MEMAKNAI PERAYAAN HARI RAYA PENTAKOSTA DALAM HIDUP KEKRISTENAN
MEMAKNAI PERAYAAN HARI RAYA
PENTAKOSTA DALAM HIDUP KEKRISTENAN
Hari Raya Pentakosta
yang kita rayakan merupakan salah satu hari besar gereja dan umat
kristiani, bersama dengan Hari Raya
Natal dan Hari Raya Pentakosta. Hari raya ini adalah peringatan akan turunnya
Roh Kudus kepada murid-murid Yesus ketika mereka bersekutu di sebuah tempat di
Yerusalem. Di beri namanya Hari Pentakosta yang berarti “hari yang ke lima
puluh”, karena peristiwa itu terjadi bertepatan dengan Hari Raya Pentakosta
Yahudi pada waktu itu. Allah telah mengaturkan melalui Musa supaya umat Israel
merayakan hari itu, yakni tujuh minggu (hari ke lima puluh ) setelah Hari Raya Paskah ( Imamat 23: 15-18).
Di tengah-tengah umat Israel,
kadang-kadang hari raya itu juga disebut Hari Raya Tujuh Minggu (
Ulangan 16: 9-10): “Tujuh minggu harus kau hitung: pada waktu orang mulai menyabit
gandum yang belum dituai, haruslah engkau mulai menghitung tujuh minggu itu.
Kemudian haruslah engkau merayakan hari raya Tujuh Minggu bagi TUHAN, Allahmu,
sekedar persembahan sukarela yang akan kauberikan, sesuai dengan berkat yang
diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu”. Kadang-kadang hari itu juga disebut Hari Raya Panen, atau hari raya buah
sulung panen, karena hari raya itu dilakukan pada masa permulaan panen, dan
mereka membawa persembahan mereka dari buah sulung hasil panen mereka. Pada hari itu semua orang Israel harus bersuka-cita mulai dari anak-anak hingga orang
dewasa, hamba mereka laki-laki atau
hamba mereka perempuan, orang Lewi, beserta seluruh orang asing, anak yatim dan
janda yang ada di tengah-tengah mereka.
Setelah
pembuangan Babel orang Yehuda menjadikan Baith Allah di Yerusalem sebagai pusat
keagamaan Yahudi, dan diaturkan supaya pada setiap hari raya Yahudi semua
laki-laki dewasa harus datang dari seluruh kediaman orang Yahudi berkumpul ke Yerusalem untuk memberikan persembahan dan
pajak tahunan ke Baith Allah. Bertepatan pada hari Raya Pentakosta, ketika
banyak orang Yahudi berkumpul di Yerusalem yang datang dari 16 bangsa yang ada
di dunia ini ( Partia, Media, Elamit, Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus,
Asia, Prigia, Pamfilia, Mesir, Libia, Kirene, Roma, Kreta dan Arab : Kis. Rasul
2: 9-11) turunlah Roh Kudus menghinggapi
para murid Tuhan Yeus ketika mereka bersekutu sebagaimana biasa di
sebuah rumah di Yerusalem, sebagaimana telah dijanjikan Tuhan Yesus kepada
murid-murid-Nya sebelum Dia naik ke sorga.
Hari inilah yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya pada
saat Dia naik ke sorga seperti dikatakan dalam Kissah Rasul 1: 8: “Tetapi kamu
akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi
saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung
bumi." Janji itu digenapi lima puluh hari setelah kebangkitan Yesus atau
sepuluh hari Yesus setelah kenaikan Yesus ke sorga. Dalam Kissah Rasul 2: 1-4
dikatakan: “Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu
tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras
yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah
seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka
penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam
bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk
mengatakannya”. Suatu hakl akibat dari
turunnya Roh Kudus itu bagi murid-murid tersebut, ialah kemampuan mereka untuk berkata-kata dalam
bahasa-bahasa lain ( bahasa Yunani disebut: lalein heterais glossais). Yang
dimaksud dengan berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain ialah: bahwa walaupun
murid-murid itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri, tetapi ke 16 bangsa
yang mendengarkan, masing-masing mendengarnya dalam bahasa mereka sendiri.
Tetapi
di kemudian hari ada aliran kristen tertentu yang lain mengertikan ungkapan
“berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain “
menjadi “berbahasa lidah ” (
glossolalia) yang dalam bahasa Indonesia mereka juga sering menyebutnya dengan
“berbahasa roh”. Pengertian mereka dengan bahasa roh itu ialah, masing-masing
orang mengucapkan kata-katanya, tidak seorang pun bisa mengerti satu sama lain,
kecuali Roh itu sendiri. Sampai sekarang ini merupakan perdebatan teologis
dengan orang-orang yang memegang pengertian yang sebenarnya sesuai dengan yang disebut dalam Kisah Rasul
2 itu. Di dalam Kitab Kissah para Rasul itu tidak ada disebutkan bahwa para
murid itu berbakata-kata dalam bahasa roh. Yang disebut adalah bahwa para murid
itu berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain setelah mereka dipenuhi dengan
Roh. Dan yang mereka ucapkan bukan
bahasa lidah, karena mereka hanya berkata-kata seperti biasa, tetapi orang lain
bisa mengertinya dalam bahasa mereka masing-masing.
Karena
turunya Roh Kudus itu bertepatan pada hari raya Pentakosta Yahudi, maka gereja mula-mula menamai hari turunnya
Roh Kudus itu dengan Hari Raya Pentakosta. Hal itu memang sesuai dengan makna
Hari Raya Pentakosta Yahudi itu sendiri, sebagai pesta buah sulung panen. Kedatangan Roh Kudus itu adalah hari buah
sulung gereja, karena pada hari itulah diadakan pembabtisan yang pertama bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus,
yakni orang-orang Yahudi yang datang pada waktu itu dari berbagai negeri diaspora Yahudi. Orang-orang yang dibaptis
pada hari itu setelah percaya kepada
Yesus Kristus melalui khotbah dari
Petrus sebanyak tiga ribu orang. “Orang-orang
yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah
mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa” (Kis Rasul 2: 41). Itulah hari
kelahiran gereja yang pertama. Jadi
ketika merayakan Hari Raya Raya Pentakosta yakni hari peringatan turunnya Roh
Kudus, kita juga sekaligus merayakan hari kelahiran gereja yang pertama
di dunia ini. Jadi kalau dihitung sejak dari hari itu, maka sampai sekarang gereja
telah berusia hampir dua ribu tahun lamanya. Hal itu patut kita syukuri kepada
Tuhan, sekaligus mendoakan supaya gereja di dunia ini yang menghadapi banyak
tantangan dan pergumulan tetap bisa menjalankan tugas panggilannya. Tetapi Roh
Kudus tidak hanya melahirkan gereja. Ia juga memelihara, menyemangati, menghibur, dan membimbing orang-orang percaya
untuk mengenal dosa, mengenal hukum dan kebenaran ( Yoh. 16: 4b-15) serta
menguatkan gereja untuk melakukan tugas panggilannya di dunia ini, melanjutkan
pekerjaan Yesus memberitakan Injil keselamatan itu ke segenap bangsa. Kepada kita Injil itu juga
telah sampai melalui para pemberita Injil (missionar) dari Eropa. Melalui Injil
itu kita telah menyatakan kepercayaan kita kepada Yesus Kristus dan telah
dibaptis ke dalam nama Allah Tritunggal,
sehingga kita telah ikut menjadi murid-murid dan pengikut Yesus Kristus. Karena
itu kita juga ikut menjadi alamat dari amanat Yesus sebelum Dia naik ke sorga
yang memanggil kita untuk ikut menjadi saksi Kristus di tengah-tengah dunia
ini, di tengah-tengah bangsa dan lingkungan kita. Kalau kita dimintakan untuk
ikut menjadi saksi Kristus, kiranya kita janganlah menjadi saksi palsu, yang
hanya berpura-pura sebagai saksi, melainkan menjadi saksi yang benar, yang mau
menderita dan mengabdikan diri serta berkoban untuk Injil itu.
Pada
masa timbulnya pandemi Covid 19 sekarang ini yang sudah berlangsung lebih dari
satu tahun lamanya, dan yang telah menyusahkan berbagai bangsa di dunia ini,
termasuk bangsa kita Indonesia, semua gereja dan orang-orang percaya harus
menjadi saksi Yesus Kristus, yang meyakinkan kita semua yang mengikut Dia,
bahwa hidup kita ini adalah milik Tuhan. Karena itu, Tuhan itulah juga yang
mengatur hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya. Kita tahu bahwa Tuhan itulah
juga yang mempunyai kuasa atas semua yang terjadi di dunia ini, dan Dialah juga
yang mengaturkan semua yang terjadi itu sesuai dengan kehendak-Nya. Kita tidak
bisa memaksakan Tuhan itu bertindak
sesuai dengan keinginan kita, tetapi sepenuhnya harus kita serahkan kepada
kehendak Tuhan. Dalam hal inilah memang dituntut penyerahan hidup kita
sepenuhnya kepada Dia. Tuhan bisa juga memakai pemerintah di dunia ini dan juga para ahli yang dipercayakan untuk
mengatasi situasi sekarang, sebagai perantaraannya. Karena itulah kita harus
tunduk kepada aturan dan arahan-arahan yang dibuat oleh pemerintah demi keselamatan kita. Kiranya Tuhan memberi kekuatan untuk melakukan semuanya itu
dengan penuh ketekunan dan kesabaran. Marilah kita mintakan supaya Roh
Kudus hadir di tengah-tengah gereja-Nya
dan juga di dalam kehidupan kita satu persatu untuk menguatkan dan memampukan kita
menjadi saksi Kristus. Selamat merayakan Hari Turunnya Roh Kudus bagi kita
semua. Tuhan memberkati dan menyertai kita. ( Pdt Mangontang SM Panjaitan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar