KETIKA ISRAEL UMAT YANG DIPILIH
OLEH ALLAH MENGINGKARI PERJANJIAN DENGAN ALLAH DAN JATUH KEPADA KEDUNIAWIAN
Oleh: Pdt MSM
Panjaitan, MTh
Walaupun Sejarah Israel sering dikhotbahkan oleh
para pelayan atau pendeta kepada umat gereja dan umat kristiani pada umumnya,
tetapi hal itu mungkin hanya sekedar diberitakan dan dikhotbahkan, namun sangat
kurang direnungkan secara mendalam. Sering dikhotbahkan bahwa orang Israel
dipilih dan dijadikan oleh Allah sebagai bangsanya tetapi keberadaan Israel sebagai bangsa Allah sering salah
dipahami. Banyak orang Kristen menganggap bahwa keberadaan Israel sebagai bangsa Allah sifatnya
permanen, yang berlaku sepanjang
zaman. Karenanya sampai sekarang orang Israel itu sering terlalu diagungkan dan
dibanggakan oleh banyak orang Kristen, mereka dianggap sebagai umat yang sangat
diistimewakan oleh Allah dari antara bangsa-bangsa . Umat Israel sendiri pun
sering memahami dirinya seperti itu, sehingga mereka sering menyombongkan diri
dan beranggapan bahwa apa pun yang
mereka lakukan, Allah akan tetap
berpihak kepada mereka, dan melindungi mereka.
Tetapi
kalau kita telusuri sejarah Israel mulai dari pengangkatannya sebagai bangsa
Allah, keberadaan itu sebenarnya
tidaklah bersifat permanen. Keberadaan mereka sebagai umat Allah diikat oleh
perjanjian di gunung Sinai, di mana mereka dibina oleh Allah untuk percaya
kepada Allah Jahwe dan bertindak sesuai dengan firman atau hukum Allah, sebagaimana diberitakan dalam Keluaran 19 dan
20. Dalam Keluaran 19: 5-6 Allah berfirman kepada umat Israel: “Jadi
sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada
perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara
segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi
bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus”. Lalu Firman Tuhan yang
bersifat janji ini disambut oleh umat Israel dengan mengatakan: “Segala yang
difirmankan TUHAN akan kami lakukan." ( ayat 8). Sesudah perjanjian ini
maka Allah memberikan Firmannya, yang dikenal dengan Hukum Allah yang sepuluh
itu, yang dituliskan dalam dua log batu. Inti dari kesepuluh hukum itu
sebagaimana jelas terlihat dalam pengajaran Yesus kepada pengikut-Nya di
kemudian adalah: mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati dan dengan segenap
jiwa dan dengan segenap akal budi, dan mengasihi sesama manusia seperti diri
sendiri. ( Matius 22: 37-39). Dengan demikian keberadaan mereka sebagai
bangsa Allah, diikat oleh perjanjian, yakni mereka akan menjadi bangsa Allah,
akan menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus, jika umat itu tetap
setia kepada apa yang mereka janjikan, yaitu mematuhi Firman Tuhan. Jika mereka
tidak setia kepada perjanjian itu dan bahkan mengingkarinya, maka keberadaan
mereka sebagai bangsa Allah dengan sendirinya
akan lepas dari diri mereka.
Jadi dalam perjanjian itu, Israel dijadikan sebagai kerajaan imam dan bangsa yang kudus.
Ini berarti bahwa umat itu dikuduskan oleh Allah dan dipisahkan dari bangsa
lain di dunia ini untuk melayani Tuhan Allah dan hidup sepenuhnya bagi Allah. Mereka
mau dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk menjalankan missi-Nya di
tengah-tengah dunia yakni rencana penyelamatan manusia dari kekuasaan
dosa. Sehubungan dengan itu melalui
kesaksian, mereka diharapkan akan memperkenalkan Allah kepada bangsa-bangsa
sekitar agar mereka juga ikut mempercayai Allah yang mereka sembah itu. Untuk
itu Allah langsung yang menjadi raja dan pemimpin mereka. Allahlah yang memilih pemimpin bagi mereka yang dipenuhi dengan Roh Allah dan diberi
karunia atau kemampuan khusus untuk memimpin dan melindungi bangsa itu dari
tangan musuh. Itu nyata dalam kepemimpinan para hakim-hakim. Sampai empat belas
hakim memimpin, Israel masih mengikuti
para hakim itu.
Tetapi pada masa
Samuel ( hakim ke 15) memimpin
mereka, umat Israel mulailah menuntut supaya bagi mereka diangkat
seorang raja, karena mereka tidak mau lagi dipimpin oleh hakim, tetapi dipimpin
oleh seorang raja sama seperti bangsa-bangsa lain di sekitar mereka. Mereka
berkata kepada Samuel: "Engkau sudah tua dan anak-anakmu
tidak hidup seperti engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami
untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain." ( 1 Sam. 8:
5). Dengan rasa menyesal Samuel
menyampaikan tuntutan umat itu kepada
Allah dalam doanya. Tuhan mengabulkan permintaan dari umat itu dengan berfirman
kepada Samuel: “Dengarkanlah perkataan umat itu dalam segala hal yang dikatakan mereka
kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi akulah yang mereka
tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka”. ( ! Sam.8: 9). Itu
berarti Allah mengabulkan permintaan mereka, tetapi harus diberitahu dengan jelas, apa yang
menjadi hak raja dan kewajibannya. Tetapi walaupun mereka diberitahu hak dan
kewajiban seorang raja yang cukup berat, mereka tidak menghiraukan itu, mereka
tetap memaksakan supaya kepada mereka diberi seorang raja, yang berkuasa
menghakimi dan memimpin mereka dalam perang, sehingga mereka sama seperti
bangsa-bangsa lain. Dengan demikian umat Israel tidak mau sebagai kerajaan imam
dan bangsa yang kudus sebagaimana diharapkan oleh. Mereka ingin menjadi sama
dengan bangsa-bangsa lain di sekitarnya, yakni kerajaan yang bersifat politis,
kerajaan yang mempunyai raja berkekuasaan,
dan yang menjalankan kekuasaaannya dengan cara-cara duniawi. Inilah
pengingkaran mereka yang pertama atas apa yang sudah ditetapkan dan dijanjikan
Allah pada mereka.
Allah memang masih bersifat
“manganju” ( bersabar hati ) atas umat itu. Atas petunjuk Allah, jadilah Saul
dari suku Benjamin dipilih dan diurapi oleh Samuel menjadi raja Israel yang
pertama. Setelah pengurapan itu maka Saulpun dipenuhi dengan Roh Allah yang
memberi kekuatan kepadanya sehingga ia mampu mengalahkan musuh-musuh bangsa itu
yakni Moab, Amon, Edom, raja negeri Zoba dan orang Filistin ( 1 Sam. 14: 47}.
Tetapi kemudian Roh Allah meninggalkan dia, ketika dia tidak mematuhi perintah
Allah, terutama dalam mengalahkan Amalek. Allah memerintahkan supaya Saul
memusnahkan bangsa itu beserta seluruh harta dan ternak mereka. Tetapi Saul
mengingkari perintah itu, karena dia menyelamatkan Agag, raja orang Amalek itu dan menyelamatkan
seluruh ternak-ternak dari bangsa itu yang terbaik dan yang berharga untuk
dirinya. Yang dimusnahkan hanyalah segala hewan yang tidak berharga dan buruk.
Setelah Roh Allah meninggalkan Saul maka dia tidak mampu lagi mengalahkan orang
Felistim dan musuh-musuh yang lain. Tuhan pun menolak dia sebagai raja, yang
membuat dia dirasuki oleh roh jahat sehingga jiwa dan pikirannya menjadi
terganggu. Untuk memberi hiburan kepadanya dalam menenteramkan hati, jiwa dan
pikirannya, dicarilah seorang yang pandai bermain musik. Untuk itu
ditemukanlah Daud, seorang gembala
ternak dari Betlehem, yang setelah Saul ditolak oleh Allah, dia telah diurapi
oleh Samuel menjadi raja atas petunjuk Allah. Daudlah yang kemudian menjadi
pengganti Saul. Di bawah pemerintahan Daud Israel menjadi kerajaan yang berjaya
dan wilayahnya semakin meluas. Bangsa Israel hidup makmur aman dan
tenteram. Namun Daud juga sering tergoda
dengan godaan-godaan duniawi, termasuk dalam hubungan kepada perempuan. Selain
dengan puluhan istrinya yang dianggap sah, dia juga melakukan perzinahan dengan
Batseba istri dari panglima perangnya sendiri yakni Uria. Dia kemudian
menjadikan Batseba menjadi istrinya, setelah Uria, panglima perangnya itu
dibunuh secara licik. Allah mengutus Nabi Natan untuk menegor dia atas
perbuatan jahatnya itu. Di hadapan nabi Natan Daud menyesali dosa dosanya. Namun
di mata orang-orang Israel, Daud adalah raja yang diagungkan. Kelemahan-kelemahannya
itu seolah-olah bisa ditutupi dengan kebesaran dan kehebatan Daud tersebut. Allah
memang mengampuni dosa-dosa Daud. Tetapi walaupun Allah mengampuni dosa-dosa
Daud, namun akibat dari dosa-dosanya itu dikenakan oleh Allah kepada anak-anaknya
dan kepada bangsa itu. Anak-anaknya menjadi kacau dan saling membunuh untuk
merebut kekuasaan dari ayah mereka. Akibatnya Allah tidak membiarkan
anak-anaknya itu mewarisi tahta Daud. Itu diberikan kepada Salomo yakni anak
Daud dari hubungan dengannya Batseba. Salomo terkenal sebagai raja yang sangat
bijaksana dalam menjalankan pemerintahannya. Dia mempunyai hubungan yang baik
dengan raja-raja lain dari negeri tetangga. Suatu karya yang membuat dia sangat
terkenal ditengah-tengah umat Israel ialah, keberhasilannya membangun Bait
Allah di Yerusalem.Walaupun ayahnya Daud telah bertekad membangun Bait Allah
itu, tetapi Allah tidak mengijinknnya, karena tangannya telah banyak berlumuran
dengan darah.Tetapi setelah masa Salomo,
kerajaan Israel menjadi kacau dan
terbelah menjadi dua, karena setelah kematiannya diketahuilah banyak
tindakan-tindakan Salomo yang dirasakan oleh umat itu sebagai penindasan,
terutama melalui pajak yang sangat memberatkan
yang dipungut dari rakyat.
Apa
yang terjadi menimpa bangsa itu adalah akibat dari ketidak setiaan mereka
terhadap perjanjian yang diikat dengan Allah. Israel kemudian menjadi bangsa
yang terhukum dan hancur. Itu dimulai dengan perpecahan bangsa itu menjadi dua
setelah raja Salomo, yakni kerajaan Israel yang terdiri dari 10 marga ( di
bagian Utara) yang berpusat di Samaria, dan kerajaan Yehuda yang terdiri dari dua
marga saja ( di bagian Selatan ), yang berpusat di Yerusalem. Karena di
kerajaan Utara para raja yang bukan lagi dari dinasti Daud sibuk dengan perebutan
kekuasaan, dan demi kekuasaan, mereka membawa kepada bangsa itu, kepercayaan
kepada dewa Baal maka kerajaan Israel
Utara itu, akhirnya hancur tahun 722 seb.M, ditaklukkan bangsa Asyria. Sejak
itu keberadaan kerajaan Israel yang
terdiri dari sepuluh marga menjadi hilang, dan sejarahnya tidak bisa ditelusuri
lagi sampai sekarang. Ada yang mengatakan, mereka menjadi terbuang dan berserak
ke mana-mana ke berbagai belahan dunia
ini, dimana mereka menjadi bercampur baur dengan bangsa atau suku bangsa setempat,
baik dalam perkawinan, adat istiadat, budaya bahkan kepercayaan. Identitas
mereka sebagai orang Israel tidak ditemukan lagi.
Kerajaan
Yehuda yang terdiri dari dua marga yakni Yuda dan Benyamin, di tambah dengan
orang-orang Lewi yang khusus melayani di Bait Allah dan beribukota di Yeusalem
masih bisa bertahan sampai tahun 596 seb.M. Mereka juga dihukum oleh Allah
karena ketidak setiaan mereka kepada janji Allah dan karena tidak mau mendengar
suara nabi-nabi yang diutus oleh Allah mengajak mereka untuk bertobat. Sejak
tahun 596 seb.M itu Yehuda menjadi bangsa yang terbuang, karena kerajaan itu
harus dikuasai oleh bangsa-bangsa lain secara bergantian mulai dari Kerajaan Babilonia, Persia, Yunani dan Roma. Pada tahun
586 seb.M kota Yerusalem dan Bait Allah di dalamnya dihancurkan oleh tentera
Babilonia, dan orang-orang Yehuda khususnya golongan atas dan orang-orang
berpengaruh dibawa ke Babilonia sebagai orang-orang tawanan. Pada masa
kekuasaan Persia, yang menaklukkan Babilonia, yakni tahun 536 seb. M yang
dipimpin oleh raja Kores, orang-orang Yehuda yang sempat terbuang ke Babilonia diberi kebebasan
untuk pulang ke tanah Yehuda dan membangun kota dan Bait Allah Yerusalem yang
sudah hancur. Tetapi selama kurun waktu itu Tanah Yehuda dan kota Yerualem
adalah tetap sebagai daerah jajahan atau kekuasaan Persia.
Berbarengan dengan pembangunan Bait Allah, maka orang-orang Jehuda
diorganiser bukan lagi dalam bentuk kerajaan, tetapi dalam bentuk keagamaan
yang dipimpin oleh imam Esra. Agama itulah yang bernama Agama Jahudi, atau
Judaisme, yang pusatnya Bait Allah di
Yerusalem. Kemudian mulai tahun 333
muncul kerajaan Yunani dari Eropa yang dipimpin oleh Aleksander Agung menguasai
negeri itu. Lalu tahun 166 seb. M kerajaan
Yunani menjadi keraaan yang lemah. Pada saat itulah Judaisme yang
berobah menjadi sebuah organisasi keagamaan, yakni agama Yahudi mencoba
melakukan suatu gerakan yang dipimpin
oleh kaum Makkabeus untuk membebaskan
negeri mereka dari kuasa negara asing. Tetapi gerakan ini tidak bisa
berlangsung terus, karena munculnya kekuasaan baru dari Eropa yakni kekaisaran
Romawi yang menguasai seluruh wilayah
Israel lama termasuk Yehuda dan Yerusalem mulai tahun 63 seb. M. Romawi
menyebut nama negeri itu Palestina. Nama itu berasal dari kata “Filistine”,
yakni nama sebuah suku bangsa yang
berdiam di bagian Selatan Tanah Kanaan ( Gaza, Asdod), yang merupakan musuh
utama Israel ketika memasuki Tanah Kanaan, dan juga setelah Isreal menjadi
sebuah kerajaan. Sejak itu sampai tahun
614 M, Yerusalem dan daerah-daerah lain di Palestina, serta Asia Barat menjadi
bagian dari daerah kekuasaan Romawi dan Byzantium (Romawi Timur). Mereka
menjadi warga kekaisaran Romawi yang harus tunduk kepada hukum Romawi, walaupun
agama mereka yakni Yahudi diakui oleh Romawi, sebagai agama yang resmi di
negeri itu.
Ketika
kerajaan Israel dan Yehuda jatuh kepada keduniawian yang menimbulkan timbulnya
berbagai masalah dan krisis dalam kehidupan bangsa itu, Allah sudah mengutus
nabi-nabi untuk mengingatkan mereka dan mengajak mereka untuk bertobat. Tetapi
mereka selalu mengabaikan seruan pertobatan itu. Mereka tetap menuruti kehendak
mereka sendiri dan melawan Allah. Karena itulah berbagai hukuman dikenakan
Allah kepada mereka, dan para nabi
diutus untuk menubuatkan kelahiran Raja
Damai bagi mereka dan bagi seluruh bangsa di dunia ini, yakni Raja yang diurapi
Allah ( Mesias ), yang kekuasaanNya kekal, penuh hikmat, yang mendasarkan
kekuasaannya dengan keadilan dan kebenaran ( Yesaya 11: 1 dst). Raja itulah
yang akan membawa damai bagi dunia ini. Nubuatan itu digenapkan dalam diri
Yesus Kristus, yang lahir di Betlehem, ketika negeri itu dalam kekuasaan
Romawi. Teapi orang-orang Yahudi tidak mempercayai Yesus itu sebagai Mesias
sebagaimana dinubuatkan oleh nabi-nabi, karena di mata mereka Yesus itu terlalu
lemah, tidak mampu membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi yang sedang menguasai
mereka pada waktu itu. Yesus tidak sesuai dengan harapan mereka sebagai Mesias,
yang dijanjikan oleh para nabi. Akhirnya
Yesus yang mengakui dirinya sebagi Mesias atau Kristus dan sebagai Anak Allah
didakwa mereka telah menghujat Allah dan menistakan agama mereka. Mahkamah
tertertinggi agama mereka menjatuhi Dia hukuman mati. Lalu mereka
menyerahkannya kepada penguasa Romawi setempat yakni Pilatus untuk mengeksekusi
hukuman mati atas diri Yesus dengan cara disalibkan.
Karena tidak menerima Yesus sebagai Mesias, maka
Allah menghukum mereka dengan membiarkan tentera Romawi yang dipimpin oleh
Jenderal Titus tahun 70 M menghancurkan
Yerusalem dan menghalau orang-orang Yahudi dari negeri itu. Bait Suci
yang pernah direnovasi raja Herodes dalam pemerintahan Romawi dihancurkan, dengan
tidak ada sisanya. Kejadian ini sudah
dinubuatkan dan diratapi oleh Yesus, sebelum kematianNya. “Ketika beberapa
orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi
dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan,
berkatalah Yesus: "Apa yang kamu lihat di situ -- akan datang harinya di
mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain;
semuanya akan diruntuhkan."
( Lukas.
21: 5-6 dan ay. 20-24). Lalu mereka
terpencar-pencar ke berbagai negara di dunia ini, terutama ke Eropa dan
kemudian ke Amerika. Hancurnya kota Yerusalem dan Baith Allah,
serta terpencarnya mereka ke seluruh dunia, itulah akhir sejarah Israel, yang pada
awalnya diharapkan oleh Tuhan Allah sebagai umat-Nya untuk menjadi kerajan imam
dan bangsa yang kudus, tetapi tidak terwujud, karena mereka mengingkari
perjanjian dengan Allah dan jatuh kepada keduniawian. Keberadaan mereka telah digantikan oleh
orang-orang yang percaya kepada Yesus, yang telah dipersekutukan oleh Roh Kudus
dalam satu persekutuan yang disebut gereja. Untuk itu Allah telah memperbaharui
perjanjiannya, dan sebagai tanda perjanjian yang baru itu adalah kematian Yesus di kayu salib di Golgata,
yang dibunuh oleh orang Yahudi sendiri. Janji itu tidak lagi berlaku hanya bagi umat Israel saja seperti perjanjian yang
lama, tetapi berlaku bagi seluruh umaat manusia yang percaya kepada Yesus,
yakni gereja, sebagai persekutuan orang-orang yang percaya kepada Jesus.
Gerejalah Israel yang baru, bangsa Allah yang baru, sebagaimana dikatakan oleh rasul Petrus dalam
1 Petrus 2: 9: ”
Tetapi kamulah
bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan
Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari
Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang
ajaib.”
Perkataan ini persis sama dengan firman Tuhan Allah yang diberikan dulu kepada umat Israel dalam
mengikat perjanjiannya dengan umat itu di gunung Sinai (Kel. 19: 5-6)
sebagaimana sudah dijelaskan di atas. Karena itu gerejalah yang dipakai oleh
Allah sebagai ganti Israel yang lama yang telah gagal memabawa missi
penyelamatan Allah, untuk membawa missi itu dengan memberitakan Injil
keselamatan Allah ke seluruh bangsa-bangsa, agar dengan percaya kepada Yesus
Kristus, mereka ikut mewarisi keselamatan itu sendiri. Kalau gereja mengingkari
perjanjiannya dengan Tuhan, mengabaikan tugas panggilan yang diberikan Tuhan
kepadanya, dan melalui pemimpin-pemimpinya gereja juga jatuh kepada
keduaniawian, bukan tidak mungkin apa yang terjadi bagi Israel, akan terjadi juga bagi gereja. ( MSM Panjaitan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar