Jumat, 22 Januari 2021

GEREJA RUMAH

 

GEREJA RUMAH

 

Diperkirakan sampai akhir abad ke dua Masehi  bentuk gereja mula-mula masih merupakan  “gereja- rumah”, yakni gereja yang mempergunakan rumah sebagai  tempat bersekutu. Orang-orang Kristen itu belum memiliki gedung gereja yang dibangun secara khusus untuk tempat persekutuan dan peribadahan mereka. Kegiatan mereka masih di lakukan di rumah-rumah.

“Gereja- rumah” yang pertama dijumpai di Yerusalem. Di sana ada sebuah rumah yang sudah sering dipergunakan oleh murid-murid dan pengikut Yesus untuk berkumpul, baik semasa mereka masih bersama-sama dengan Yesus di dunia ini, maupun setelah kenaikan Yesus ke sorga. Dari Kitab Perjanjian Baru bisa diketahui  bahwa dalam rumah tersebut ada tiga persitiwa besar yang pernah terjadi bagi murid-murid dan pengikut Yesus, yakni:

1.    Perjamuan Tuhan, sebelum kematian Tuhan Yesus (Markus 14, 12-26)

2.    Penampakan Yesus kepada murid-muridNya sesudah kebangkitanNya (Yoh. 20,14-29)

3.  Kedatangan Roh Kudus pada hari Pentakosta  (Kis. 2).

 

Menurut Mark. 14, 15, keadaan rumah tersebut cukup besar dan bertingkat. Salah satu ruangan dari rumah itu bisa memuat lebih dari 120 orang ( (Kis. 1,12.13). Tetapi tidak jelas disebut siapa pemilik rumah tersebut.

Namun suatu petunjuk yang bisa dipergunakan untuk mengetahui siapa pemilik  rumah itu ada dalam Kissah para Rasul pasal 12. Di sana disebut adanya sebuah rumah di Yeruslem yang  nampaknya sudah  biasa dipergunakan oleh murid-murid Yesus dan orang-orang Kristen mula-mula untuk berkumpul dan berdoa. Ketika Petrus dilepaskan secara mujizat dari penjara Herodes oleh malaekat Tuhan, maka dia terus pergi menuju rumah tersebut dan bergabung dengan saudara-saudaranya yang sudah berkumpul di sana. Kalau rumah tersebut sama dengan rumah yang menjadi tempat peristiwa yang disebut di atas, maka rumah itu adalah “rumah Maria ibu Yohannes yang disebut juga Markus” (Kis.12,12). Markus yang dimaksud ialah orang yang kemudian menulis kitab Injil yang tertua dalam Perjanjian Baru yakni Injil Markus. Petunjuk lain mengenai ini ialah bahwa ketika orang yang bernama Markus itu menulis tentang peristiwa penangkapan Yesus di Taman Getsemane, dia memasukkan suatu kejadian yang diabaikan oleh penulis Injil Matius dan Lukas. Kejadian itu ialah bahwa ketika semua murid-murid itu melarikan diri meninggalkan Yesus, “Ada seorang muda, yang pada waktu itu hanya memakai sehelai kain lenan untuk menutup badannya , mengikut Dia. Mereka hendak menangkapnya, tetapi ia melepsakan kainnya dan lari dengan telanjang” (Mark. 14,51.52). Jika rumah yang mempunyai kamar tamu besar di ruang atas itu adalah rumah Maria ibu Markus, maka kemungkinan sekali pemuda yang yang dimaksud tadi adalah Markus itu sendiri. Rupanya setelah suatu Perjamuan yang diadakan  di rumah itu selesai,Yesus dan murid-muridNya  keluar. Tetapi Markus yang mendengar mereka telah keluar dari rumah itu, bangkit dari tempat tidurnya serta mengikuti mereka dari belakang tanpa lebih dulu berpakaian.

Selain gereja rumah yang di Yerusalem itu, masih banyak lagi gereja rumah yang lain yang disebut dalam Perjanjian  Baru, sekaligus juga dengan menyebut nama pemilik dari rumah itu, misalnya  rumah Lidia di Filipi (Kis. 16, 40),  rumah Titius Yustus di Konrintus ( Kis. 18,7), rumah Priska dan Akwila di Roma (Roma 16, 3-5; ),  dan di Epesus ( I Kor.16, 19),  rumah Nimfa di Laodikea (Kol. 4,15), rumah Filemon di Kolosse ( Filemon 1-2), dll.

Kehidupan gereja mula-mula dalam bentuk gereja rumah seperti disebut di atas, bukan hanya terjadi pada zaman Perjanjian Baru, tetapi diperkirakan berlangsung sampai akhir abad kedua.  Memang ada petunjuk yang memperlihatkan bahwa di Edessa, kira-kira 300 mil sebelah Barat Arbil Mesopotamia Utara, telah pernah didirikan sebuah gedung gereja oleh raja negeri itu, Abgar VIII, segera setelah raja itu menjadikan Kristen sekitar tahun 180 M. Tetapi bangunan itu telah hancur tahun 201 disebabkan oleh bahaya banjir yang melanda negeri  tersebut pada waktu itu.

Orang-orang Kristen di kekaisaran Roma kelihatannya memang lebih suka bersekutu di rumah-rumah pada  mulanya. Penganut-penganut agama lain yang ada di sana umumnya mempunyai rumah ibadah. Orang-orang Yahudi juga mempunyai rumah ibadah, yakni sinagoge-sinagoge. Tetapi orang-orang kristen merupakan golongan agama yang baru. Mereka belum diakui oleh pemerintah, bahkan sering dicurigai dan dikejar-kejar, dipersekusi atau dihambat, sehingga  mereka tidak merasa aman. Di beberaapa tempat orang-orang Kristen memiliki tanah sendiri untuk tempat kuburan. Dan boleh dikatakan bahwa pada mulanya kuburanlah yang merupakan satu-satunya milik gereja. Di bawah tanah kuburan itu dibuat ruangan-ruangan yang disebut katakombe. Karena itu di kuburan tersebutlah juga orang-orang Ktisten sering berkumpul untuk berdoa,beribadah, sekaligus juga untuk mengamankan tanah kuburan itu sebagai suatu kebiasaan yang terjadi di kekaisaran Romawi. Dan pada masa-masa penghambatan, katakombe-katakombe itu sering dipergunakan sebagai tempat persembunian mereka.

Di Dura-Europos, yakni sebuah kota benteng pertahanan pemerintahan Romawi yang letaknya di perbatasan sebelah Timur dari kekaisaran itu (sekarang sudah masuk wilayah Irak), ada sebuah bekas bangunan gereja-rumah yang bertahan sampai sekarang dan banyak dikunjungi orang.Para arkheolog (ahli-ahli peninggalan Purbakala) menemukan bekas bangunan itu di bawah timbunan pasir tahun 1934. Menurut penelitian para ahli,  bangunan itu telah ada sebelum tahun 100 M, hanya tidak jelas diketahui kapan mulai dipergunakan orang-orang Kristen sebagai tempat bersekutu.  Tetapi dari hasil penelitian para ahli, diketahui bahwa tahun 232 bangunan itu telah diubah bentuknya, supaya lebih sesuai dengan tempat ibadah. Satu  dinding tembok di dalamnya diruntuhkan supaya ruangannya lebih luas. Dan di dalamnya dibangun sebuah panggung untuk altar. Dalam salah satu ruangannya yang lebih kecil dibangunn sebuah bak air dari batu, yang diduga dipergunakan sebagai tempat untuk membaptiskan orang. Seseorang yang akan dibaptis  dibawa ke sana dan dalam posisi berdiri,  kepada orang tersebut ditumpahkan air yang diambil dari bak tersebut. Selain itu pada  dinding bagian dalam dari ruangan itu dijumpai beberapa lukisan atau gambar yang mencerminkan cerita-cerita Alkitab yang bisa memberi makna apa arti baptisan dan hidup orang-orang Kristen pada waktu itu. Di dinding depan misalnya terdapat gambar Yesus sebagai Gembala Yang Baik, yang sedang memikul seekor domba di pundaknya untuk dibawa kepada kawanan domba yang lain, seperti yang diceritakan dalam Yoh. 10, 14-16. Pada dinding samping dijumpai antara lain gambar orang lumpuh yang disembuhkan Yesus dengan teks di bawahnya: “dosamu telah diampuni” (Mark.2,5). Kemudian gambar Yesus yang sedang menarik tangan Petrus yang hampir tenggelam di air ke dalam perahu (Mat. 14,31), yang di bawahnya ditulis kata-kata: “perahu itu menggambarkan gereja”. Selain itu ada gambar wanita dengan kendi air di sumur Yakob, dengan teks di bawahnya: “air yang hidup” (Yoh. 4,10); gambar dari tiga orang wanita di dekat kuburan yang kosong (Mark.16 dan Roma 6, 4), dengan teks di bawahnya: “Sama seperti Kristus telah dibangkitkan…, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru”. (Pdt MSM Panjaitan )

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar