Memahami masalah Israel dan Palestina dengan memahami sejarah Israel
Pdt MSM Panjaitan,
MTh
( Pendeta HKBP
Emeritus )
Banyak orang-orang Kristen melihat Israel dan
Yerusalem sekarang masih sama dengan
Israel dan Yerusalem yang diceritakam kitab Perjanjian Lama, pada hal kita sudah
hidup dalam zaman Perjanjian Baru. Apa yang diberitakan dalam PL, sudah seharusnya kita
pandang dari sudut Perjanjian Baru. Sudut pandang kita terhadap PL tentu sudah berbeda dengan sudut pandang orang-orang Yahudi. Orang Yahudi melihat Kitab PL itu sebagai kitab yang berdiri sendiri karena mereka tidak mempercayai Kitab Perjanjian Baru.
Umat Yahudi memangdang PL itu berdiri sendiri karena mereka tidak
mempercayai Perjanjian Baru. Perjanjian Lama itulah Kitab Suci mereka, tetapi
mereka tidak menyebutnya Perjanjian Lama. Nama Perjanjian Lama adalah sebuatn
yang dibuat oleh orang Kristen. Sedangkan nama yang mereka berikan adalah
“Tanakh” atau Bibel Ibrani yang terdiri
dari tiga kumpulan besar yakni: Torah ( Ke lima kitab Musa), Nebiim (kitab
nabi-nabi, terdiri dari 22 kitab, dari kitab Yosua sampai Maleaki), dan
Ketubim, Surat-surat, yang terdiri 12 kitab: mulai dari Psalmen sampai Tawarikh
atau Kronika).
Jadi mereka melihat janji Allah yang disampaikan kepada umat Israel, terpusat kepada diri mereka, yakni hanya untuk kepentingan, kebesaran dan keselamatan mereka sendiri. Sedangkan orang Kristen melihat janji Allah kepada umat Israel bukan hanya mengenai orang Israel itu sendiri, tetapi menyangkut kepentingan dan keselamatan seluruh bangsa di dunia. Jadi dari sudut pandangan Kristen pemilihan Allah atas umat Israel menjadi bangsanya bukan hanya demi bangsa itu sendiri, tetapi demi seluruh bangsa di dunia, karena semuanya manusia adalah sama di dalam pandangan Allah, dan sama-sama dikasihi oleh Allah. Jadi kalau Israel dipilih oleh Allah menjadi bangsa-Nya, bukanlah karena keistimewaan Israel, bukan karena kebesaran atau keunggulan mereka, tetapi hanya karena Allah mau mempergunakan bangsa itu untuk mewujudkan rencana keselamatan Allah yang lebih besar atas seluruh dunia. Jadi pemilihan Allah atas Israel adalah persiapan Allah dalam mewujudkan rencana keselamatan-Nya yang lebih besar itu yakni keselamatan dunia, keselamatan bangsa-bangsa atau seluruh umat manusia. Rencana Allah seperti itu tidak dilihat oleh umat Israel, melalui perjalanan sejarah mereka yang memang sulit dipahami, di mana mereka sering mengalami masa kesulitan dan tantangan yang berat dengan gelombang sejarah mereka yang pasang surut. Tetapi dalam sejarah mereka yang menyulitkan hidup mereka itu Allah bekerja dan menyuarakan Firman-Nya yang membimbing mereka untuk tetap setia kepada Allah bisa memandang jauh ke depan ke pada rencana Allah yang lebih besar itu.
Dalam Kitab PL tentu banyak disebut mengenai
Israel dan Yerusalem, di mana dikatakan
bahwa Israel sebagai bangsa Allah, dan Yerusalem dijadikan sebagai ibu kota
kerajaan itu sekaligus sebagai pusat keagaamaan mereka sejak Daud memerintah
sebagai raja Israel.. Tetapi kalau sejarah Israel ditelusuri degan
seksama, maka akan terlihat bahwa sifat dan
keberadaan Israel serta Yerusalem yang sekarang tidak sama lagi dengan sifat dan keberadaan Israel yang diberitakan dalam kitab Pl. Missi Israel yang lama berbeda dari
missi Israel sekarang. Missi Israel
sebagai bangsa Allah adalah penyebaran kepercayaan kepada Allah Yahwe sebagai
satu-satunya Allah yang harus disembah, sedangkan missi Israel yang sekarang
adalah missi sebuah negara yang lebih mengutamakan kepentingan politis dan
kekuasaan, bukan kepentingan kerajaan Allah. Sebagai kerajaan Allah dan bangsa Allah, Israel harus tunduk kepada
Allah, tunduk kepada hukum-hukumnya, yang mengatur semua aspek kehidupan
mereka. Hubungan Allah dengan Israel
dengan keberadaannya sebagai bangsa Allah diikat oleh suatu perjanjian yang
diadakan di gunung Sinai dalam perjalanan mereka keluar dari Tanah Mesir menuju
Tanah Kanaan. Dalam Perjanjian itu Allah mengikatkan diri kepada umat Israel
dengan mengatakan:
“Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh
mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi
harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang
empunya seluruh bumi..Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus” ( Kel.19: 5-6).
Dari sini nampak bahwa dalam perjanjian itu, Allah
menjanjikan Israel sebagai kerajaan imam
bukan sebagai kerajaan politis, dan juga menjadi bangsa yang kudus, yang tidak
sama dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini. Bangsa yang kudus artinya bangsa yang dikhususkan
Allah untuk membawa missi Nya di dunia ini, yang untuk itu mereka dibimbing
untuk hidup sesuai dengan Firman dan hukum Tuhan. Keberadaan seperti ini yang
kemudian diingatkankan oleh rasul Peterus kepada umat Kristen pada mulanya,
karena bagi Petrus umat Kristen itulah
yang telah menjadi Israel yang baru ganti dari Israel yang lama, dengan mengatakan:
“Tetapi kamulah bangsa
yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah
sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang
telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib”. (
1Petrus 2: 9)
Keberadaan Israel sebagai bangsa Allah tentu tidak berlangsung dengan
sendirinya sampai selamanya. Itu tidak melekat kepada diri mereka dengan
sendirinya. Itu hanya berlangsung
sepanjang mereka mematuhi firman Allah dan taat kepada perjanjian itu. Apabila
mereka tidak menaati perjanjian itu lagi, maka mereka akan dihukum oleh Allah.
Mereka akan dibuang oleh Allah ke negeri orang, dan akan kehilangan kesempatan
untuk hidup di negeri yang dijanjikan itu. Berkat dan kutuk adalah konsekuensi yang harus mereka
terima sebagai umat perjanjian. Kalau mereka mematuhi perjanjian itu mereka
akan diberkati, tetapi kalau mereka mengingkari perjanjian itu maka mereka akan
dikutuk. Dari perjanjian Allah dengan Israel nampak bahwa salah satu tugas
panggilan umat itu sebagai bangsa Allah, adalah mematuhi Firman Allah, dan
memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang besar, supaya dengan demikian
bangsa-bangsa lain juga ikut mengenal dan mempercayai Allah Jahwe sebagai satu-satunya Allah yang harus
disembah dan dipatuhi. Tetapi dari perjalanan sejarahnya terlihat, bawa tugas panggilan itu tidak dijalankan oleh bangsa Israel. Mereka
gagal sebagai bangsa Allah. Sebagai
kerajaan imam, para rajanya yang pada dasarnya harus sejalan dengan para imam
dan para nabi yang diutus oleh Allah, hanya sibuk untuk menjaga dan
mempertahan kekuasaannya. Kota Yerusalem, yang berarti “kota damai”, yang dibangun oleh Daud sebagai ibukota
kerajaan itu, dan juga pusat keagamaan mereka menjadi kota yang dikultuskan
bahkan diilahikan. Bait Allah
diberhalakan, di mana bangsa itu tidak lagi bersandar kepada Allah, tetapi
bersandar kepada Bait itu sendiri.
Karena ketidak setiaan mereka terhadap perjanjian yang diikat dengan Allah,
Israel kemudian menjadi bangsa yang terhukum dan
hancur. Itu dimulai dengan perpecahan bangsa itu menjadi dua setelah raja Salomo meninggal, yakni kerajaan
Israel yang terdiri dari 10 marga (
di bagian Utara) dan kerajaan Yehuda yang terdiri dari
dua marga saja ( di bagian Selatan ). Karena di kerajaan Utara
para raja sibuk dengan perebutan kekuasaan, dan demi kekuasaan, mereka membawa
kepercayaan dewa Baal kepada bangsa itu,
maka kerajaan yang beribukota di Samaria itu, hancur tahun 722
seb.M, karena ditaklukkan bangsa Asyria. Sejak itu
keberadaan kerajaan Israel yang terdiri
dari sepuluh marga menjadi hilang, dan sejarahnya tidak bisa ditelusuri lagi
sampai sekarang. Ada yang mengatakan, mereka menjadi terbuang dan berserak ke
mana-mana ke berbagai belahan dunia ini,
dimana mereka menjadi bercampur baur dengan bangsa atau suku bangsa setempat,
baik dalam perkawinan, adat istiadat, budaya bahkan kepercayaan. Identitas
mereka sebagai orang Israel tidak ditemukan lagi.
Kerajaan Yehuda
yang terdiri dari dua marga yakni
Yuda dan Benyamin, di tambah dengan orang-orang Lewi yang khusus melayani di
Bait Allah dan berikota di Yeusalem masih bisa bertahan
sampai tahun 596 seb.M. Tetapi sejak saat itu, kerajaan tersebut harus dikuasai oleh bangsa-bangsa lain secara bergantian
mulai dari Babilonia, Persia, Yunani dan Roma. Pada tahun 586 seb.M kota Yerusalem dan Bait Allah di dalamnya dihancurkan
oleh tentera Babilonia, dan orang-orang Yehuda khususnya kaum terpelajar dan
orang-orang berpengaruh dibawa ke Babilonia sebagai orang-orang tawanan. Pada masa kekuasaan Persia, yakni tahun 536 seb. M yang dipimpin oleh raja
Kores, orang-orang Yehuda yang sempat
terbuang ke
Babilonia diberi kebebasan untuk pulang ke tanah Yehuda, membangun kota dan
Bait Allah Yerusalem yang sudah hancur. Selama kurun waktu itu Tanah Yehuda dan kota Yerualem adalah sebagai
daerah jajahan Persia. Kemudian mulai tahun 333 muncul kerajaan Yunani
dari Eropa yang dipimpin oleh Aleksander Agung menguasai negeri itu. Dengan
demikian negeri Yehuda dan kota Yerusalem menjadi bagian dari daerah-daerah
kekuasaan kerajaan Yunani. Lalu tahun
166 seb. M kerajaan Yunani menjadi
keraaan yang lemah. Pada saat itulah Judaisme yang telah berobah menjadi sebuah
oraganisasi keagamaan yakni agama Yahudi
mencoba melakukan suatu gerakan
untuk membebaskan negeri mereka dari
kuasa negara asing. Gerakan itu dipimpin oleh kaum Makkabeus. Tetapi gerakan
ini tidak bisa berlangsung terus, karena munculnya kekuasaan baru dari Eropa
yakni kekaisaran Romawi yang menguasai
seluruh wilayah Israel lama termasuk Yehuda dan Yerusalem mulai tahun 63
seb.M. Kekaisaran Romawi menyebut nama negeri itu Palestina. Nama itu berasal
dari kata “Filistine”, yakni nama suku bangsa yang berdiam di bagian Selatan
Tanah Kanaan ( Gaza dan Asdod), yang merupakan musuh utama Israel ketika
memasuki Tanah Kanaan. Sejak itu sampai sampai tahun 614 M, Yerusalem dan
daerah-daerah lain di Palestina, serta Asia Barat menjadi bagian dari daerah
kekuasaan Romawi dan Byzantium (Romawi Timur). Mereka menjadi warga kekaisaran Romawi yang harus tunduk kepada hukum
Romawi, walaupun agama mereka yakni agama Yahudi diakui oleh Romawi.
Ketika kerajaan Israel dan Yehuda jatuh kepada keduniawian yang menimbulkan
timbulnya berbagai masalah dan krisis dalam kehidupan bangsa itu, Allah sudah
mengutus nabi-nabi untuk mengingatkan mereka dan mengajak mereka untuk
bertobat. Tetapi mereka selalu mengabaikan seruan pertobatan itu. Mereka tetap
menuruti kehendak mereka sendiri dan melawan Allah. Karena itulah berbagai
hukuman dikenakan Allah kepada mereka, dan para
nabi diutus untuk menubuatkan
kelahiran raja bagi mereka dan bagi dunia ini, yakni Raja yang diurapi
Allah ( Mesias ), yang kekuasaanNya kekal, penuh hikmat, yang mendasarkan
kekuasaannya dengan keadilan dan kebenaran ( Yesaya 11: 1 dst). Raja itulah yang akan membawa damai bagi dunia ini. Nubuatan itu digenapkan dalam diri
Yesus Kristus, yang lahir di Betlehem. Tetapi orang-orang Yahudi tidak mempercayai Yesus
itu Mesias, karena Yesus di mata mereka terlalu lemah, tidak mampu membebaskan
mereka dari kekuasaan Romawi yang menguasai mereka pada waktu itu. Yesus tidak sesuai dengan harapan mereka sebagai
Mesias, yang dijanjikan oleh para nabi. Akhirnya Yesus yang menyatakan dirinya sebagi Mesias atau Kristus dan sebagai Anak Allah didakwa
mereka telah menghujat Allah dan menistakan agama mereka. Mahkamah tertinggi agama mereka menjatuhi Dia
hukuman mati. Lalu mereka menyerahkannya kepada penguasa Romawi
setempat yakni Pilatus untuk disalibkan.
Karena mereka
tidak menerima Yesus sebagai Mesias, maka Allah menghukum mereka dengan
membiarkan tentera Romawi yang dipimpin oleh Jenderal Titus tahun 70 M
menghancurkan Yerusalem dan menghalau
orang-orang Yahudi dari negeri itu. Bait
Suci yang pernah direnovasi raja Herodes dalam masa pemerintahan Romawi dihancurkan,
yang tersisa hanya tembok barat, yang sekarang ini disebut Tembok Ratapan.
Kejadian ini sudah dinubuatkan dan diratapi oleh Yesus, sebelum kematianNya (
Lukas. 21: 5-6 dan ay. 20-24). Lalu mereka terpencar-pencar ke berbagai negara di dunia ini, terutama ke Eropa dan
kemudian ke Amerika. Pada mulanya
bukan hanya orang-orang Yahudi yang mengalami penderitaan oleh penguasa Romawi,
tetapi juga orang-orang Kristen. Orang-orang Kristen di Palestina juga ikut
berserak karenanya. Agama Kristen juga menjadi Agama yang dihambat, dan mengalami penindasan. Tetapi tahun 313,
kaisar Romawi, Gregorius Agung memberi
pengakuan atas agama Kristen di kekaisaran itu, dan segera setelah itu ibu dari
kaisar tersebut , yakni Helena yang sudah menjadi Kristen membangun gereja
Makam Yesus di Yerusalem ketika dia berziarah ke sana.
Sampai tahun 614 M, negeri itu masih dikuasai oleh Romawi dan Byzantium (
Romawi Timur). Lalu tahun 614 direbut
oleh kerajaan Persia, di mana terjadi penghancuran secara habis-habisan. Tetapi tahun 627, direbut kembali oleh
Byzantium. Namun tahun 637 seluruh daerah Palestina sudah ditaklukkan oleh
tentera Arab, yang sudah Islam. Tetapi tentera Salib melalui Perang Salib dari
Eropa Barat menaklukkannya tahun 1099,
namun tahun 1190, ditaklukkan oleh
Sultan Salahudin dari Mesir. Kemudian dari tahun 1517 sampai tahun 1917, negeri
itu dijajah oleh kerajaan Turki ( Ottoman). Mulai tahun 1917, setelah Perang
Dunia pertama, Liga Bangsa-bangsa memberi mandat kepada Inggris atas Tanah
Palestina. Negeri itu juga diberi nama Palestina, seperti sudah dipakai pada zaman
Romawi. Pada masa pemerintahan Inggris inilah mulai berdatangan orang-orang Yahudi
dari berbagai tempat diaspora mereka di dunia ini ke Palestina, yang
diorganiser oleh gerakan Zionisme yang sudah terbentuk sejak tahun 1896 di
Eropa. Gerakan ini bertujuan untuk mempersatukan seluruh umat Yahudi di
berbagai diaspora mereka di dunia untuk kembali ke Palestina yang dianggap
sebagai negeri asal mereka dan mendirikan negera mereka di sana. Mereka membeli
tanah di sana untuk dijadikan pemukinan Yahudi dan tempat usaha-usaha mereka. Mereka
juga mendirikan sekokah-sekolah sampai tingkat Universitas. Jadi selama masa
penguasaan Inggris atas negeri tu telah banyak orang-orang Yahudi yang bermukim
di negeri Palestina.
Pada tahun 1947 kerajaan Inggris melepaskan mandat yang
diberikan Liga Bangsa-bangsa kepada Inggris untuk menguasai Palestina, dengan
maksud memberi peluang terbentuknya dua negara di Palestina
yakni Israel dan Palestina dan negeri itu dibagi dua. Tetapi peluang itu segera dipakai oleh gerakan
Zionisme untuk mendeklarisasikan
berdirinya negara Israel pada 14 Mei 1948. Setelah deklarasi itu semakin banyaklah orang Yahudi dari
diaspora berdatangan ke Palestina. Orang-orang Palestina tidak menghendaki
negeri itu dibagi dua dan tidak menyetujui terrbentuknya negara Israel itu.
Akibatnya terjadilah peperangan antara Israel dan Palestina. Peperangan juga dilakukan dengan negara-negara
Arab di sekitar Palestina, yakni Mesir, Syria, Yordania, Irak, Libanon, yang
menolak rencana pembagian Palestina. Israel kemudian memenangkan
peperangan ini dan mengukuhkan kemerdekaannya. Akibat dari perang itu Israel
juga berhasil memperluas batas wilayah yang ditentukan oleh rencana pembagian itu.
Sejak saat itu Israel terus menerus berseteru dengan negara-negara Arab
tetangga, yang menyebabkan peperangan
dan kekerasan yang berlanjut sampai saat ini. Dalam peperangan itu
banyak orang-orang Palestina yang tertindas dan mengalami tindak kekerasan yang
membuat mereka banyak yang harus mengungsi ke daerah lain. Di dalamnya bukan
hanya orang-orang yang beragama Islam tetapi juga banyak yang beragama Kristen.
Dari uraian di atas bisa kita simpulkan bahwa persoalan yang terjadi antara
Israel dan Palestina bukanlah persoalan agama, itu hanya semata persoalan
politis, yakni persoalan yang lebih mengutamakan kepentingan kekuasaan dan
kepentingan ekonomi. Dalam persoalan itu kita orang-orang Kristen janganlah
terpancing secara emosional untuk membela Israel karena ada hubungan historis antara Israel yang lama dengan
Kristen. Sebaliknya janganlah membanggakan tindakan-tindakan Israel atas Palestina sepanjang tindakan itu telah
menyengsarakan banyak orang-orang sipil dan tidak dilaksanakan secara damai.
Sifat dan keberadaan Israel yang lama sebagaimana diharapkan oleh Allah dalam
PL, sudah berbeda dengan sifat dan keberadaan Israel yang sekarang. Sifat dan
keberadaan Israel yang lama itu seharusnya adalah kerajaan imam dan bangsa
Israel adalah bangsa yang kudus yang diikat dengan perjanjiaan Allah. Status
mereka sebagai bangsa Allah bukanlah milik yang permanen dan kepemilikan mereka
atas Tanah Kanaan sebagai mana dijanjikan oleh Allah tidaklah untuk selamanya.
Itu hanya berlangsung selama bangsa itu setia kepada Allah, mematuhi firmannya
dan taat kepada perjanjiannya. Kalau mereka tidak mematuhi firman Allah dan
tidak setia kepada perjanjian itu, mereka bisa kehilangan status mereka sebagai
bangsa Allah dan bisa kehilangan tanah yan dijanjikan. Bangsa Israel sering tidak
patuh kepada firman dan hukum Tuhan, dan tidak setia kepada perjanjiannya.
Itulah sebabnya bangsa itu sering dikuasai oleh bangsa asing dan negerinya jatuh
ke tangan orang asing. Puncak penolakan
Yahudi akan Allah adalah penolakannya akan Yesus sebagai Mesias dan Juru
Selamat Yang dijanjikan Allah. Dalam penolakan itu mereka menyalibkan Yesus.
Tetapi dengan perbuatan orang-orang
Yahudi itu, Yesus telah menjadi kurban dan tanda perjanjian Allah yang baru. Dalam diri
Yesus, Perjanjian yang lama telah diperbaharui oleh Allah. Perjanjian yang baru
itu bukan lagi berlaku hanya untuk bangsa Israel, tetapi untuk semua orang yang
percaya kepada Yesus. Seluruh yang dinubuatkan dalam PL untuk penyelamatan dunia dan umat manusia telah digenapkan dalam diri Yesus Kristus. Nama Israel yang berarti “berjuang bersama Allah atau pejuang Allah”
tidak lagi dikenakan kepada keturunan Yakub, tetapi telah dikenakan kepada
seluruh orang yang peraya dan yang menerima Yesus Kristus sebagai Raja dan Juru
Selamatnya. Status sebagai bangsa atau umat Allah, bukan lagi hanya dikenakan
untuk Israel yang lama, tetapi untuk semua orang yang percaya kepada Yesus
Kristus, yakni gereja. Gerejalah Israel yang baru. Gerejalah kerajaan imam, dan
orang-orang-orang yang percaya kepada Yesuslah bangsa yang kudus itu,
sebagaimana dulu diharapkan oleh Allah dari diri orang-orang Israel. Yerusalem
yang diidam-idamkan oleh orang-orang percaya bukan lagi Yerusalem yang terletak
di Palestina, tetapi Yerusalem yang baru, di sorga. Orang-orang yang mampu dan
berminat bisa saja pergi beriarah ke
Yerusalem dan sekitarnya, menapaki peristiwa-perisrtiwa yang bermakna historis,
yang bisa membantu untuk memahami perbuatan Allah kepada umat Israel pada zaman
dahulu kala, juga pada zaman Yesus dan sesudahnya.Tetapi janganlah
mengkultuskan tempat itu, seolah-olah tempat itu dianggap lebih istimewa dari
tempat yang lain. Marilah kita doakan agar bangsa Israel yang sekarang bisa hidup
rukun dan damai dengan bangsa Palestina
yang sama-sama berdiri di bumi yang sama yakni bumi Palestina. (Pdt MSM Panjaitan ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar