MENGAPA SAMPAI SEKARANG UMAT YAHUDI TIDAK MEMPUNYAI BAIT ALLAH?
Sering
orang bertanya termasuk umat Kristen, mengapa sampai sekarang Umat Yahudi tidak
mempunyai Baith Allah lagi di Yerusalem? Hal itu bisa kita pahami jika kita
menelusuri perjalanan sejarah Baith Suci itu sendiri dari awalnya sampai zaman Yesus.
Setelah
umat Israel menjadi satu kerajaan di Tanah Kanaan yang dipimpin oleh seorang
raja, mereka juga telah mempunyai Bait Allah yakni tempat mereka untuk
menyembah Allah Jahwe melalui kurban-kurban persembahan mereka. Bait Allah
sebagai bangunan permanen pertama sekali
dibangunan oleh Raja Salomo , yakni raja Israel yang ketiga, di kota
Yerusalem, yang telah dijadikan David sebagai pusat kerajaan Israel. Sebelumnya
ayahnyalah, yakni Raja David, yang berencana untuk membangun Bait Allah bagi
umat Israel ( 2 Sam. 7: 1-3), tetapi Allah tidak mengizinkannya, walaupun bahan
keperluan untuk itu sudah disediakan. Allah mengatakan bahw Daud tidak layak
untuk membangun rumah untuk Dia karena tangannya telah banyak berlumuran dengan
darah ( 1 Tawarikh 22: 6-8). Anaknya
sendirilah, yakni Salomo yang diizinkan Allah untuk membangunan Bait Allah itu
(1 Raja 6{ 1-28; 1 Raja 8: 18-20) . Ini menunjukkan tidak semua orang bisa
membangun Bait Allah, walaupun kemauan dan kemampuan untuk itu ada padanya.
Umat
Israel sangat berbesar hati dengan adanya Bait Allah yang dibangun Raja Salomo
itu, karena Rumah Allah yang Suci itu, dipercayai oleh mereka sebagai tempat
kediaman Allah di tengah-tengah mereka. Selama Bait Allah itu ada, mereka
percaya Tuhan Allah tidak akan meninggalkan mereka. Bagi mereka Bait Allah itu
sebagai jaminan kehadiran Allah untuk melindungi mereka terhadap musuh-musuh
mereka. Tetapi di hari kemudian mereka salah memahami dan mempergunakan Bait
Allah itu, karena mereka telah mengkultuskan Bait Allah itu sedemikian rupa ,
sehingga mereka lebih mempercayai kekuatan Bait Allah itu sendiri dari pada
kekuasaan Allah. Artinya mereka lebih percaya berlindung ke Bait Allah itu dari
pada berlindung kepada Allah. Mereka
patuh untuk menjalankan ritus-ritus keagamaan mereka di Bait Allah, tetapi
mengabaikan hukum-hukum atau perintah Allah dalam kehidupan sehari-hari
terutama dalam hubungan kepada sesama manusia. Ini terlihat dari seringnya umat
itu ditegur oleh para nabi, karena umat itu lebih mementingkan pemberian kurban
kepada Allah di Bait Allah, tetapi
mengabaikan kasih setia kepada sesama manusia. Terhadap sesama manusia mereka
sering berbuat tindak kekerasan, penindasan
dan ketidak adilan. ( Hosea 6: 6; Amsal 21: 3).
Tetapi
walaupun para nabi sering menegur mereka dengan perbuatan-perbutan mereka yang
melanggar hukum-hukum Allah, mereka tidak mau bertobat, sehingga mereka dihukum
oleh Allah dengan membiarkan bangsa-bangsa lain untuk menguasai dan menghancurkan
mereka. Tahun 722, kerajaan Isreal bagian Utara yang terdiri dari sepuluh
marga, dihancurkan oleh kerajaan Syria, sehingga umat itu menjadi
terbuang, berserak ke mana-mana dan
hilang. Lalu kerajaan Israel yang dua marga lagi ( Juda dan Benjamin), yang kemudian bernama
kerajaan Yehuda, terbuang ke Babilonia
mulai tahun 587 seb. M. Pada waktu itu Bait Allah dan kota Yerusalem yang
mereka banggakan itu dihancurkan, sehingga mereka tidak mempunyai Bait Allah
lagi sebagai tempat penyembahan mereka kepada Allah.
Setelah
kerajaan Babilonia dikalahkan oleh kerajaan Persia tahun 539 seb.M, maka Kores,
raja dari kerajaan Persia itu membebaskan mereka dari pembuangan Babel, dan
menyuruh mereka pulang untuk membangun kembali Bait Allah mereka di Yerusalem
yang telah hancur itu. Mereka yang pulang itu membangun kembali Bait Allah di
Yerusalem yang selesai tahun 515 seb.M.
Itulah pembangunan Bait Allah yang ke dua bagi mereka setelah pembangunan yang
pertama yang dilakukan ole Salomo. Tetapi walaupun mereka kembali ke negeri
asal mereka di Tanah Yehuda, keberadaan mereka sendiri tetap di dalam kekuasaan
kerajaan Persia. Karena mereka tidak lagi menjadi satu kerajaan yang berdaulat,
maka setelah pembuangan itu mereka menjadikan umat Yehuda bukan lagi menjadi
satu kerajaan yang berdiri sendiri, tetapi menjadi sebuah organisasi keagamaan
yakni Agama Yahudi. Bait Allah di Yerusalem di jadikan sebagai pusat keagamaan
mereka. Agama Yahudi itulah yang mereka harapkan bisa mempersatukan seluruh
umat Yahudi yang sudah berserak di berbagai
tempat di dunia ini. Dalam Agama itu Hukum Taurat yang diterima oleh
nenek moyang mereka melalui Musa dihidupkan dan dijalankan dengan ketat.
Sejalan dengan Hukum itu, maka setiap Hari Raya Besar mereka, yakni pada hari
Raya Roti Tak Beragi (Paskah), Hari Raya Tujuh Minggu ( Pentakosta), dan
Hari Raya Pondok Daun, seluruh kaum laki-laki yang sudah dewasa dari umat itu
diwajibkan datang ke Bait Allah untuk menghadap Tuhan tidak dengan tangan
hampa, tetapi harus membawa persembahan sesuai dengan berkat yang diberikan
kepada mereka oleh Tuhan Allah (Ulangan
16: 16). Dengan persembahan itulah mereka membiayai keperluan mereka dalam
menjalankan persekutuan keagamaan mereka, termasuk memelihara Bait Allah itu
sendiri.
Sejak pembuangan Babel, kerajaan
dunia telah berganti-ganti menguasai
tanah Yehuda atau Yerusalem mulai dari kerajaan Babilonia, Kerajaan Persia,
kemudian Yunani, dan terakhir adalah kekaisaran Romawi yang mulai mengusai
negeri itu tahun 63 seb. M. Kekaisaran Romawi mengangkat raja-raja yang
memerintah di negeri Judea itu. Ketika Raja Herodes yang diangkat oleh
kekaisaran Romawi memerintah negeri Yudea, dia merenovasi Bait Allah di
Yerusalem, karena kekaisaran Romawi memberi kebebasan kepada umat Yahudi untuk
menjalankan agama mereka. Bait Allah itu setelah direnovasi menjadi lebih indah
dan megah dari yang sebelumnya. Tetapi ketika Yesus pernah memasuki Bait Allah
itu dalam kunjungan pelayanan-Nya ke Yerusalem, Dia sangat marah sekali, karena
Bait Allah itu telah dicemarkan oleh orang-orang Yahudi itu sendiri dan
dijadikan oleh para imam di Bait Allah
itu sebagai sarang penyamun. Mengenai hal
ini Kitab Injil berkata: “Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua
orang yang berjual-beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar
uang dan bangku-bangku pedagang merpati dan berkata kepada mereka: "Ada
tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang
penyamun." ( Mat. 21: 12-13). Itulah salah satu penyebab mengapa
orang-orang Yahudi pada waktu itu semakin
membenci Yesus dan berusaha membunuh Yesus.
Karena orang-orang Yahudi tidak menerima
Yesus sebagai Mesias, yang pada akhirnya membunuh Yesus di kayu salib, maka
Allah menghukum mereka dengan
membiarkan tentera Romawi di bawah pimpinan Jenderal Titus menghancurkan Yerusalem dan Bait Allah itu
tahun 70 M (kira-kira 40 tahun setelah kematian Yesus), ketika pada waktu itu
umat Yahudi mencoba melancarkan pemberontakan kepada pemerintah Romawi. Bait
Allah itu menjadi hancur-lebur. Tetapi kejadian itu telah dinubuatkan oleh
Yesus sebelum kematian-Nya, ketika menangisi kota Yerusalem dan Bait Allah itu
seperti diberitakan dalam Kitab Injil
Lukas 21: 5-6 dan ay. 20-22 : “Ketika beberapa orang berbicara tentang
Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah
dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: "Apa yang
kamu lihat di situ, akan datang harinya
di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain;
semuanya akan diruntuhkan." ... "Apabila kamu melihat Yerusalem
dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat.
Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke
pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan
orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab
itulah masa pembalasan di mana akan
genap semua yang ada tertulis."
Sejak
peristiwa itulah orang-orang Yahudi berserak dari tanah Yudea dan dari seluruh wilayah Palestina ke berbagai penjuru
dunia. Ada yang berserak ke Afrika, ke Mesir,
ke Mesopotamia dan ke Eropa. Dari Eropa kemudian berserak ke
Amerika. Sejak kejadian tahun 70 M itu,
tidak ada lagi Baith Allah di Yerusalem untuk umat Yahudi sampai sekarang. Di tempat
Baith Allah umat Yahudi yang sudah
hancur itu telah dibangun mesjid yang diberi nama Mesjid Al-Aqsha, oleh
orang-orang Islam setelah negeri itu telah dikuasai oleh Islam mulai pada abad
8 M yang lalu.
Kita tidak tahu bagaimana selanjutnya, tetapi kita
tahu kedudukan Umat Israel lama yang
pada awalnya diharapkan oleh Allah sebagai kerajaan imam dan bangsa yang
kudus ( Kel. 19: 6) untuk menjalankan rencana keselamatan Allah atas bangsa-bangsa
di dunia, sudah berakhir dan telah digantikan oleh Umat Kristen sebagai umat
Allah yang percaya kepada Yesus Kristus,
karena Umat Yahudi tidak menjalankan rencana Allah itu, bahkan mereka
sendirilah yang membunuh Yesus, Juru Selamat manusia, yang diutus oleh Allah di
dunia ini, sesuai dengan janji Allah melalui
umat Israel untuk keselamatan seluruh umat manusia. Orang-orang yang percaya
kepada Yesus Kristus telah dipersekutukan oleh Roh Kudus menjadi satu persekutuan yang disebut gereja. Gerejalah
yang kemudian ditugaskan oleh Allah untuk menjalankan missi penyelamatannya
atas bangasa-bangsa di dunia ini, seperti dikatakan oleh rasul Petrus: “Tetapi
kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat
kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang
besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada
terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang
telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah
beroleh belas kasihan “(1 Petrus 2: 9-10).
Dengan demikian kita harus meyakini, bahwa diri orang-orang percaya, serta persekutuannya sebagai orang-orang percaya dalam gereja, itulah Bait Allah, yang diharapkan oleh Allah, sebagai tempat Diri-Nya hadir di tegah-tengah dunia ini, sebagai lanjutan dari Baith Allah umat Israel dulu, karena umat Kristenlah sebagai Israel yang baru.. (Pdt Mangontang SM Panjaitan, MTh, pensiunan pendeta HKBP).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar