Selasa, 02 November 2021

MENGAPA SAMPAI SEKARANG UMAT YAHUDI TIDAK MEMPUNYAI BAIT ALLAH?

MENGAPA  SAMPAI SEKARANG UMAT YAHUDI TIDAK MEMPUNYAI BAIT  ALLAH?

 

Sering orang bertanya termasuk umat Kristen, mengapa sampai sekarang Umat Yahudi tidak mempunyai Baith Allah lagi di Yerusalem? Hal itu bisa kita pahami jika kita menelusuri perjalanan sejarah Baith Suci itu sendiri  dari awalnya sampai zaman Yesus.

Setelah umat Israel menjadi satu kerajaan di Tanah Kanaan yang dipimpin oleh seorang raja, mereka juga telah mempunyai Bait Allah yakni tempat mereka untuk menyembah Allah Jahwe melalui kurban-kurban persembahan mereka. Bait Allah sebagai bangunan permanen pertama sekali  dibangunan oleh Raja Salomo , yakni raja Israel yang ketiga, di kota Yerusalem, yang telah dijadikan David sebagai pusat kerajaan Israel. Sebelumnya ayahnyalah, yakni Raja David, yang berencana untuk membangun Bait Allah bagi umat Israel ( 2 Sam. 7: 1-3), tetapi Allah tidak mengizinkannya, walaupun bahan keperluan untuk itu sudah disediakan. Allah mengatakan bahw Daud tidak layak untuk membangun rumah untuk Dia karena tangannya telah banyak berlumuran dengan darah ( 1 Tawarikh 22: 6-8).  Anaknya sendirilah, yakni Salomo yang diizinkan Allah untuk membangunan Bait Allah itu (1 Raja 6{ 1-28; 1 Raja 8: 18-20) . Ini menunjukkan tidak semua orang bisa membangun Bait Allah, walaupun kemauan dan kemampuan untuk itu ada padanya.

Umat Israel sangat berbesar hati dengan adanya Bait Allah yang dibangun Raja Salomo itu, karena Rumah Allah yang Suci itu, dipercayai oleh mereka sebagai tempat kediaman Allah di tengah-tengah mereka. Selama Bait Allah itu ada, mereka percaya Tuhan Allah tidak akan meninggalkan mereka. Bagi mereka Bait Allah itu sebagai jaminan kehadiran Allah untuk melindungi mereka terhadap musuh-musuh mereka. Tetapi di hari kemudian mereka salah memahami dan mempergunakan Bait Allah itu, karena mereka telah mengkultuskan Bait Allah itu sedemikian rupa , sehingga mereka lebih mempercayai kekuatan Bait Allah itu sendiri dari pada kekuasaan Allah. Artinya mereka lebih percaya berlindung ke Bait Allah itu dari pada berlindung  kepada Allah. Mereka patuh untuk menjalankan ritus-ritus keagamaan mereka di Bait Allah, tetapi mengabaikan hukum-hukum atau perintah Allah dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hubungan kepada sesama manusia. Ini terlihat dari seringnya umat itu ditegur oleh para nabi, karena umat itu lebih mementingkan pemberian kurban kepada Allah di Bait Allah,  tetapi mengabaikan kasih setia kepada sesama manusia. Terhadap sesama manusia mereka sering berbuat tindak kekerasan, penindasan  dan ketidak adilan. ( Hosea 6: 6; Amsal 21: 3).

Tetapi walaupun para nabi sering menegur mereka dengan perbuatan-perbutan mereka yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka tidak mau bertobat, sehingga mereka dihukum oleh Allah dengan membiarkan bangsa-bangsa lain untuk menguasai dan menghancurkan mereka. Tahun 722, kerajaan Isreal bagian Utara yang terdiri dari sepuluh marga, dihancurkan oleh kerajaan Syria, sehingga umat itu menjadi terbuang,  berserak ke mana-mana dan hilang. Lalu kerajaan Israel yang dua marga lagi  ( Juda dan Benjamin), yang kemudian bernama kerajaan Yehuda,  terbuang ke Babilonia mulai tahun 587 seb. M. Pada waktu itu Bait Allah dan kota Yerusalem yang mereka banggakan itu dihancurkan, sehingga mereka tidak mempunyai Bait Allah lagi sebagai tempat penyembahan mereka kepada Allah. 

Setelah kerajaan Babilonia dikalahkan oleh kerajaan Persia tahun 539 seb.M, maka Kores, raja dari kerajaan Persia itu membebaskan mereka dari pembuangan Babel, dan menyuruh mereka pulang untuk membangun kembali Bait Allah mereka di Yerusalem yang telah hancur itu. Mereka yang pulang itu membangun kembali Bait Allah di Yerusalem yang  selesai tahun 515 seb.M. Itulah pembangunan Bait Allah yang ke dua bagi mereka setelah pembangunan yang pertama yang dilakukan ole Salomo. Tetapi walaupun mereka kembali ke negeri asal mereka di Tanah Yehuda, keberadaan mereka sendiri tetap di dalam kekuasaan kerajaan Persia. Karena mereka tidak lagi menjadi satu kerajaan yang berdaulat, maka setelah pembuangan itu mereka menjadikan umat Yehuda bukan lagi menjadi satu kerajaan yang berdiri sendiri, tetapi menjadi sebuah organisasi keagamaan yakni Agama Yahudi. Bait Allah di Yerusalem di jadikan sebagai pusat keagamaan mereka. Agama Yahudi itulah yang mereka harapkan bisa mempersatukan seluruh umat Yahudi yang sudah berserak di berbagai  tempat di dunia ini. Dalam Agama itu Hukum Taurat yang diterima oleh nenek moyang mereka melalui Musa dihidupkan dan dijalankan dengan ketat. Sejalan dengan Hukum itu, maka setiap Hari Raya Besar mereka, yakni pada hari Raya Roti Tak Beragi  (Paskah),   Hari Raya Tujuh Minggu ( Pentakosta), dan Hari Raya Pondok Daun, seluruh kaum laki-laki yang sudah dewasa dari umat itu diwajibkan datang ke Bait Allah untuk menghadap Tuhan tidak dengan tangan hampa, tetapi harus membawa persembahan sesuai dengan berkat yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan Allah  (Ulangan 16: 16). Dengan persembahan itulah mereka membiayai keperluan mereka dalam menjalankan persekutuan keagamaan mereka, termasuk memelihara Bait Allah itu sendiri.

Sejak pembuangan Babel, kerajaan dunia  telah berganti-ganti menguasai tanah Yehuda atau Yerusalem mulai dari kerajaan Babilonia, Kerajaan Persia, kemudian Yunani, dan terakhir adalah kekaisaran Romawi yang mulai mengusai negeri itu tahun 63 seb. M. Kekaisaran Romawi mengangkat raja-raja yang memerintah di negeri Judea itu. Ketika Raja Herodes yang diangkat oleh kekaisaran Romawi memerintah negeri Yudea, dia merenovasi Bait Allah di Yerusalem, karena kekaisaran Romawi memberi kebebasan kepada umat Yahudi untuk menjalankan agama mereka. Bait Allah itu setelah direnovasi menjadi lebih indah dan megah dari yang sebelumnya. Tetapi ketika Yesus pernah memasuki Bait Allah itu dalam kunjungan pelayanan-Nya ke Yerusalem, Dia sangat marah sekali, karena Bait Allah itu telah dicemarkan oleh orang-orang Yahudi itu sendiri dan dijadikan oleh  para imam di Bait Allah itu sebagai sarang penyamun.  Mengenai hal ini Kitab Injil berkata: “Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual-beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dan berkata kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." ( Mat. 21: 12-13). Itulah salah satu penyebab mengapa orang-orang Yahudi pada waktu itu semakin  membenci Yesus dan berusaha membunuh Yesus.

Karena orang-orang Yahudi tidak menerima Yesus sebagai Mesias, yang pada akhirnya membunuh Yesus di kayu salib, maka Allah menghukum mereka dengan membiarkan tentera Romawi di bawah pimpinan Jenderal Titus  menghancurkan Yerusalem dan Bait Allah itu tahun 70 M (kira-kira 40 tahun setelah kematian Yesus), ketika pada waktu itu umat Yahudi mencoba melancarkan pemberontakan kepada pemerintah Romawi. Bait Allah itu menjadi hancur-lebur. Tetapi kejadian itu telah dinubuatkan oleh Yesus sebelum kematian-Nya, ketika menangisi kota Yerusalem dan Bait Allah itu seperti diberitakan dalam Kitab Injil  Lukas 21: 5-6 dan ay. 20-22 : “Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: "Apa yang kamu lihat di situ,  akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." ... "Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis."

            Sejak peristiwa itulah orang-orang Yahudi berserak dari tanah Yudea dan dari  seluruh wilayah Palestina ke berbagai penjuru dunia. Ada yang berserak ke Afrika, ke Mesir,  ke Mesopotamia dan ke Eropa. Dari Eropa kemudian berserak ke Amerika.  Sejak kejadian tahun 70 M itu, tidak ada lagi Baith Allah di Yerusalem untuk umat Yahudi sampai sekarang. Di tempat Baith  Allah umat Yahudi yang sudah hancur itu telah dibangun mesjid yang diberi nama Mesjid Al-Aqsha, oleh orang-orang Islam setelah negeri itu telah dikuasai oleh Islam mulai pada abad 8 M yang lalu.

 Kita tidak tahu bagaimana selanjutnya, tetapi kita tahu kedudukan Umat Israel lama yang  pada awalnya diharapkan oleh Allah sebagai kerajaan imam dan bangsa yang kudus ( Kel. 19: 6) untuk menjalankan rencana keselamatan Allah atas bangsa-bangsa di dunia, sudah berakhir dan telah digantikan oleh Umat Kristen sebagai umat Allah  yang percaya kepada Yesus Kristus, karena Umat Yahudi tidak menjalankan rencana Allah itu, bahkan mereka sendirilah yang membunuh Yesus, Juru Selamat manusia, yang diutus oleh Allah di dunia ini, sesuai dengan   janji Allah melalui umat Israel untuk keselamatan seluruh umat manusia. Orang-orang  yang  percaya kepada Yesus Kristus telah dipersekutukan oleh Roh Kudus menjadi satu  persekutuan yang disebut gereja. Gerejalah yang kemudian ditugaskan oleh Allah untuk menjalankan missi penyelamatannya atas bangasa-bangsa di dunia ini, seperti dikatakan oleh rasul Petrus: “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan “(1 Petrus 2: 9-10). 

Dengan demikian kita harus meyakini, bahwa diri orang-orang percaya, serta persekutuannya sebagai orang-orang percaya dalam gereja, itulah Bait Allah, yang diharapkan oleh Allah, sebagai tempat Diri-Nya hadir di tegah-tengah dunia ini, sebagai lanjutan dari Baith Allah umat Israel  dulu, karena umat Kristenlah sebagai Israel yang baru.. (Pdt Mangontang SM Panjaitan, MTh, pensiunan pendeta HKBP). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar