Senin, 16 Maret 2020

SEBAGAI UMAT ALLAH HKBP SEHARUSNYA BELAJAR DARI SEJARAH ISRAEL DAN DARI SEJARAH GEREJA

SEBAGAI UMAT ALLAH HKBP SEHARUSNYA BELAJAR DARI SEJARAH ISRAEL DAN DARI SEJARAH GEREJA
Oleh: Pdt MSM Panjaitan, MTh
            Walaupun Sejarah Israel sering dikhotbahkan oleh para pelayan atau pendeta kepada umat HKBP khususnya dan umat kristiani pada umumnya, tetapi hal itu mungkin hanya sekedar diberitakan dan dikhotbahkan, tetapi sangat kurang direnungkan secara mendalam. Sering juga dikhotbahkan bahwa umat Israel dipilih dan dijadikan oleh Allah sebagai bangsanya tetapi keberadaan  Israel sebagai bangsa Allah sering salah dipahami. Banyak orang Kristen menganggap bahwa keberadaan Israel  sebagai bangsa Allah   sifatnya  permanen,  yang berlaku sepanjang zaman. Umat Israel sendiri pun sering memahami dirinya seperti itu, sehingga mereka sering menyombongkan diri dan  beranggapan bahwa apa pun yang mereka lakukan Allah akan tetap berpihak kepada mereka, dan melindungi mereka.
            Tetapi kalau kita telusuri sejarah Israel mulai dari pengangkatannya sebagai bangsa Allah, keberadaan  itu sebenarnya tidaklah bersifat permanen. Keberadaan itu diikat oleh perjanjian, di gunung Sinai, di mana mereka dibina oleh Allah untuk percaya kepada Allah Jahwe dan bertindak sesuai dengan firman atau hukum Allah,  sebagaimana diberitakan dalam Keluaran 19 dan 20. Dalam Keluaran 19: 5-6 Allah berfirman kepada umat Israel: “Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus”. Lalu Firman Tuhan yang bersifat janji ini disambut oleh umat Israel dengan mengatakan: “Segala yang difirmankan TUHAN akan kami lakukan." ( ayat 8). Sesudah perjanjian ini maka Allah memberikan Firmannya, yang dikenal dengan Hukum Allah yang sepuluh itu, yang dituliskan dalam dua log batu. Inti dari kesepuluh hukum itu sebagaimana jelas terlihat dalam pengajaran Yesus kepada pengikut-Nya di kemudian adalah: mengasihi Tuhan  Allah dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi, dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. ( Matius 22: 37-39). Dengan demikian kian keberadaan mereka sebagai bangsa Allah, diikat oleh perjanjian, yakni mereka akan menjadi bangsa  Allah,  akan menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus, jika umat itu tetap setia kepada apa yang mereka janjikan, yaitu mematuhi Firman Tuhan. Jika mereka tidak setia kepada perjanjian itu dan bahkan mengingkarinya, maka keberadaan mereka sebagai bangsa Allah dengan sendirinya  akan lepas dari diri mereka.
Jadi dalam  perjanjian itu, Israel  sebagai kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Ini berarti bahwa umat itu dikuduskan oleh Allah dan dipisahkan dari bangsa lain di dunia ini untuk melayani Tuhan Allah dan hidup sepenuhnya bagi Allah. Allah langsung yang menjadi raja dan pemimpin mereka. Untuk ini Allah memilih pemimpin mereka yang dipenuhi dengan Roh Allah dan diberi karunia atau kemampuan khusus untuk memimpin dan melindungi bangsa itu dari tangan musuh. Itu nyata dalam kepemimpinan para hakim-hakim. Sampai empat belas hakim memimpin,  Israel masih mengikuti para hakim itu.
Tetapi pada masa  Samuel ( hakim ke 15) memimpin  mereka, umat Israel mulailah menuntut supaya bagi mereka diangkat seorang raja, karena mereka tidak mau lagi dipimpin oleh hakim, tetapi dipimpin oleh seorang raja sama seperti bangsa-bangsa lain di sekitar mereka. ( 1 Sam. 8). Dengan rasa menyesal  Samuel menyampaikan tuntutan  umat itu kepada Allah dalam doanya. Tuhan mengabulkan permintaan dari umat itu dengan berfirman kepada Samuel: “Dengarkanlah perkataan umat itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka”. ( ! Sam.8: 9). Itu berarti Allah mengabulkan permintaan mereka, tetapi  harus diberitahu dengan jelas, apa yang menjadi hak raja dan kewajibannya. Tetapi walaupun mereka diberitahu hak dan kewajiban seorang raja yang cukup berat, mereka tidak menghiraukan itu, mereka tetap memaksakan supaya kepada mereka diberi seorang raja, yang berkuasa menghakimi dan memimpin mereka dalam perang, sehingga mereka sama seperti bangsa-bangsa lain. Dengan demikian umat Israel tidak mau sebagai kerajaan imam dan bangsa yang kudus sebagaimana Allah harapkan. Mereka ingin menjadi sama dengan bangsa-bangsa lain di sekitarnya, yang mempunyai raja yang mempunyai kekuasaan, dan yang menjalankan kekuasaaannya dengan cara-cara duniawi. Inilah pengingkaran mereka yang pertama atas apa yang sudah ditetapkan dan dijanjikan Allah pada mereka.
Allah memang masih bersifat “manganju” ( bersabar hati ) atas umat itu. Atas petunjuk Allah, jadilah Saul dari suku Benjamin dipilih dan diurapi oleh Samuel menjadi raja Israel yang pertama. Setelah pengurapan itu maka Saulpun dipenuhi dengan Roh Allah yang memberi kekuatan kepadanya sehingga ia mampu mengalahkan musuh-musuh bangsa itu yakni Moab, Amon, Edom, raja negeri Zoba dan orang Filistin ( 1 Sam. 14: 47}. Tetapi kemudian Roh Allah meninggalkan dia, ketika dia tidak mematuhi perintah Allah, terutama dalam mengalahkan Amalek. Allah memerintahkan supaya Saul memusnahkan bangsa itu beserta seluruh harta dan ternak mereka. Tetapi Saul mengingkari perintah itu, karena dia menyelamatkan Agag,  raja orang Amalek itu dan menyelamatkan seluruh ternak-ternak dari bangsa itu yang terbaik dan yang berharga untuk dirinya. Yang dimusnahkan adalah segala hewan yang tidak berharga dan buruk. Setelah Roh Allah meninggalkan Saul maka dia tidak mampu lagi mengalahkan orang Felistim dan musuh-musuh yang lain. Tuhan pun menolak dia sebagai raja, yang membuat dia dirasuki oleh roh jahat sehingga jiwa dan pikirannya menjadi terganggu. Untuk memberi hiburan kepadanya dalam menenteramkan hati, jiwa dan pikirannya, dicarilah seorang yang pandai main musik. Untuk itu ditemukanlah  Daud, yang setelah Saul ditolak oleh Allah, dan tanpa sepengetahuan Saul, dia telah diurapi oleh Samuel menjadi raja atas petunjuk Allah. Daudlah yang kemudian menjadi pengganti Saul. Di bawah pemerintahan Daud Israel menjadi kerajaan yang berjaya dan wilayahnya semakin meluas. Bangsa Israel hidup makmur aman dan tenteram.  Namun Daud juga sering tergoda dengan godaan-godaan duniawi, termasuk dalam hubungan kepada perempuan. Selain dengan puluhan istrinya yang dianggap sah, dia juga melakukan perzinahan dengan Batseba istri dari panglima perangnya sendiri yakni Uria. Namun di mata orang-orang Israel, Daud adalah raja yang diagungkan. Kelemahan-kelemahannya itu seolah-olah bisa ditutupi dengan kebesaran dan kehebatan Daud tersebut. Walaupun Daud mengampuni dosa-dosa Daud, namun akibat dari dosa-dosanya itu dikenakan oleh Allah kepada anak-anaknya. Anak-anaknya menjadi kacau dan saling membunuh untuk merebut kekuasaan dari ayah mereka. Akibatnya Allah tidak membiarkan anak-anaknya itu mewarisi tahta Daud. Itu diberikan kepada Salomo yakni anak Daud dari hubungan dengannya Batseba. Salomo terkenal sebagai raja yang sangat bijaksana dalam menjalankan pemerintahannya. Dia mempunyai hubungan yang baik dengan raja-raja lain dari negeri tetangga. Suatu karya yang membuat dia sangat terkenal ditengah-tengah umat Israel ialah, keberhasilannya membangun Bait Allah di Yerusalem.Walaupun ayahnya Daud telah bertekad membangun Bait Allah itu, tetapi Allah tidak mengijinknnya, karena tangannya telah banyak berlumuran dengan darah.Tetapi setelah masa Salomo,  kerajaan Israel  menjadi terbelah dua, karena setelah kematian Salomo diketahuilah banyak tindakan-tindakan Salomo yang dirasakan oleh umat itu sebagai penindasan, terutama melalui pajak yang sangat memberatkan  yang dipungut dari rakyat.
Apa yang terjadi menimpa bangsa itu adalah akibat dari ketidak setiaan mereka terhadap perjanjian yang diikat dengan Allah. Israel kemudian menjadi bangsa yang terhukum dan hancur. Itu dimulai dengan perpecahan bangsa itu menjadi dua setelah raja Salomo, yakni kerajaan Israel yang terdiri dari 10 marga ( di bagian Utara) dan kerajaan Yehuda yang terdiri dari dua marga saja ( di bagian Selatan ). Karena di kerajaan Utara para raja yang bukan lagi dari dinasti Daud sibuk dengan perebutan kekuasaan, dan demi kekuasaan, mereka membawa kepada bangsa itu, kepercayaan kepada dewa Baal   maka kerajaan yang beribukota di Samaria itu, akhirnya hancur tahun 722 seb.M, ditaklukkan bangsa Asyria. Sejak itu keberadaan  kerajaan Israel yang terdiri dari sepuluh marga menjadi hilang, dan sejarahnya tidak bisa ditelusuri lagi sampai sekarang. Ada yang mengatakan, mereka menjadi terbuang dan berserak ke mana-mana ke berbagai belahan  dunia ini, dimana mereka menjadi bercampur baur dengan bangsa atau suku bangsa setempat, baik dalam perkawinan, adat istiadat, budaya bahkan kepercayaan. Identitas mereka sebagai orang Israel tidak ditemukan lagi.
Kerajaan Yehuda yang terdiri dari dua marga yakni Yuda dan Benyamin, di tambah dengan orang-orang Lewi yang khusus melayani di Bait Allah dan beribukota di Yeusalem masih bisa bertahan sampai tahun 596 seb.M. Mereka juga dihukum oleh Allah karena ketidak setiaan mereka kepada janji Allah dna kerena tidak mau mendengar suara nabi-nabi yang diutus oleh Allah mengajak mereka untuk bertobat. Sejak tahun 596 seb.M itu Yehuda menjadi bangsa yang terbuang, karena kerajaan itu harus dikuasai oleh bangsa-bangsa lain secara bergantian mulai dari  Babilonia, Persia, Yunani dan Roma. Pada tahun 586 seb.M kota Yerusalem dan Bait Allah di dalamnya dihancurkan oleh tentera Babilonia, dan orang-orang Yehuda khususnya golongan atas dan orang-orang berpengaruh dibawa ke Babilonia sebagai orang-orang tawanan. Pada masa kekuasaan Persia, yakni tahun 536 seb. M yang dipimpin oleh raja Kores, orang-orang Yehuda yang  sempat terbuang ke Babilonia diberi kebebasan untuk pulang ke tanah Yehuda dan membangun kota dan Bait Allah Yerusalem yang sudah hancur. Tetapi selama kurun waktu itu Tanah Yehuda dan kota Yerualem adalah sebagai daerah jajahan Persia.  Kemudian mulai tahun 333 muncul kerajaan Yunani dari Eropa yang dipimpin oleh Aleksander Agung menguasai negeri itu. Lalu tahun 166 seb. M kerajaan  Yunani menjadi keraaan yang lemah. Pada saat itulah Judaisme yang telah berobah menjadi sebuah oraganisasi keagamaan, yakni agama Yahudi mencoba melakukan  suatu gerakan yang dipimpin oleh kaum Makkabeus untuk membebaskan  negeri mereka dari kuasa negara asing. Tetapi gerakan ini tidak bisa berlangsung terus, karena munculnya kekuasaan baru dari Eropa yakni kekaisaran Romawi yang menguasai  seluruh wilayah Israel lama termasuk Yehuda dan Yerusalem mulai tahun 63 seb. M. Romawi menyebut nama negeri itu Palestina. Nama itu berasal dari kata “Filistine”, yakni nama sebuah  suku bangsa yang berdiam di bagian Selatan Tanah Kanaan ( Gaza, Asdod), yang merupakan musuh utama Israel ketika memasuki Tanah Kanaan. Sejak itu sampai tahun 614 M, Yerusalem dan daerah-daerah lain di Palestina, serta Asia Barat menjadi bagian dari daerah kekuasaan Romawi dan Byzantium (Romawi Timur). Mereka menjadi warga kekaisaran Romawi yang harus tunduk kepada hukum Romawi, walaupun agama mereka yakni Yahudi diakui oleh Romawi.
Ketika kerajaan Israel dan Yehuda jatuh kepada keduniawian yang menimbulkan timbulnya berbagai masalah dan krisis dalam kehidupan bangsa itu, Allah sudah mengutus nabi-nabi untuk mengingatkan mereka dan mengajak mereka untuk bertobat. Tetapi mereka selalu mengabaikan seruan pertobatan itu. Mereka tetap menuruti kehendak mereka sendiri dan melawan Allah. Karena itulah berbagai hukuman dikenakan Allah kepada mereka, dan para  nabi diutus untuk menubuatkan  kelahiran Raja Damai bagi mereka dan bagi dunia ini, yakni Raja yang diurapi Allah ( Mesias ), yang kekuasaanNya kekal, penuh hikmat, yang mendasarkan kekuasaannya dengan keadilan dan kebenaran ( Yesaya 11: 1 dst). Raja itulah yang akan membawa damai bagi dunia ini. Nubuatan itu digenapkan dalam diri Yesus Kristus, yang lahir di Betlehem, ketika negeri itu dalam kekuasaan Romawi. Teapi orang-orang Yahudi tidak mempercayai Yesus itu Mesias, karena di mata mereka Yesus itu terlalu lemah, tidak mampu membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi yang menguasai mereka pada waktu itu. Yesus tidak sesuai dengan harapan mereka sebagai Mesias, yang dijanjikan oleh para nabi.  Akhirnya Yesus yang mengakui dirinya sebagi Mesias atau Kristus dan sebagai Anak Allah didakwa mereka telah menghujat Allah dan menistakan agama mereka. Mahkamah tertertinggi agama mereka menjatuhi Dia hukuman mati. Lalu mereka menyerahkannya kepada penguasa Romawi setempat yakni Pilatus untuk disalibkan.
Karena tidak menerima Yesus sebagai Mesias, maka Allah menghukum mereka dengan membiarkan tentera Romawi yang dipimpin oleh Jenderal Titus tahun 70 M menghancurkan  Yerusalem dan menghalau orang-orang Yahudi dari negeri itu. Bait Suci yang pernah direnovasi raja Herodes dihancurkan, yang tersisa hanya Tembok Barat, yang sekarang ini disebut Tembok Ratapan. Kejadian ini sudah dinubuatkan dan diratapi oleh Yesus, sebelum kematianNya  Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: "Apa yang kamu lihat di situ -- akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan. "Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat.Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota,sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis.Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu." ( Lukas. 21: 5-6 dan ay. 20-24). Setelah apa yang dinubuatkan Yesus terjadi, maka  mereka terpencar-pencar ke berbagai negara di dunia ini, terutama ke Eropa dan kemudian ke Amerika. Hancurnya kota Yerusalem dan  Baith Allah,  serta terpencarnya mereka ke seluruh dunia,  itulah akhir sejarah Israel, yang pada awalnya diharapkan oleh Tuhan Allah sebagai kerajan imam dan bangsa yang kudus, tetapi tidak terwujud.  Keberadaan mereka telah digantikan oleh orang-orang yang percaya kepada Yesus, yang telah dipersekutukan oleh Roh Kudus dalam satu persekutuan yang disebut gereja. Untuk itu Allah telah memperbaharui perjanjiannya, dan sebagai tanda perjanjian itu adalah kematian Yesus di Golgata. Janji itu tidak lagi berlaku hanya  bagi umat Israel saja, tetapi berlaku bagi seluruh umaat manusia yang percaya kepada Yesus, yakni gereja. Gerejalah Israel yang baru sebagaimana dikatakan oleh rasul Petrus dalam 1 Petrus 2: 9:  ” Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” Perkataan ini persis sama dengan firman Tuhan Allah  yang diberikan kepada umat Israel dulu dalam mengikat perjanjiannya dengan umat itu di gunung Sinai (Kel. 19: 5-6) sebagaimana sudah dijelaskan di atas.
Apa yang dikatakan oleh rasul Petrus ini juga mencakup HKBP. HKBP adalah bagian dari umat pilihan Allah sebagaimana halnya dulu umat Israel,  imamat yang rajani (kerajaan imam), dimana warga dan pemimpinnya bisa berlaku sebagai imam, yang berhubungan langsung dengan Allah melalui Yesus Kristus, dan bangsa yang kudus, yang mempunyai tugas panggilan untuk memberitakan perbuatan-perbuatan dari Allah, yakni karya penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus atau Injil itu. . Kalau HKBP mengingkari ini dan tidak menjalankannya dengan bertanggung-jawab, dan HKBP melalui pimpinannya tergoda dengan kekuasaan yang bersifat duniawi, maka bisa saja  HKBP akan mengalami nasib yang sama dengan Israel, yakni hancur dan hilang dari  Indonesia ini, sebagaimana sudah banyak terjadi bagi gereja-gereja di banyak  daerah  di Afrika Utara,  Asia Barat , Turki,  Mesopotamia Utara, dll.  Daerah-daerah itu dulu sudah sempat menjadi basis kekristenan dan pusat-pusat dari gereja. Tetapi-gereja itu kemudian menjadi hancur dan hilang ditelan zaman ketika datangnya gerakan Islam dari Arab mulai abad ke tujuh M, karena kelalaian para pelayan dan pemimpn gereja untuk membina warga gereja itu menjadi orang-orang Kristen yang kuat dan tetap setia  dalam imannya kepada Yesus Kristus. Rupanya setelah gereja mendapat kebebasan di kekaisaran Romawi sejak abad keempat M dan bahkan agama Kristen dijadikan sebagai agama negara, kehidupan gereja telah jatuh kepada keduniawian. Para pemimpin gereja telah berlaku seperti penguasa duniawi, di mana mereka berusaha menjadikan para raja-raja  berada di bawah kekuasaan uskup dan paus. Jabatan-jabatan itu telah diperebutkan dengan memakai cara-cara duniawi, termasuk dengan kekuatan uang. Dalam sejarah gereja usaha-usaha untuk memperoleh posisi kepemimpinan dalam gereja dengan kekuatan uang disebut “praktek simoni”. Istilah itu berasal dari nama seorang tukang sihir di Samaria yang bernama Simon  yang karena sihirnya itu banyak yang mengagumi dia dan memperoleh banyak uang dari hasil sihirnya itu.. Tetapi setelah munculnya seorang pemberita Injil di kota itu yang bernama Filipus yang melakukan banyak tanda mujizat, terutama mengusir roh-roh jahat dari orang yang dirasukinya, maka perhatian orang banyak beralih kepada Filipus dan meninggalkan tukang sihir itu. Simon si tukang sihir memang ikut memberi dirinya dibaptis bersama dengan sejumlah orang  Samaria lainnya . Tetapi semuanya  belum dipenuhi Roh Kudus. Barulah setelah rasul Petrus dan temannya datang dari Yerusalem mendoakan mereka, maka mereka memperoleh kuasa Roh Kudus, setelah ke dua rasul itu menumpangkan tangan atas mereka. Ketika Simon si tukang sihir melihat bahwa pemberian Roh Kudus terjadi karena ruasul-rasul itu menumpangkan tangannya, maka ia menawarkan sejumlah uang kepada mereka agar kuasa seperti itu bisa dia peroleh, maka dia pun berkata kepada rasul itu; “Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku kepada seseorang, ia boleh menerima kuasa Roh Kudus,” Tetapi Petrus berkata kepadanya: “Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan dengan engkau, karena engkau menyangka bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. Tidak ada bagianmu dalam perkara ini karena hatimu tidak lurus di hadapan Allah. Jadi bertobatlah dari kejahatanmu dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu”. ( Kisa Rasul 8: 18-22). Di kemudian hari maka usaha seseorang  memperoleh jabatan dalam gereja dengan menawarkan sejumlah uang  kepada orang yang berkompeten memberikannya disebut praktek simoni. Sempat praktek seperti itu marak di dalam gereja terutama pada zaman pertengahan, yang membuat gereja itu banyak hancur, karena banyak yang diangkat menjadi pemimpin gereja adalah orang-orang yang tidak berkemampuan memimpin, sehingga pembinaan terhadap warga gereja menjadi terabaikan. Warga gereja tidak bertumbuh dalam iman, sehingga mudah diombang-ambingkan oleh pengaruh zaman.  Semoga ini tidak terjadi bagi HKBP, di tengh-tengah bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam, dan yang belakangan ini di kalangan mereka  sedang timbul juga suatu gerakan untuk menjadikan negara Indonesia menjadi negara Islam. Jadi bahaya ini perlu diwaspadai oleh semua pihak di kalangan gereja HKBP. ( pdt msm panjaitan mth)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar