Palestina sebagai sebuah negeri yang sentral dan
strategis
Secara
geografis, Palestina hanya merupakan sebuah negeri yang kecil. Selain wilayahnya
kecil, negeri itu kebanyakan merupakan daerah perbukitan yang tandus dan gurun
pasir. Hanya sedikit di daerah pantai merupakan daerah yang subur. Pada masa Yesus, daerah itu hanya berukuran
kira-kira 150 mil dari Utara ke Selatan, dan kira-kira 75 mil dari Timur ke
Barat. Kalau bisa dibandingkan barangkali hanya seluas daerah
Tapanuli. Tetapi
walaupun hanya merupakan sebuah daerah yang sangat kecil, dalam perhubungan
internasional posisi daerah ini telah lama merupakan sebuah tempat yang sentral dan strategis. Palestina adalah tempat yang
menghubungkan benua Afrika dan Asia dan juga menghubungkan benua
Asia dan Eropa. Karena posisinya yang sentral, maka ada yang menyebut
daerah Palestina itu sebagai pusat dunia.
Kitab
Perjanjian Lama juga memperlihatkan bahwa daerah Palestina dengan sebutan pada waktu ituTanah Kanan, selain sebagai tuatu
tempat yang menghubungkan benua Asia dan Afrika, juga telah mempertemukan dua
peradaban besar pada waktu itu yakni peradaban Asia yang berpusat di
Mesopotamia (Babilonia) dan peraradaban Afrika yang berpusat di lembah
Sungai Nil, yakni Mesir. Perjumpaan antara dua peradaban itu terutama terjadi
melalui sejarah Israel. Abraham nenek moyang Israel, lahir di Ur Mesopotamia
(Kej. 11:31) yang kemudian pindah ke Haran di sebelah Barat Laut dari negeri itu. Dari sanalah dia mendapat panggilan
dari Allah untuk pergi dari negeri itu (Kej.12), dan melalui bimbingan Allah
akhirnya dia tinggal di Tanah Kanan ( yang sekarang bernama PalestIna). Pada suatu waktu karena bala kelaparan yang
terjadi di Tanah Kanan, maka dia pernah mengungsi ke Mesir, yang dikenal
sebagai satu tempat yang subur. Dia tinggal di sana
bersama istrinya Sarah beberapa waktu lamanya. Di kemudian hari setelah dia
kembali ke Tanah Kanan, keturunannya yakni Yakob dan anak-anaknya juga pernah
mengungsi ke Mesir juga karena bala kelaparan yang terjadi di Tanah Kanan (Kej. 42).
Dalam waktu yang cukup lama (lebih 400 tahun lamanya ) orang-orang Israel tinggal di Mesir
sebagai orang asing dan akhirnya menjadi budak orang Mesir.
Suatu
peristiwa yang sangat besar dalam sejarah Israel ialah Exodus, yakni keluarnya
bangsa itu dari Mesir sekitar tahun 1200 s.M. Dengan melewati gurun
pasir Sinai, bangsa itu kembali ke Tanah Kanan, yakni tanah yang dijanjikan Allah
untuk kediaman bangsa itu. Di Tanah Kanan mereka memulai perjuangan dan pergumulan mereka untuk
menjadi satu bangsa yang merdeka. Dalam waktu yang relatif singkat, terutama
sesudah pemerintahan Raja Daud (kira-kira tahun 1000 s.M.), mereka telah
menjadi sebuah bangsa yang bebas, walaupun pada umumnya masih dicekam oleh rasa
takut akan ancaman yang datang dari Mesir dan Babilonia. Negeri Israel adalah negeri yang kecil dan miskin. Hanya sebagian kecil dari negeri itu
terdiri dari dataran rendah yang agak subur yakni
yang terletak
di sebelah tepi pantai. Sedangkan selainnya adalah bukit-bukit batu dan padang
pasir yang tandus. Satu hal yang membuat negeri ini penting pada waktu itu
ialah posisi dan letaknya yang sangat strategis di mana dari daerah inilah
terbentang satu-satunya jalan darat yang menghubungkan kawasan Asia dan Afrika.
Tetapi posisinya yang strategis itu telah membuat dirinya sering menghadapi
ancaman dari bangsa-bangsa sekitarnya. Misalnya jika Babilonia bergerak
melawan Mesir atau sebaliknya, maka negeri itu yang berada di tengah-tengah akan
terjepit dalam tekanan perang. Akhir bangsa itu sebagai bangsa yang berdaulat hanya berlangsung
sampai tahun
586 Seb.M.
Sebelumnya yakni tahun 722 seb.M satu kerajaan Israel yang terbelah dua
setelah kematian Raja Salomo, yang terdiri dari 10 marga telah jatuh ke tangan
Assiria, dan sejak itu kerajaan itu telah hancur dan hilang lenyap. Satu
kerajaan lagi yang bernama Yehuda, yang hanya terdiri dari dua marga (Yuda dan
Benjamin) bertahan sampai tahun 586 seb.M. Pada waktu itu kerajaan Babilonia yang
telah menjadi suatu kekuatan besar di Asia menyerbu negeri itu,
membakar kota Yerusalem, menghancurkan Bait Suci Israel dan menawan
beribu-ribu orang Israel ke Babilonia. Dalam Alkitab peristiwa ini sering
disebut sebagai pembuangan Israel ke
Babilonia. Dengan demikian sejarah Israel sampai pada waktu itu boleh
diringkas : “dari perhambaan Mesir sampai ke pembuangan Babilonia”. Tetapi penulis-penulis kitab PL tidak
melihat sejarah Israel dari sudut pandangan seperti itu. Mereka melihat bahwa
penderitaan yang dialami oleh negerinya adalah jalan Allah untuk mempersiapkan
suatu bangsa yang besar dari diri Allah.
Seperti
sudah diuraikan di atas, orang-orang Israel yang pada waktu itu sudah lebih dikenal
dengan orang-orang Yehuda, tidak selamanya dalam
pembuangan Babel. Tahun 538 mereka telah dibebaskan oleh raja Cyrus dari Persia
yang telah berhasil menguasai kerajaan Babilonia. Namun peristiwa pembebasan itu tidak membuat kerajaan Yehuda menjadi kerajaan yang berdaulat, karena walaupun
dibebaskan dari Babibolnia, di Tanah Yehuda mereka tetap berada di bawah kekuasaan kerajaan Persia.
Kemudian mulai dari tahun 332 s.M.
penguasaan kerajaan Yehuda beralih dari
kekuasaan Persia (Asia) ke bawah kekuasaan Eropa. Ini dimulai oleh
kekuasaan Yunani yang dipimpin oleh Alexander Agung. Pada waktu itu dalam usaha
untuk memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke perbatasan India, Alexander Agung juga menggerakkan tenteranya ke arah
Selatan, merebut negeri Yehuda dan terus sampai ke
Mesir. Di sanalah dia mendirikan sebuah kota yang membawakan namanya sendiri yaitu kota Alexandria. Selama kekuasaan
Yunani, kebudayaan Yunani juga disebarkan dan ditanamkan di seluruh wilayah
yang dikuasai, termasuk di daerah kediaman orang Israel (Yehuda).
Di
kemudian hari kekuasaan beralih lagi ke tangan orang-orang Romawi. Romawi
berusaha untuk merebut seluruh wilayah kekuasaan Yunani itu sekaligus mengambil
kebudayaan Yunani yang sudah berpengaruh, termasuk pemakaian bahasa
Yunani sebagai bahasa yang resmi.
Seperti
juga sudah diuraikan di atas, tahun 64 s.M. resmilah seluruh negeri
Israel yang lama termasuk Yehuda jatuh ke tangan penguasa Romawi dan menjadikannya sebagai satu
Provinsi yang diberi nama Palestina. Sejak itu sampai sekarang negeri itu sudah
lebih dikenal dengan nama Palestina. Jadi nama Palestina baru mulai berlaku
pada masa kekusaan Romawi itu. Pada waktu itu daerah ini dijadikan sebagai tempat yang
menghubungkan propinsi-propinsi Utara dan Selatan dari wilayah kekuasaan Romawi itu. Dengan demikian dengan posisi yang senteral itu, Palestina telah memainkan peranan yang penting
bagi invasi penguasa-penguasa dari tiga benua, yakni Asia, Afrika dan Eropa.
Kitab
Kissah Para Rasul memulai sejarah baru, di mana posisi sentral dari Palestina
itu telah dipergunakan Allah dengan jalan yang baru. Para rasul sendiri tidak
menyadari hal itu pada mulanya, karena setelah kebangkitan Yesus, para murid
itu masih mengharapkan bahwa Yesus akan memulihkan kembali kerajaan Israel yang lama itu (Kis. 1:6). Tetapi Yesus tidak berbicara
tentang kerajaan duniawi. Dia mau
meluaskan kerajaan Allah yang dibawanya itu ke seluruh dunia yang dalam hal ini
dimulai dari negeri kecil yang sentral itu. Untuk ini peranan dari
para rasul yang telah dipilih dan dipersiapkan itu sangat diharapkan untuk
dijadikan sebagai saksi-saksi Kristus
mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ke ujung dunia (Kis.1:8) . Dari sudut letaknya yang senteral dan
strategis itu maka kita bisa memahami, mengapa Allah memilih tempat itu sebagai
tempat kediaman Israel sebagai umat yang dipilih untuk menyebarkan kerajaan
Allah atau kepercayaan kepada Allah Yahwe sebagai Allah satu-satunya yang harus
disembah oleh seluruh umat manusia dan sebagai pusat awal penyebaran Injil
Keselamatan yang dibawakan oleh Yesus melalui para rasul yang dipersiapkan dan
diutus oleh Tuhan Yesus ke seluruh bangsa di dunia ini.
Seperti disaksikan dalam Kitab Kisah Para Rasul, penyebaran Injil dan
pengluasan kekristenan itu telah dimulai dari Yerusalem, menyebar ke Yudea,
Samaria, sampai ke seluruh wilayah kekuasaan kekaisaran Romawi yang berpusat di
Roma. Untuk itulah para murid Yesus yang dua belas itu, sebagai lambang dari ke
dua belas suku Israel yang lama, dipersiapkan oleh Yesus selama hidupnya di
dunia ini untuk menjadi rasul yang diutus ke ke berbagai penjuru dunia, bukan
hanya ke arah Eropa, tetapi juga ke arah Afrika, dan Asia, yakni daerah Asia
Kecil, Mesopotamia, Timur Tengah, sampai
Timur Jauh. Menurut tradisi, rasul Thomas, diyakini menjadi penginjil yang
sampai ke India.
Dalam perkembangan di kemudian hari, pada
zaman modern dari usaha penyebaran Injil, Injil yang semula menyebar dari
Palestina ke Eropa, Afrika dan Asia, dan kekristenan itu lebih cepat menjangkau seluruh bangsa di Eropa, maka
pekabaran Injil itu lebih cepat menyebar
dari Eropa ke berbagai bangsa di dunia ini, yang berbarengan dengan ekspansi
sejumlah negara Eropa ke berbagai dunia
ketiga di benua Afrika, Amerika dan Asia termasuk Indonesia. (Pdt MSM Panjaitan, pendeta pensiunan HKBP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar