban tu bagasan  hata batak i, hape ndang dihilala naung gabe mangorui hapolinon dohot arga ni ni hata batak i do ibana. Hea do nisungkun dongan halak batak, na so umboto hata batak be, boasa so olo nasida mangguruhon hata batak i, hape mangguruhon hata na asing, israna ni hata Inggris, hata Mandarin, hata Jepang, tung marsitutu do. Songgot do roha mambege alusna, ai didok, mansai sompit do pamangkeon ni hata batak i, jala ndang adong dalan ni ngolu sian i, ai so boi pangkeon laho mangalului karejo. Alus i tontu patuduhon langgus dohot lea ni roha do i mida hata batak i.
Molo lea rohanta di hatanta i, tontu na mangaleai dirinta sandiri do hita disi, ai bagian ni hadirionta do hata Batak i. Hape mangihuthon panangkasion ni angka pande hata, masuk tu horong hata na mansai mora jala uli do hata Batak. Hombar tu pangalahona, boi do tarbagi tolu hata batak i, i ma adong hata batak maninggoring, adong hata andung, adong hata batak siganup ari.  Angka hata batak maningoring, ima angka hata batak naung tumua na so apala somal be dipangke siganup ari.;, israna ni angka goargoar ni tingki, goargoar ni  ari, goargoar ni bulan, na so pola sude umbotosa, asing ni angka natuatua dohot angka na malo ni halak batak na jolo.  Di buku Bibel na marhata Batak Toba (ima Padan na Imbaru na disalin IL Nommensen taon 1870 an sian hata Gorik dohot Padan Na Robi na disalin PH Johnannsen sian Hata Heber taon 1890 an), mansai godang do dapot disi hata Batak maninggoring na so pola dipangke be di tingkion, gabe mansai maol antusan. Tiruanna hata “silumaksaijur” na marlapatan parbue ni bortian na mansai poso do pe (embrio),  “santi balatuk” marlapatan marria manang marpungu laho padoshon tahi di sasada siulaon, dohot angka na asing do pe. Hira so piga be na boi mangantusi i anggo so dibereng kamus hata batak.
Angkup ni i adong do hata andung, ima hata na dipangke angka na malo mangandung laho mangandungkon sidangolonna. Molo angka na malo mangandung, mansai uli do andungna i begeon, lengenlengen sipareon umbegsa, pola manorusi tu roha. Di hasomalan mangandung on do berengon naung mago haulion ni hata batak i, ai ndang piga be halak batak na malo mangandung. Hata andung ndang  pola dipangke i siganup ari. Mansai halus do hata andung i begeon. Isara ni hata andung ni among i ma parsinuan, anak: sinuan tunas, boru: sinuan beu,  inong:   pangintubu, sinonduk (suami): siadopan, lae (eda): silancapon, dohot angka na asing. Hata batak siganup ari, ima angka hata na somal dipangke di angka panghataion siganup ari, di parsaoran tu dongan. Torop hata batak siganup ari on, nunga marsampur dohot angka hata na ro sian duru.

Taringot tu hamoraon ni hata batak, tarida do i na adong sipata sampe tolu manang opat hata manang pandohan na sarupa lapatanna.  Tiruanna,  baba hata na sarupa tusi ima:  pamangan, simangkudap. Ngingi hata na sarupa ima:   ipon, pangalo. Obuk, hata na sarupa ima:   jambulan, sitarupon. Tangan ima botohon, simangido, dohot  lan angka na asing do pe.
Umbahen na lam mago deba hata batak, i ma ala lam tarbatas pamangkena, lumobi di na lam bidang parsaoran dohot pardomuan ni halak Batak tu suku manang bangso na sing. Alani lam mago sadasada ma hata batak i, ujungna diparkirahon halak boi do i di sada tingki gabe mago. Alai molo mago hata batak,  bangso Batak pe dohot sandirina do mago, mago budaya batak songon i dohot adat batak i, ai hata batak ido sada tanda ni hadirion ni bangso batak i, songon i dohot budaya nang adat batak i.  Tung so boi do tabayangkon, pardalanan ni adat batak so mamangke hata batak.  Asa marlapatan angka umpasa batak na mansai uli i ingkon dihata batak do i dihatahon. Umpasa i adong na marrumang sintasinta, pangidoan manang tangiang, tu Na marhuaso di ginjang ni saluhutna, adong na patoguhon ruhut paradaton dalihan na tolu ni halak Batak.

Antong aha do sihanenonta asa unang mago hata Batak i?
Parjolo, ingkon tangkas do taargahon jala tahaholongi hata batak i songon dia panghaholonginta di dirinta songon bangso batak, ai bagian ni hadirion (identitas) ni bangso batak do hata batak i. Unang lea rohanta di hata batak, ai molo learohanta di hata batak na mangaleai dirinta sandiri do hita disi.
Paduahon, tapangke ma ganup ari hatabatak i, di tongatonga ni bagasta, tu anakhon manang keluarga, songon i nang di angka parsaoran tu sama hita halak batak. Unang maila hita marhata batak, ai molo maila hita marhata batak, tontu maila ma hita maradophon dirinta sandiri. Asa boi martahan hata batak i, ingkon na sai dipangke do, jala molo so dipangke be ujungna gabe mate ma.
Patoluhon, Taguruhon ma hata batak i dohot denggan. Na jolo di bona pasogit (hitaan), sian mulai Singkola Rayat (SR), sahat tu Sekolah Menengah Pertama (SMP) masuk bagian ni mata parsiajaran do hata batak, songon i dohot surat batak. Godang do angka buku sijahaon na disurat di hata batak dohot surat (aksara) batak. Di kalas opat SR, niingot do pe iba sandiri, nunga dos maloniba  manjaha buku sijahaon hata batak na marsurat batak dohot buku sijahaon na marsurat latin. Di SMP dipabagas ma i muse, songon dia pamangkeon ni hata batak i dohot panurathonna. Di tingkion ndang binoto manang na adong dope parsiajaran hata batak i di SD sahat tu SMP di bonapasogit. Alai di bonapasogit pe siganup ari binereng di angka tingki na parpudion, angka dakdanak pe nunga marhata Indonesia, jala natoras pe tu angka anakhonna pe nunga marhata Indonesia. Hape bonapasogit nama sasintongna na diharaphon boi marpartahanhon hata batak i. Alai molo di bona pasogit pe ndang sadia be marpangke hata batak i tu angka sundut na umposo, gabe ninna roha ma, boha nama ulaning hata batak i muse di pudian ni ari. Anggo di parserahan, ndang tagamon be adong parsiajaran hata batak di parsingkolaan. Alai dison ma ra natoras, dohot angka lembaga manang institusi na adong hubunganna tu habatahon  boi mangajarhon hata batak i tu angka sundut na umposo.   
Paopathon, sada institusi na dihirim boi di tongatonga ni halak batak boi manorushon hata batak i i ma Huria, lumobi Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), na adong goar Batak di bagasanna, marhite pamangkeon na tangkas di hata batak i. Boi ma dipartahanhon marhite parmingguon, singkola minggu, parguru malua, sermon, dohot jamita. Alai songon na taboto, ndang polin be HKBP mamangke hata batak, di parmingguon jamita dohot angka rumang ni panghobasion na asing. Molo adong dua hali parmingguon di gareja, sada nunga na marhata Indonesia, sada nari ma marhata batak. Na marhata batak i pe, sipata ndang polin be hata batak dipangke, nunga dipasaorsaorhon  tu hata na asing isara ni hata  Indonesia,lumobi di jamita. Boi i masa na songon i, ala parjamita i pe, olo do ndang apala “fasih” be marhata batak, ia so i ala didok roha ni pandita boi ummura mangihuthon jamita i angka parminggu na so apala pas be marhata batak. Anggo didok roha nian, molo marhata Indonesia parmingguon i, bulus ma polin hata Indonesia dipangke, jala molo marhata batak bulus ma polin hata batak dipangke, unang dipasaorsaorhon tu hata na asing. Na baruon, molo disurat pe tingting huria, disurat do i di hata batak, alai anggo nuaeng nunga disurat di hata Indonesia. Jadi alani i ndang apala boi be nang huria hibul pateanhon hata batak i tu angka ruas ni huria lumobi tu angka  sundut na umposo.
Palimahon, Institusi na asing na boi diharaphon laho manorushon hata batak on, i ma angka “lembaga-lembaga” paradaton dohot budaya batak, songon i dohot angka  punguanpunguan marga, asa boi nian polin mamangke hata batak i di angka ulaon, manang “kegiatan” na pinatupana di tongati-tonga ni halak batak.

            Songon i ma saotik pamingkirion sian iba sahalak naung tardok natuatua di halak batak, na boi mangantusi jala manghangoluhon hata batak dohot budaya batak i do pe, hira  panungguli ni rohanta, songon dia do panapanta taringot tu hata batakta on, jala dia ma sibahenonta asa boi nian martahan hata batak on. Arop do roha adong angka alus dohot pamingkirion na boi pauliulihon habatahonta i. Tahaporseai do na silehonlehon ni Debata do nang hata dohot budaya batak i di hita bangso batak. (Pdt MSM Panjaitan, pendeta HKBP emeritus ).


Selasa, 05 Januari 2021

MAKNA HARI EPIPHANIAS DALAM KEHIDUPAN ORANG KRISTEN

 

MAKNA HARI EPIPHANIAS  DALAM  KEHIDUPAN  ORANG KRISTEN
 
Sebagaimana tercatat dalam Almanak HKBP, tanggal  6 Januari adalah hari Epiphanias bagi Umat Kristen, yang mempunyai makna historis yang sama dengan hari Natal. Tetapi karena perhatian umat Kristen belakangan ini lebih  tercurah kepada Hari Natal, maka hari Epiphanias  menjadi hampir terabaikan. Sebagaimana halnya ada empat minggu mendahului Hari Natal, yakni minggu-minggu Advent, maka ada empat atau lima minggu yang menyusul Hari Epiphanias yang disebut minggu-minggu sesudah Epiphanias, yang memperjelas makna dari Hari Epiphanias itu. Kalau pada minggu Adven I dimulai dengan penyalaan satu lilin, demikian seterusnya sampai minggu Adven ke IV, menyalakan empat lilin, maka pada minggu I sesudah Epiphanias dimulai dengan penyalaan empat atau lima lilin (tergantung kepada banyaknya  minggu  sesudah Epiphanias),  demikian seterusnya semakin dikurangi satu lilin, hingga minggu terakhir sesudah Epiphanias tinggal hanya satu lilin saja. Lalu pada minggu selanjutnya yakni  minggu Septuagesima saat mana kita sudah mulai mengarahkan pandangan kepada penderitaan Yesus,  tidak ada lagi penyalaan lilin.  Apakah makna dari hari Epiphanias itu? (selanjutnya baca di blog berikut ...).
 Epiphanias yang berasal bahasa Yunani : ἐπιφάνεια, (epiphaneia), berarti: "manifestasi", atau "penampakan yang jelas". Kata ini hampir sama artinya dengan kata Yunani   Θεοφάνεια (Τheophaneia), atau Theophani, yang berarti berarti "penampakan Tuhan". Sebelum tanggal 25 Desember ditetapkan sebagai hari kelahiran Yesus Kristus yang disebut Hari Natal, yang  perayaannya mulai diadakan tahun 354 (abad 4) di Roma atau di Gereja Barat, di gereja-gereja Orthodoks Timur, seperti gereja Koptik Mesir, Gereja Syria, Gereja Armenia, Gereja di Palestina, dll, mulai abad ketiga pada setiap  6 Januari telah dirayakan sebagai hari kelahiran Yesus yang dinamai hari Epiphanias. Perayaan itu juga dikaitkan dengan hari pembabptisan Yesus di sungai Jordan oleh Yohannes Pembaptis, di mana pada waktu itu  Dia “nampak” sebagai Anak Allah yang dikasihi, kepada orang-orang Yahudi (Mat.3: 17). Epiphanias adalah juga hari untuk memperingati kedatangan Orang-orang Majus dari Timur  yang mengunjungi Yesus yang baru saja lahir, yang menunjukkan penampakan  Yesus Kristus  ke seluruh bangsa-bangsa dunia sebagai Anak Allah dan Raja Dunia (Mat. 2: 1ff).
Mengapa mereka memilih tanggal 6 Januari pada waktu itu ? Sebelum kekristenan, orang-orang Mesir telah merayakan tanggal 6 Januari itu sebagai hari mempermuliakan Dewa Kore yang melahirkan  Aion. “Aion” yang dalam bahasa Yunani Λίών berarti yang kekal. Lalu orang-orang Kristen Mesir (gereja Koptik) mengambil-alih hari itu sebagai perayaan kelahiran Kristus, dengan mengingatkan bahwa Yesus Kristuslah “Aion” atau Yang kekal itu. Setelah  25 Desember diterima oleh sebagian besar gereja di lingkungan kekaisaran Roma, baik yang berada di belahan Barat maupun di Timur,  maka 6 Januari itu tetap dirayakan sebagai hari Ephiphanias. Tetapi perayaan Epiphanias itu lebih dihubungkan  dengan hari kedatangan orang-orang Majus dari dunia Timur dan hari pembaptisan Yesus Kristus  di sungai Yordan oleh Yohannes Pembaptis yang juga menandai penampakan Allah dalam diri Yesus Kristus kepada orang-orang Yahudi serta permulaan pekerjaan Yesus di dunia ini. Tetapi gereja-gereja Barat lebih menekankan atas hari kedatangan orang-orang majus dari Timur, sedangkan gereja-gereja Timur lebih menekankan atas hari pembaptisan Yesus di sungai Yordan. Tetapi sampai sekarang masih ada gereja-gereja Orthodoks Timur, yang merayakan hari Epiphanias itu sebagai  peringatan akan  kelahiran Yesus, yakni Gereja Armenia, Gereja Koptik Mesir, dan juga Gereja Orthodoks Syria di India Selatan.  Gereja-gereja di Indonesia yang merupakan hasil penginjilan dari Gereja Barat, walaupun berada di dunia Timur, adalah mengikuti tradisi gereja-gereja Barat, yakni merayakan kelahiran Yesus pada setiap tanggal 25 Desember yang lebih dikenal dengan Hari Natal. Tetapi alangkah baiknya, jika gereja kita juga tetap  tidak melupakan hari Epiphanias itu, walaupun  bukan lagi sebagai hari peringatan kelahiran Yesus, tetapi sebagai peringatan kedatangan orang-orang Majus dari kejauhan di negeri Timur mengunjung kelahiran Yesus sebagai pertanda dari penampakan Allah kepada bangsa-bangsa di dunia, yang mendorong mereka membawa persembahan yang berharga kepada Yesus yang mereka lihat sebagai Raja Dunia ini.  Persembamanan mereka itu   bisa dipergunakan oleh keluarga Yosef dan Maria dalam membesarkan Yesus, khususnya untuk keperluan mereka mengungsi ke Mesir sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah untuk menyelamatkan bayi Yesus dari rencana pembunuhan raja Herodes.  Epiphanias  juga memperingati pembaptisan Yesus oleh Yohannes Pembaptis di sungai Yordan, sebagai moment yang sangat berharga karena pada saat itulah Allah menyatakan dengan sangat jelas melalui suara dari sorga kepada orang-orang Yahudi yang ada di tempat itu, bahwa Yesus adalah Anak Allah yang dikasihi dan yang kepada-Nya Allah berkenan. Dalam Kitab Injil Matius dilaporkan: Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."  (Matius 3: 16. 17). Inilah juga ayat renungan yang diaturkan dalam Almanak HKBP hari ini, yang mengajak kita untuk percaya sepenuhnya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, dan Raja Dunia yang membawa keselamatan dan kedamaian bagi umat manusia dan dunia.   Selamat hari Epiphanias, Tuhan memberkati kita semua. (Pdt MSM Panjaitan).