Selasa, 05 Januari 2021

MAKNA HARI EPIPHANIAS DALAM KEHIDUPAN ORANG KRISTEN

 

MAKNA HARI EPIPHANIAS  DALAM  KEHIDUPAN  ORANG KRISTEN
 
Sebagaimana tercatat dalam Almanak HKBP, tanggal  6 Januari adalah hari Epiphanias bagi Umat Kristen, yang mempunyai makna historis yang sama dengan hari Natal. Tetapi karena perhatian umat Kristen belakangan ini lebih  tercurah kepada Hari Natal, maka hari Epiphanias  menjadi hampir terabaikan. Sebagaimana halnya ada empat minggu mendahului Hari Natal, yakni minggu-minggu Advent, maka ada empat atau lima minggu yang menyusul Hari Epiphanias yang disebut minggu-minggu sesudah Epiphanias, yang memperjelas makna dari Hari Epiphanias itu. Kalau pada minggu Adven I dimulai dengan penyalaan satu lilin, demikian seterusnya sampai minggu Adven ke IV, menyalakan empat lilin, maka pada minggu I sesudah Epiphanias dimulai dengan penyalaan empat atau lima lilin (tergantung kepada banyaknya  minggu  sesudah Epiphanias),  demikian seterusnya semakin dikurangi satu lilin, hingga minggu terakhir sesudah Epiphanias tinggal hanya satu lilin saja. Lalu pada minggu selanjutnya yakni  minggu Septuagesima saat mana kita sudah mulai mengarahkan pandangan kepada penderitaan Yesus,  tidak ada lagi penyalaan lilin.  Apakah makna dari hari Epiphanias itu? (selanjutnya baca di blog berikut ...).
 Epiphanias yang berasal bahasa Yunani : ἐπιφάνεια, (epiphaneia), berarti: "manifestasi", atau "penampakan yang jelas". Kata ini hampir sama artinya dengan kata Yunani   Θεοφάνεια (Τheophaneia), atau Theophani, yang berarti berarti "penampakan Tuhan". Sebelum tanggal 25 Desember ditetapkan sebagai hari kelahiran Yesus Kristus yang disebut Hari Natal, yang  perayaannya mulai diadakan tahun 354 (abad 4) di Roma atau di Gereja Barat, di gereja-gereja Orthodoks Timur, seperti gereja Koptik Mesir, Gereja Syria, Gereja Armenia, Gereja di Palestina, dll, mulai abad ketiga pada setiap  6 Januari telah dirayakan sebagai hari kelahiran Yesus yang dinamai hari Epiphanias. Perayaan itu juga dikaitkan dengan hari pembabptisan Yesus di sungai Jordan oleh Yohannes Pembaptis, di mana pada waktu itu  Dia “nampak” sebagai Anak Allah yang dikasihi, kepada orang-orang Yahudi (Mat.3: 17). Epiphanias adalah juga hari untuk memperingati kedatangan Orang-orang Majus dari Timur  yang mengunjungi Yesus yang baru saja lahir, yang menunjukkan penampakan  Yesus Kristus  ke seluruh bangsa-bangsa dunia sebagai Anak Allah dan Raja Dunia (Mat. 2: 1ff).
Mengapa mereka memilih tanggal 6 Januari pada waktu itu ? Sebelum kekristenan, orang-orang Mesir telah merayakan tanggal 6 Januari itu sebagai hari mempermuliakan Dewa Kore yang melahirkan  Aion. “Aion” yang dalam bahasa Yunani Λίών berarti yang kekal. Lalu orang-orang Kristen Mesir (gereja Koptik) mengambil-alih hari itu sebagai perayaan kelahiran Kristus, dengan mengingatkan bahwa Yesus Kristuslah “Aion” atau Yang kekal itu. Setelah  25 Desember diterima oleh sebagian besar gereja di lingkungan kekaisaran Roma, baik yang berada di belahan Barat maupun di Timur,  maka 6 Januari itu tetap dirayakan sebagai hari Ephiphanias. Tetapi perayaan Epiphanias itu lebih dihubungkan  dengan hari kedatangan orang-orang Majus dari dunia Timur dan hari pembaptisan Yesus Kristus  di sungai Yordan oleh Yohannes Pembaptis yang juga menandai penampakan Allah dalam diri Yesus Kristus kepada orang-orang Yahudi serta permulaan pekerjaan Yesus di dunia ini. Tetapi gereja-gereja Barat lebih menekankan atas hari kedatangan orang-orang majus dari Timur, sedangkan gereja-gereja Timur lebih menekankan atas hari pembaptisan Yesus di sungai Yordan. Tetapi sampai sekarang masih ada gereja-gereja Orthodoks Timur, yang merayakan hari Epiphanias itu sebagai  peringatan akan  kelahiran Yesus, yakni Gereja Armenia, Gereja Koptik Mesir, dan juga Gereja Orthodoks Syria di India Selatan.  Gereja-gereja di Indonesia yang merupakan hasil penginjilan dari Gereja Barat, walaupun berada di dunia Timur, adalah mengikuti tradisi gereja-gereja Barat, yakni merayakan kelahiran Yesus pada setiap tanggal 25 Desember yang lebih dikenal dengan Hari Natal. Tetapi alangkah baiknya, jika gereja kita juga tetap  tidak melupakan hari Epiphanias itu, walaupun  bukan lagi sebagai hari peringatan kelahiran Yesus, tetapi sebagai peringatan kedatangan orang-orang Majus dari kejauhan di negeri Timur mengunjung kelahiran Yesus sebagai pertanda dari penampakan Allah kepada bangsa-bangsa di dunia, yang mendorong mereka membawa persembahan yang berharga kepada Yesus yang mereka lihat sebagai Raja Dunia ini.  Persembamanan mereka itu   bisa dipergunakan oleh keluarga Yosef dan Maria dalam membesarkan Yesus, khususnya untuk keperluan mereka mengungsi ke Mesir sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah untuk menyelamatkan bayi Yesus dari rencana pembunuhan raja Herodes.  Epiphanias  juga memperingati pembaptisan Yesus oleh Yohannes Pembaptis di sungai Yordan, sebagai moment yang sangat berharga karena pada saat itulah Allah menyatakan dengan sangat jelas melalui suara dari sorga kepada orang-orang Yahudi yang ada di tempat itu, bahwa Yesus adalah Anak Allah yang dikasihi dan yang kepada-Nya Allah berkenan. Dalam Kitab Injil Matius dilaporkan: Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."  (Matius 3: 16. 17). Inilah juga ayat renungan yang diaturkan dalam Almanak HKBP hari ini, yang mengajak kita untuk percaya sepenuhnya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, dan Raja Dunia yang membawa keselamatan dan kedamaian bagi umat manusia dan dunia.   Selamat hari Epiphanias, Tuhan memberkati kita semua. (Pdt MSM Panjaitan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar