MAKNA HARI EPIPHANIAS DALAM KEHIDUPAN ORANG KRISTEN
MAKNA HARI EPIPHANIAS DALAM KEHIDUPAN ORANG KRISTEN
Sebagaimana tercatat dalam Almanak HKBP, tanggal 6 Januari adalah hari Epiphanias bagi
Umat Kristen, yang mempunyai makna historis yang sama dengan hari Natal.
Tetapi karena perhatian umat Kristen belakangan ini lebih tercurah kepada Hari Natal, maka hari
Epiphanias menjadi hampir terabaikan. Sebagaimana
halnya ada empat minggu mendahului Hari Natal, yakni minggu-minggu Advent, maka
ada empat atau lima minggu yang menyusul Hari Epiphanias yang disebut minggu-minggu
sesudah Epiphanias, yang memperjelas makna dari Hari Epiphanias itu. Kalau pada
minggu Adven I dimulai dengan penyalaan satu lilin, demikian seterusnya sampai
minggu Adven ke IV, menyalakan empat lilin, maka pada minggu I sesudah
Epiphanias dimulai dengan penyalaan empat atau lima lilin (tergantung kepada
banyaknya minggu sesudah Epiphanias), demikian seterusnya semakin dikurangi satu
lilin, hingga minggu terakhir sesudah Epiphanias tinggal hanya satu lilin saja.
Lalu pada minggu selanjutnya yakni minggu
Septuagesima saat mana kita sudah mulai mengarahkan pandangan kepada
penderitaan Yesus, tidak ada lagi
penyalaan lilin. Apakah makna
dari hari Epiphanias itu? (selanjutnya baca di blog berikut ...).
Epiphanias yang berasal bahasa Yunani :
ἐπιφάνεια, (epiphaneia), berarti: "manifestasi", atau "penampakan yang jelas".
Kata ini hampir sama artinya dengan kata Yunani Θεοφάνεια (Τheophaneia), atau Theophani, yang berarti berarti
"penampakan Tuhan".
Sebelum tanggal 25 Desember ditetapkan sebagai hari kelahiran Yesus Kristus
yang disebut Hari Natal, yang perayaannya mulai diadakan tahun 354 (abad 4)
di Roma atau di Gereja Barat, di gereja-gereja Orthodoks Timur, seperti gereja
Koptik Mesir, Gereja Syria, Gereja Armenia, Gereja di Palestina, dll, mulai
abad ketiga pada setiap 6 Januari telah
dirayakan sebagai hari kelahiran Yesus
yang dinamai hari Epiphanias.
Perayaan itu juga dikaitkan dengan hari pembabptisan Yesus di sungai Jordan
oleh Yohannes Pembaptis, di mana pada waktu itu Dia “nampak”
sebagai Anak Allah yang dikasihi, kepada
orang-orang Yahudi (Mat.3: 17). Epiphanias adalah juga hari untuk memperingati kedatangan Orang-orang Majus dari Timur yang mengunjungi Yesus yang baru saja lahir, yang menunjukkan penampakan Yesus Kristus ke seluruh bangsa-bangsa
dunia sebagai Anak Allah dan Raja Dunia (Mat. 2: 1ff).
Mengapa
mereka memilih tanggal 6 Januari pada waktu itu ?
Sebelum kekristenan, orang-orang Mesir telah merayakan tanggal 6 Januari itu sebagai hari mempermuliakan Dewa Kore yang melahirkan Aion. “Aion” yang dalam bahasa
Yunani Λίών berarti
yang kekal. Lalu orang-orang Kristen Mesir (gereja Koptik)
mengambil-alih hari itu sebagai perayaan kelahiran
Kristus, dengan mengingatkan bahwa Yesus
Kristuslah “Aion” atau Yang kekal itu. Setelah 25
Desember diterima oleh sebagian besar gereja di lingkungan kekaisaran Roma, baik
yang berada di belahan Barat maupun di Timur,
maka 6 Januari itu tetap dirayakan sebagai hari Ephiphanias. Tetapi
perayaan Epiphanias itu lebih dihubungkan
dengan hari kedatangan orang-orang Majus dari dunia Timur dan hari
pembaptisan Yesus Kristus di sungai
Yordan oleh Yohannes Pembaptis yang juga menandai penampakan Allah dalam diri
Yesus Kristus kepada orang-orang Yahudi serta permulaan pekerjaan Yesus di
dunia ini. Tetapi gereja-gereja Barat lebih menekankan atas hari kedatangan
orang-orang majus dari Timur, sedangkan gereja-gereja Timur lebih menekankan atas
hari pembaptisan Yesus di sungai Yordan. Tetapi sampai sekarang masih ada gereja-gereja
Orthodoks Timur, yang merayakan hari Epiphanias itu sebagai peringatan akan kelahiran Yesus, yakni Gereja Armenia, Gereja
Koptik Mesir, dan juga Gereja Orthodoks Syria di India Selatan. Gereja-gereja di Indonesia yang merupakan
hasil penginjilan dari Gereja Barat, walaupun berada di dunia Timur, adalah
mengikuti tradisi gereja-gereja Barat, yakni merayakan kelahiran Yesus pada
setiap tanggal 25 Desember yang lebih dikenal dengan Hari Natal. Tetapi
alangkah baiknya, jika gereja kita juga tetap tidak melupakan hari Epiphanias itu, walaupun bukan lagi sebagai hari peringatan kelahiran
Yesus, tetapi sebagai peringatan kedatangan orang-orang Majus dari kejauhan di negeri
Timur mengunjung kelahiran Yesus sebagai pertanda dari penampakan Allah kepada
bangsa-bangsa di dunia, yang mendorong mereka membawa persembahan yang berharga
kepada Yesus yang mereka lihat sebagai Raja Dunia ini. Persembamanan mereka itu bisa
dipergunakan oleh keluarga Yosef dan Maria dalam membesarkan Yesus, khususnya
untuk keperluan mereka mengungsi ke Mesir sesuai dengan yang diperintahkan oleh
Allah untuk menyelamatkan bayi Yesus dari rencana pembunuhan raja Herodes. Epiphanias juga memperingati pembaptisan Yesus oleh
Yohannes Pembaptis di sungai Yordan, sebagai moment yang sangat berharga karena
pada saat itulah Allah menyatakan dengan sangat jelas melalui suara dari sorga
kepada orang-orang Yahudi yang ada di tempat itu, bahwa Yesus adalah Anak Allah
yang dikasihi dan yang kepada-Nya Allah berkenan. Dalam Kitab Injil Matius
dilaporkan: “Sesudah dibaptis,
Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia
melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah
suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi,
kepada-Nyalah Aku berkenan." (Matius 3: 16. 17). Inilah juga ayat renungan
yang diaturkan dalam Almanak HKBP hari ini, yang mengajak kita untuk percaya
sepenuhnya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, dan Raja Dunia yang membawa
keselamatan dan kedamaian bagi umat manusia dan dunia. Selamat
hari Epiphanias, Tuhan memberkati kita semua. (Pdt MSM Panjaitan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar