Minggu, 01 Maret 2020

PENGERTIAN TENTANG GEREJA

PENGERTIAN TENTANG GEREJA


( Oleh; Pdt MSM Panjaitan, MTh)

Pendahuluan
            Belakangan ini sering muncul di media sosial perbincangan mengenai gereja ( Batak: huria), khususnya yang berhubungan dengan HKBP.  Apakah gereja itu, apakah gereja sama dengan organisasi-organisasi lainnya di dunia ini, misalnya organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial-politik, dll. Dari sudut keorganisasiannya mungkin ada persamaannya, yakni sama-sama mempunyai aturan dan peraturannya, sama-sama-sama mempunyai pengurus yang memimpin atau menyelenggarakan organisasi itu, dan sama-sama mempunyai anggota. Tetapi pada hakekatnya gereja dan organisasi-oraganisasi yang bersifat duniawi itu sangat berbeda sekali. Gereja adalah oraganisasi keagamaan Kristen, yang diyakini walaupun berada di dunia ini tetapi bukan didirikan oleh manusia berdasarkan kesepakatan bersama,  tetapi didirikan oleh Tuhan Allah melalui Roh Kudus sebagai persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Persekutuan itu sangat diperlukan sebagai wadah mempersatukan warganya dalam menjalankan tugas panggilan yang diberikan oleh Tuhan Allah sebagai pemilik dari gereja itu sendiri.            
Semua agama membutuhkan  suatu persekutuan  yang juga menjadi sumber  segala inspirasi keagamaan bagi umatnya. Seandainya ada agama yang tidak mempunyai persekutuan, itu sama saja dengan aliran-aliran filsafat. Sedangkan aliran-aliran yang anti agama sekalipun juga membutuhkan suatu persekutuan pada satu-satu waktu tertentu. Seperti misalnya Komunis  juga mempunyai kumpulan-kumpulan, partai-partai, yang selalu berkumpul secara rahasia. Karena adalah hakekat manusia untuk mendapat inspirasi baru di dalam kumpulan-kumpulan yang bersifat persekutuan.
       Tetapi di antara semua agama di dunia ini , terdapat pendapat yang bebeda  mengenai  arti dari persekutuan itu. Di satu pihak ada yang  menganggap persekutuan itu hanya  sebagai perkumpulan orang-orang elit ( enlightene ones atau orang-orang yang mempunyai ilham). Dan di pihak  lain ada yang berpendapat sebaliknya, yang mengatakan bahwa agama itu adalah perkumpulan dari keseluruhan umatnya secara horizontal, yang bersifat pergaulan sesama.  Hanya orang Kristenlah yang berhasil menghubungkan ke dua pendapat ini, dalam pengertiannya  mengenai gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus Kristus.  
            Pengertian tentang gereja dari berbagai  aliran, golongan, sekte kekristenan adalah berbeda-beda. Ini disebabkan karena pengajaran tentang gereja tidak pernah sejelas pengertian mengenai  pokok teologi yang lain misalnya tentang keselamatan (soteriologi) dan tentang Kristus (Kristologi). Baik di gereja Roma Katolik (RK) maupun di gereja-gereja Protestan pengertian mengenai gereja ini tidak pernah jelas. Dan itulah sebabnya sekarang ini sudah ada usaha untuk mencari konsensus (pengertian umum),  terlebih-lebih di gereja-gereja Proetestan dan gereja RK. Konsensus itu dapat dirumuskan sbb:
1.       Gereja sebagai bangsa Allah
Asal dari gereja ialah panggilan Tuhan Allah akan suatu  umat yang terplih. Dalam Perjanjain Lama  persekutuan umat Allah  yang terpilih itu disebut  “qahal”.  Pengertian ‘qahal” mengekspresikan kesatuan agamani dari orang-orang Yahudi sebagai satu bangsa Allah atas panggilan Tuhan Allah itu sendiri.  Qahal juga meliputi pengertian bahwa  paling tidak sebahagian dari bangsa yang terpilih itu akan dilepaskan.
Dalam bahasa Yunani kata yang dipakai untuk menyebut gereja adalah ekklesia. Pada dasarnya arti dari ekklesia adalah orang-orang yang dipanggil keluar dari dunia ini dan dihimpun dalam satu persekutuan. Dlam Perjanjian Baru (PB) ekkelsia itu juga  diartikan sebagai Israel yang baru. Tetapi ekklesia sebagai Israel yang baru  tidak terikat kepada satu bangsa saja dan tidak terikat akan satu kode hukum. Ekklesia itu dilahirkan oleh  suatu perjanjian yang baru. Tetapi perjanjian yang baru yang menimbulkan  Israel yang baru ini tentu tidak meniadakan segala macam hubungan-hubungan yang ada di dalam Perjanjian Lama (PB).  Jadi Perjanjian Baru selalu menyadari dirinya sebagai kontinuitas dari  Perjanjian Lama dan berhubungan dengan bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah. Tetapi ekklesia ini selalu pula menyadari dirinya sebagai sisa dari bangsa pilihan yang dulu, yang karena itu sebagai bangsa yang benar dan benih yang benar. Malah dipercayai bahwa  rasul yang dua belas itu telah dihunjuk oleh Tuhan Allah menjadi hakim atas dua belas suku Israel.
Tuhan Allah selalu dianggap sebagai pendiri dari gereja, dan oleh karena itu gereja sebagaimana dahulu kala, demikian juga sekarang selalu menunjuk kepada perjanjian (covenant) dari Tuhan Allah, dalam perjanjian mana kasih Allah selalu mengatasi penyelewenang-penyelewengan dari anggota yang sering merusak isi perjanjian itu. Tetapi klimaks dari pengertian gereja yang demikian adalah bahwa gereja itu dikumpulkan dan dipersatukan oleh tindakan-tindakan penyataan dan tindakan pelepasan dari Tuhan Allah dalam Yesus Kristus, sehingga semua orang yang dikumpulkan itu menjadi satu bangsa walaupun mempunyai bahasa yang berbeda dan adat yang saling bertentangan. Menjadi anggota gereja berarti mengikuti rentetan-rentetan peristiwa-peristiwa dalam sejarah karena berdirinya gereja adalah sebagai hasil dari pekerjaan Tuhan Allah di dalam rentetan-rentetan peristiwa-peristiwa itu. Oleh karena itu pekerjaan Tuhan Allah di dalam Kristus secara historis bukanlah merupakan tindakan pertama di dalam memilih suatu bangsa di dalam sejarah. Sebelum Kristus sudah ada beberapa rentetan peristiwa tindakan Allah di dalam sejarah  yang mengumpulkan bangsanya.  Umpamanya panggilan  Abraham,  hukum-hukum Musa, nubuatan nabi khususnya nabi Yeremia tentang perjanjian baru yang akan tertulis dalam hati manusia. Ini merupakan  peristiwa tindakan pendahuluan dari  pekerjaan Yesus Kristus. Karena itu gereja tidak boleh melupakan arti dari peristiwa-peristiwa yang mendahului itu.
2.      Gereja  sebagai tubuh Kristus
Tetapi semua orang Kristen mempercayai bahwa tindakan yang paling menentukan dari pihak Tuhan Allah untuk membentuk suatu bangsa baru atau ekklesia (gereja) atau Israel yang baru, hanya dipenuhi di dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Karena itu gereja dalam arti tertentu merupakan  “prolongation” (perpanjangan) dari tindakan Tuhan Allah. Dengan demikian terang bahwa adanya gereja bukanlah menjadi peniadaan akan peristiwa-peristiwa  Tuhan Allah sebelum Kristus,  melainkan berarti bahwa di dalam Kristus segala perjanjian itu diperbaharui, oleh sebab mana timbul satu bangsa baru atas pilihan yang baru.
      Hubungan Kristus dengan gereja dinyatakan oleh hukum perjanjian baru dengan beberapa gambaran.  Umpamanya seperti hubungan pohon anggur dengan ranting-rantingnya ( Yohannes 15), hubungan alas dengan bangunannya  ( I Korint 3); hubungan pengantin laki-laki dengan pengantin perempuan  ( Wahyu 19: 7-11);  hubungan kepala dengan anggota badan atau tubuh  ( I Korint 12). Semua hubungan yang ada dalam gereja yaitu hubungan yang aktuil  (nyata) atau hubungan yang potensiel, berakar dalam keyakinan yang hidup yang mengatakan bahwa Yesus Kristus itulah kepala gereja dan anggota gereja itu adalah sebagai anggota tubuh dari kepala itu. 

3.      Gereja sebagai persekutuan dari Roh Kudus
Gereja bukan hanya merupakan bangsa Allah dan tubuh Kristus. Tetapi juga merupakan persekutuan dari Roh Kudus.  Sebagai pemberian dari Roh Kudus, juga boleh dikatakan bahwa eksistensi dari gereja adalah kelanjutan umat Allah. Dan  ini tidak menghapuskan pengertian  bahwa memang pokok sentral  tindakan Allah ada di dalam Yesus Kristus. Menurut Perjanjian Baru, eksistensi dari gereja sangat banyak sangkut pautnya dengan pekerjaan Roh Kudus yang memanggil dan menyucikan. Itu sebabnya hari Pentakosta ( hari   Turunnya Roh Kudus) itu sering disebutkan sebagai hari lahir dari gereja.(Catatan: Bagi gereja Pentakosta, sejarah pertumbuhan gereja, di mana Allah mempergunakan peristiwa-peristiwa  dalam sejarah sebagai alatnya, tidak penting. Tetapi pengertian mereka akan tindakan Roh Kudus selalu bersifat momental. Bagi mereka apa yang terjadi di suatu gereja dalam perjalanan sejarah tidak perlu. Tetapi yang perlu ialah apa yang terjadi sekali oleh tindakan Roh Kudus).
Sebenarnya bukanlah suatu kebetulan dalam “Credo” (Pengakuan iman Rasuli ), iman kepada  Roh Kudus dan kepercayaan kepada gereja yang am disatupadukan. Karena memang eksistensi gereja itu adalah  berhubungan dengan pekerjaan Roh Kudus. Dalam PB kita melihat ada petunjuk tentang empat pekerjaan yang besar dari Roh Kudus dalam gereja:
1)      Roh Kudus membuat kehadiran Kristus yang bermulia itu menjadi suatu kenyataan bagi semua manusia dalam semua generasi.
2)      Roh Kudus memanggil dan memungkinkan manusia untuk beriman, dan memimpin orang-orang beriman ke dalam kehidupan anak-anak Allah.
3)      Roh Kudus memberikan buah-buah dari perangai-perangai kesukaan Kristus.
4)      Roh Kudus mengingatkan orang-orang beriman di dalam partisipasinya di dalam koinonia.
4.      Gereja yang didirikan oleh Allah pada waktu yang sama adalah gereja yang terdiri dari manusia-manusia
Faktor kemanusiaan adalah sangat jelas ada dalam gereja. Dan sebenarnya walaupun Tuhan Allah terus menerus mengampuni dosa dari anggota gereja dan terus menerus mentransform anugerah Allah dalam gereja, anggota gereja itu juga masih terus berdosa dan malah sering berlaku sebagai orang yang meniadakan Tuhannya. Gereja hidup sedemikian rupa sehingga faktor-faktor kemanusiaan masih sering menonjol. Itulah sebabnya rasul Paulus sendiri melihat gereja bukan hanya sebagai tubuh Kristus yang didiami oleh Roh Kudus, tetapi dia juga melihat gereja sebagai kumpulan dari orang-orang yang masih hidup dalam “sarx” (daging) yang selalu membutuhkan tegoran-tegoran dari rasul itu sendiri.
Tetapi adalah suatu mujizat besar sekali bahwa walaupun faktor-faktor kemanusiaan yang sering menonjol dalam gereja, sinar kuasa Kristus sama sekali tidak dihempang atau ditutupi oleh dosa itu. Walaupun faktor-faktor negatif timbul dalam gereja, tanda-tanda yang benar yang menunjukkan bahwa gereja itu suci dan mulia masih nampak. Memang benar banyak faktor kemanusiaan yang menyebabkan Kristus itu kelihatan samar-samar sekali. Golongan Protestan melihat dan mengetahui faktor-faktor kemanusiaan ini sedemikian jelas, sehingga mereka suka menghibur dirinya di dalam pemikirannya yang merumuskan gereja yang benar sebagai gereja yang tidak nampak  (the invisible church). Jadi gereja-gereja Protestan membedakan  gereja yang kelihatan (visible Church) dan gereja yang tidak kelihatan (invisible church).  Gereja yang kelihatan itulah yang nampak dalam organisasi atau lembaga kegerejaan, yang  pada satu pihak bisa disebut sebagai “divine institution”  (lembaga ilahi), tetapi dalam waktu yang sama juga merupakan “human institution”  (lembaga manusia). Gereja yang tidak nampak, anggotanya juga terdiri dari anggota gereja yang nampak, tetapi mereka telah benar-benar percaya dan hidup di dalam Kristus.
Ggereja Roma Katolik tidak memerlukan pengertian “invisible church”, karena walaupun mereka mengakui bahwa anggota-anggota gereja itu adalah manusia yang berdosa, gereja itu menurutnya tida berdosa atau bebas dari dosa. Begitulah mereka mengertikan  gereja sebagai tubuh Kristus dan Kristus adalah suci. Sebagai Tubuh Kristus, gereja adalah benar-benar kudus dalam pengertian  ‘sinless” (tanpa dosa). Kalau ada anggotanya yang berdosa, maka orang itu bukan berdosa di dalam gereja, tetapi berdosa di luar gereja.
5.      Gereja dan Kerajaan Allah
Gereja secara positif berhubungan dengan Kerajaan Allah, tetapi gereja itu sendiri bukan positif Kerajaan Allah  tanpa kualifikasi. Beberapa aliran gereja ada yang terlalu memberikan tekanan akan realisasi yang sekarang dari Kerejaan Allah di dalam gereja, sehingga dengan demikian  mereka mengajarkan gereja itu  identik dengan Kerajaan Allah. Tetapi dalam teologia kita, gereja bukanlah Kerajaan Allah yang komplit.  Memang benar bahwa segala pemberian Roh Kudus kepada  orang-orang yang di dalam gereja adalah melulu pemberian Allah, tetapi ini hanyalah semata-mata sebagai  “arrhabon”  atau panjar atau jaminan saja. Artinya pemberian Roh Kudus di dalam gereja hanyalah merupakan realisasi sebagian dari Kerajaan Allah. Dan hanya dalam arti itu saja kita dapat mengartikan “realized eschatology” (zaman akhir yang direalisasikan sekarang). Dan dalam arti itu juga kita memakai istilah yang dipakai oleh seorang teolog kenamaan abad yang lalu,  Rudolf Boultman yaitu :  “eschatological community” (persekutuan eskhatologis) yang dikenakan kepada gereja, memberitakan kerajaan Allah yang masih disempurnakan. Pengertian “eschatological community” ini nampak dalam arti dan pekerjan gereja itu sendiri dan sebagian dari harapan-harapannya di dalam iman dan doa. Gereja selalu harus sadar bahwa keberadaannya sekarang tidak dapat diidentikkan dengan Kerajaan Allah  yang komplit. Semua aspek dari gereja hanya menuju kepada sesuatu yang masih akan terjadi yaitu kesempurnaan Kerajaan Allah.
Demikianlah beberapa pengertian tentang gereja, yang bisa membantu kita untuk memahami bahwa gereja itu tidak sama dengan organisasi-organsasi lain di dunia ini yang didirikan oleh manusia, dan yang hanya diatur oleh kaidah-kaidah manusia saja.  ( pdt msm panjaitan )




Tidak ada komentar:

Posting Komentar