Sabtu, 22 Mei 2021

MEMAKNAI PERAYAAN HARI RAYA PENTAKOSTA DALAM HIDUP KEKRISTENAN

 

MEMAKNAI  PERAYAAN HARI RAYA PENTAKOSTA DALAM HIDUP KEKRISTENAN
                Hari Raya Pentakosta yang kita rayakan  merupakan salah satu hari besar gereja dan umat kristiani,  bersama dengan Hari Raya Natal dan Hari Raya Pentakosta. Hari raya ini adalah peringatan akan turunnya Roh Kudus kepada murid-murid Yesus ketika mereka bersekutu di sebuah tempat di Yerusalem. Di beri namanya Hari Pentakosta yang berarti “hari yang ke lima puluh”, karena peristiwa itu terjadi bertepatan dengan Hari Raya Pentakosta Yahudi pada waktu itu. Allah telah mengaturkan melalui Musa supaya umat Israel merayakan hari itu, yakni tujuh minggu (hari ke lima puluh )  setelah Hari Raya Paskah ( Imamat 23: 15-18). Di tengah-tengah umat Israel,  kadang-kadang hari raya itu juga disebut Hari Raya Tujuh Minggu ( Ulangan 16: 9-10): “Tujuh minggu harus kau hitung: pada waktu orang mulai menyabit gandum yang belum dituai, haruslah engkau mulai menghitung tujuh minggu itu. Kemudian haruslah engkau merayakan hari raya Tujuh Minggu bagi TUHAN, Allahmu, sekedar persembahan sukarela yang akan kauberikan, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu”. Kadang-kadang hari itu juga  disebut Hari Raya Panen, atau hari raya buah sulung panen, karena hari raya itu dilakukan pada masa permulaan panen, dan mereka membawa persembahan mereka dari buah sulung hasil panen mereka. Pada hari itu semua orang Israel harus bersuka-cita  mulai dari anak-anak hingga orang dewasa,  hamba mereka laki-laki atau hamba mereka perempuan, orang Lewi, beserta seluruh orang asing, anak yatim dan janda yang ada  di tengah-tengah mereka.
                Setelah pembuangan Babel orang Yehuda menjadikan Baith Allah di Yerusalem sebagai pusat keagamaan Yahudi, dan diaturkan supaya pada setiap hari raya Yahudi semua laki-laki dewasa harus datang dari seluruh kediaman orang Yahudi berkumpul  ke Yerusalem untuk memberikan persembahan dan pajak tahunan ke Baith Allah. Bertepatan pada hari Raya Pentakosta, ketika banyak orang Yahudi berkumpul di Yerusalem yang datang dari 16 bangsa yang ada di dunia ini ( Partia, Media, Elamit, Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Prigia, Pamfilia, Mesir, Libia, Kirene, Roma, Kreta dan Arab : Kis. Rasul 2: 9-11) turunlah Roh Kudus menghinggapi  para murid Tuhan Yeus ketika mereka bersekutu sebagaimana biasa di sebuah rumah di Yerusalem, sebagaimana telah dijanjikan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum Dia naik ke sorga.  Hari inilah yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya pada saat Dia naik ke sorga seperti dikatakan dalam Kissah Rasul 1: 8: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Janji itu digenapi lima puluh hari setelah kebangkitan Yesus atau sepuluh hari Yesus setelah kenaikan Yesus ke sorga. Dalam Kissah Rasul 2: 1-4 dikatakan: “Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;  dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”.  Suatu hakl akibat dari turunnya Roh Kudus itu bagi murid-murid tersebut, ialah  kemampuan mereka untuk berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain ( bahasa Yunani disebut: lalein heterais glossais). Yang dimaksud dengan berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain ialah: bahwa walaupun murid-murid itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri, tetapi ke  16 bangsa  yang mendengarkan, masing-masing mendengarnya dalam bahasa mereka sendiri.
                Tetapi di kemudian hari ada aliran kristen tertentu yang lain mengertikan ungkapan “berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain  “ menjadi   “berbahasa lidah ” ( glossolalia) yang dalam bahasa Indonesia mereka juga sering menyebutnya dengan “berbahasa roh”. Pengertian mereka dengan bahasa roh itu ialah, masing-masing orang mengucapkan kata-katanya, tidak seorang pun bisa mengerti satu sama lain, kecuali Roh itu sendiri. Sampai sekarang ini merupakan perdebatan teologis dengan orang-orang yang memegang pengertian yang sebenarnya  sesuai dengan yang disebut dalam Kisah Rasul 2 itu. Di dalam Kitab Kissah para Rasul itu tidak ada disebutkan bahwa para murid itu berbakata-kata dalam bahasa roh. Yang disebut adalah bahwa para murid itu berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain setelah mereka dipenuhi dengan Roh.  Dan yang mereka ucapkan bukan bahasa lidah, karena mereka hanya berkata-kata seperti biasa, tetapi orang lain bisa mengertinya dalam bahasa mereka masing-masing.
                Karena turunya Roh Kudus itu bertepatan pada hari raya Pentakosta Yahudi,  maka gereja mula-mula menamai hari turunnya Roh Kudus itu dengan Hari Raya Pentakosta. Hal itu memang sesuai dengan makna Hari Raya Pentakosta Yahudi itu sendiri, sebagai pesta  buah sulung panen.  Kedatangan Roh Kudus itu adalah hari buah sulung gereja, karena pada hari itulah diadakan pembabtisan yang pertama  bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus, yakni orang-orang Yahudi yang datang pada waktu itu dari berbagai negeri  diaspora Yahudi. Orang-orang yang dibaptis pada hari  itu setelah percaya kepada Yesus Kristus melalui khotbah  dari Petrus  sebanyak tiga ribu orang. “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa” (Kis Rasul 2: 41). Itulah hari kelahiran gereja yang pertama.  Jadi ketika merayakan Hari Raya Raya Pentakosta yakni hari peringatan turunnya Roh Kudus, kita  juga sekaligus  merayakan hari kelahiran gereja yang pertama di dunia ini. Jadi kalau dihitung sejak dari hari itu, maka sampai sekarang gereja telah berusia hampir dua ribu tahun lamanya. Hal itu patut kita syukuri kepada Tuhan, sekaligus mendoakan supaya gereja di dunia ini yang menghadapi banyak tantangan dan pergumulan tetap bisa menjalankan tugas panggilannya. Tetapi Roh Kudus tidak hanya melahirkan gereja. Ia juga memelihara, menyemangati,  menghibur, dan membimbing orang-orang percaya untuk mengenal dosa, mengenal hukum dan kebenaran ( Yoh. 16: 4b-15) serta menguatkan gereja untuk melakukan tugas panggilannya di dunia ini, melanjutkan pekerjaan Yesus memberitakan Injil keselamatan itu  ke segenap bangsa. Kepada kita Injil itu juga telah sampai melalui para pemberita Injil (missionar) dari Eropa. Melalui Injil itu kita telah menyatakan kepercayaan kita kepada Yesus Kristus dan telah dibaptis  ke dalam nama Allah Tritunggal, sehingga kita telah ikut menjadi murid-murid dan pengikut Yesus Kristus. Karena itu kita juga ikut menjadi alamat dari amanat Yesus sebelum Dia naik ke sorga yang memanggil kita untuk ikut menjadi saksi Kristus di tengah-tengah dunia ini, di tengah-tengah bangsa dan lingkungan kita. Kalau kita dimintakan untuk ikut menjadi saksi Kristus, kiranya kita janganlah menjadi saksi palsu, yang hanya berpura-pura sebagai saksi, melainkan menjadi saksi yang benar, yang mau menderita dan mengabdikan diri serta berkoban untuk Injil itu.
                Pada masa timbulnya pandemi Covid 19 sekarang ini yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun lamanya, dan yang telah menyusahkan berbagai bangsa di dunia ini, termasuk bangsa kita Indonesia, semua gereja dan orang-orang percaya harus menjadi saksi Yesus Kristus, yang meyakinkan kita semua yang mengikut Dia, bahwa hidup kita ini adalah milik Tuhan. Karena itu, Tuhan itulah juga yang mengatur hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya. Kita tahu bahwa Tuhan itulah juga yang mempunyai kuasa atas semua yang terjadi di dunia ini, dan Dialah juga yang mengaturkan semua yang terjadi itu sesuai dengan kehendak-Nya. Kita tidak bisa memaksakan  Tuhan itu bertindak sesuai dengan keinginan kita, tetapi sepenuhnya harus kita serahkan kepada kehendak Tuhan. Dalam hal inilah memang dituntut penyerahan hidup kita sepenuhnya kepada Dia. Tuhan bisa juga memakai pemerintah di dunia ini  dan juga para ahli yang dipercayakan untuk mengatasi situasi sekarang, sebagai perantaraannya. Karena itulah kita harus tunduk kepada aturan dan arahan-arahan yang dibuat oleh pemerintah demi keselamatan kita. Kiranya Tuhan memberi kekuatan untuk melakukan semuanya itu dengan penuh ketekunan dan kesabaran. Marilah kita mintakan supaya Roh Kudus  hadir di tengah-tengah gereja-Nya dan juga di dalam kehidupan kita satu persatu untuk menguatkan dan memampukan kita menjadi saksi Kristus. Selamat merayakan Hari Turunnya Roh Kudus bagi kita semua. Tuhan memberkati dan menyertai kita. ( Pdt Mangontang SM Panjaitan).
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar