Sabtu, 17 Agustus 2019

MASALAH ISRAEL, PALESTINA DAN YERUSALEM

Masalah Israel, Palestina dan Yerusalem
Pdt MSM Panjaitan, MTh
( Pendeta HKBP Emeritus )





Belakangan ini banyak diperbincangkan mengenai masalah Israel dan  Palestina dalam hubungannya dengan Yerusalem, terutama setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan pengakuan atas tindakan Israel memindahkan ibukota negara itu dari Tel Aviv ke kota Yerusalem. Kota Yerusalem selama ini dalam keadaan status quo, kota internasional, yang diatur oleh hukum internasional melalui deklarasi Perserikatan Banagsa-bangsa (PBB). Secara keseluruhan kota itu terbagi dua, yakni Yerusalem Barat yang menjadi bagian dari Israel, dan  Yerusalem Timur bagian dari Palestina. Sedangkan kota tua Yerusalem yang dikelilingi tembok dibagi atas empat wilayah yakni seperempat Yahudi, seperempat Kristen, seperempat Armenia (Kristen Orthodox)  dan seperempat Islam. Gereja-gereja di Yerusalem tidak menghendaki pengakuan dari Donald Trump itu. Banyak juga gereja-gereja di dunia ini seperti gereja-gereja di Indonesia dalam naungan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan gereja-gereja dalam naungan Lutheran World Federation (LWF) yang mengecam sikap Trump itu, karena tindakan itu dilihat tidak sesuai dengan nilai kekristenan yang berdasarkan kasih, perdamaian dan rasa keadilan.  Tetapi ada juga sebagian orang Kristen membela Israel dan bahkan mensyukuri pernyataan Trump tersebut, karena hal itu dilihat sebagai suatu kemenangan untuk mengembalikan status Yerusalem kepada keaadaannya semula. Bahkan yang paling tidak relevan ialah menghubungkan tindakan Presiden AS itu dengan nubuatan nabi Yeremia seperti tertulis dalam Yeremia 29: 10, yang mengatakan: Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini”. Apabila ada orang menghubungkan nubuatan ini dengan tindakan Trump yang melakukan pengembalian ibukota Israel ke Yerusalem setelah tujuh puluh tahun deklarasi negara Israel, itu adalah salah sekali. Pikiran-pikiran seperti ini harus kita waspadai, karena bisa saja ada orang yang sengaja mau berbuat demikian supaya orang-orang Kristen mendukung perbuatan Trump, sehingga menyeret persoalan itu ke persoalan agama, pada hal persoalan itu sama sekali bukan masalah agama, melainkan adalah persoalan politis.  Kalau mau dipahami secara benar, nubuatan itu ditujukan kepada orang Yehuda yang sedang terbuang di Babel, tetapi akan dipulangkan oleh Allah setelah masa tujuh puluh tahun mereka dibuang ke Babel. Nubuatan itu sudah digenapi, di mana pada tahun 536 seb.M, dengan memakai raja Persia (Kores), telah memulangkan orang-orang Yehuda dari Babilonia ke Tanah Yehuda  dan Yerusalem.
Ket Gambar: Kota Yerusalem dipandang dari Bukit Zaitun.



Mungkin orang-orang Kristen yang membela tindakan Donald Trump itu karena masih melihat Israel dan Yerusalem sekarang masih sama dengan Israel dan Yerusalem yang diceritakam  kitab Perjanjian Lama, pada hal kita sudah hidup dalam zaman Perjanjian Baru. Apa yang diberitakan dalam PL, sudah harus kita pandang dari sudut Perjanjian Baru. Dalam Kitab PL memang banyak disebut-sebut nama Isreal dan Yerusalem, di mana dikatakan bahwa Israel sebagai umat atau bangsa Allah, dan Yerusalem sejak raja Daud dijadikan sebagai ibu kota kerajaan itu sekaligus sebagai pusat keagaamaan mereka. Tetapi kalau ditelusuri sejarah Israel dengan seksama, maka akan terlihat bahwa sifat dan keberadaan Israel dan Yerusalem yang sekarang tidak sama lagi dengan Israel dan Yerusalem yang diberitakan dalam kitab Pl. Missi Israel yang lama berbeda dari missi Israel sekarang. Missi Israel sebagai bangsa Allah adalah penyebaran kepercayaan kepada Allah Yahwe sebagai satu-satunya Allah yang harus disembah, sedangkan missi Israel yang sekarang adalah missi yang bersifat politis dan kekuasaan, di mana yang lebih dipentingkan adalah kepentingan politis dan kekuasaan, bukan kepentingan kerajaan Allah. Israel sebagai bangsa Allah, juga harus tunduk kepada Allah, tunduk kepada hukum-hukumnya, yang mengatur semua aspek kehidupan mereka. Hubungan Allah dengan Israel dengan keberadaannya sebagai bangsa Allah diikat oleh suatu perjanjian. Perjanjin itu diikat di gunung Sinai dalam perjalanan mereka keluar dari Tanah Mesir menuju Tanah Kanaan. Dalam Perjanjian itu Allah mengikatkan diri kepada umat Israel dengan mengatakan: “Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi..Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus ( Kel.19: 5-6). Dari sini nampak bahwa dalam perjanjianNya, Allah menjanjikan Israel sebagai kerajaan imam bukan kerajaan politis, dan juga menjadi bangsa yang kudus, yang tidak sama dengan bangsa-bangsa di dunia ini. Bangsa  yang kudus artinya bangsa yang dikhususkan Allah untuk membawa missi Nya di dunia ini, yang untuk itu mereka dibimbing untuk hidup sesuai dengan Firman dan hukum Tuhan. Keberadaan seperti ini yang kemudian diingatkankan oleh rasul Peterus kepada umat Kristen pada mulanya, karena bagi Petrus umat Kristen itulah yang telah menjadi Israel yang baru ganti dari Israel yang lama,  dengan mengatakan: “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib”. ( 1Petrus 2: 9)
Keberadaan Israel sebagai bangsa Allah tentu tidak berlangsung dengan sendirinya sampai selamanya. Itu tidak melekat kepada diri mereka dengan sendirinya.  Itu hanya berlangsung sepanjang mereka mematuhi firman Allah dan taat kepada perjanjian itu. Apabila mereka tidak menaati perjanjian itu, maka mereka akan dihukum oleh Allah. Mereka akan dibuang oleh Allah ke negeri orang, dan akan kehilangan kesempatan untuk hidup di negeri yang dijanjikan itu.  Dari perjanjian Allah dengan Israel nampak bahwa salah satu tugas panggilan umat itu sebagai bangsa Allah, adalah mematuhi Firman Allah, dan memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang besar, supaya dengan demikian bangsa-bangsa lain juga ikut mengenal dan mempercayai Allah  Jahwe sebagai satu-satunya Allah yang harus disembah dan dipatuhi. Tetapi dari perjalanan sejarahnya terlihat, bawa tugas panggilan itu tidak dijalankan oleh bangsa Israel. Mereka gagal sebagai bangsa Allah. Sebagai kerajaan imam, para rajanya yang pada dasarnya harus sejalan dengan para imam dan para nabi yang diutus oleh Allah,  hanya sibuk untuk  menjaga dan mempertahan kekuasaannya.  Kota Yerusalem, yang berarti “kota damai”,  yang dibangun Daud sebagai ibukota kerajaan itu, dan juga pusat keagamaan mereka menjadi kota yang dikultuskan bahkan diilahikan. Bait Allah diberhalakan, di mana bangsa itu tidak lagi bersandar kepada Allah, tetapi bersandar kepada Bait itu sendiri.
Karena ketidak setiaan mereka terhadap perjanjian yang diikat dengan Allah, Israel kemudian menjadi bangsa yang terhukum dan hancur. Itu dimulai dengan perpecahan bangsa itu menjadi dua setelah raja Salomo, yakni kerajaan Israel yang terdiri dari 10 marga ( di bagian Utara) dan kerajaan Yehuda yang terdiri dari dua marga saja ( di bagian Selatan ). Karena di kerajaan Utara para raja sibuk dengan perebutan kekuasaan, dan demi kekuasaan, mereka membawa kepercayaan kepada dewa Baal kepada bangsa itu,   maka kerajaan yang beribukota di Samaria itu, hancur tahun 722 seb.M, karena ditaklukkan bangsa Asyria. Sejak itu keberadaan  kerajaan Israel yang terdiri dari sepuluh marga menjadi hilang, dan sejarahnya tidak bisa ditelusuri lagi sampai sekarang. Ada yang mengatakan, mereka menjadi terbuang dan berserak ke mana-mana ke berbagai belahan  dunia ini, dimana mereka menjadi bercampur baur dengan bangsa atau suku bangsa setempat, baik dalam perkawinan, adat istiadat, budaya bahkan kepercayaan. Identitas mereka sebagai orang Israel tidak ditemukan lagi.
Kerajaan Yehuda yang terdiri dari dua marga yakni Yuda dan Benyamin, di tambah dengan orang-orang Lewi yang khusus melayani di Bait Allah dan berikota di Yeusalem masih bisa bertahan sampai tahun 596 seb.M. Tetapi sejak saat itu, kerajaan tersebut harus dikuasai oleh bangsa-bangsa lain secara bergantian mulai dari Babilonia, Persia, Yunani dan Roma. Pada tahun 586 seb.M kota Yerusalem dan Bait Allah di dalamnya dihancurkan oleh tentera Babilonia, dan orang-orang Yehuda khususnya kaum terpelajar dan orang-orang berpengaruh dibawa ke Babilonia sebagai orang-orang tawanan. Pada masa kekuasaan Persia, yakni tahun 536 seb. M yang dipimpin oleh raja Kores, orang-orang Yehuda yang  sempat terbuang ke Babilonia diberi kebebasan untuk pulang ke tanah Yehuda dan membangun kota dan Bait Allah Yerusalem yang sudah hancur. Selama kurun waktu itu Tanah Yehuda dan kota Yerusalem adalah sebagai daerah jajahan Persia.  Kemudian mulai tahun 333 muncul kerajaan Yunani dari Eropa yang dipimpin oleh Aleksander Agung menguasai negeri itu. Lalu tahun 166 seb. M kerajaan  Yunani menjadi keraaan yang lemah. Pada saat itulah Judaisme yang berobah menjadi sebuah oraganisasi keagamaan Yahudi  mencoba melakukan  suatu gerakan untuk membebaskan  negeri mereka dari kuasa negara asing. Gerakan itu dipimpin oleh kaum Makkabeus. Tetapi gerakan ini tidak bisa berlangsung terus, karena munculnya kekuasaan baru dari Eropa yakni kekaisaran Romawi yang menguasai  seluruh wilayah Israel lama termasuk Yehuda dan Yerusalem mulai tahun 63 seb.M. Romawi menyebut nama negeri itu Palestina. Nama itu berasal dari kata “Filistine”, yakni nama suku bangsa yang berdiam di bagian Selatan Tanah Kanaan ( Gaza, Asdod), yang merupakan musuh utama Israel ketika memasuki Tanah Kanaan. Sejak itu sampai sampai tahun 614 M, Yerusalem dan daerah-daerah lain di Palestina, serta Asia Barat menjadi bagian dari daerah kekuasaan Romawi dan Byzantium (Romawi Timur). Mereka menjadi warga kekaisaran Romawi yang harus tunduk kepada hukum Romawi, walaupun agama mereka yakni Yahudi diakui oleh Romawi.
Ketika kerajaan Israel dan Yehuda jatuh kepada keduniawian yang menimbulkan timbulnya berbagai masalah dan krisis dalam kehidupan bangsa itu, Allah sudah mengutus nabi-nabi untuk mengingatkan mereka dan mengajak mereka untuk bertobat. Tetapi mereka selalu mengabaikan seruan pertobatan itu. Mereka tetap menuruti kehendak mereka sendiri dan melawan Allah. Karena itulah berbagai hukuman dikenakan Allah kepada mereka, dan para  nabi diutus untuk menubuatkan  kelahiran raja bagi mereka dan bagi dunia ini, yakni Raja yang diurapi Allah ( Mesias ), yang kekuasaanNya kekal, penuh hikmat, yang mendasarkan kekuasaannya dengan keadilan dan kebenaran ( Yesaya 11: 1 dst). Raja itulah yang akan membawa damai bagi dunia ini. Nubuatan itu digenapkan dalam diri Yesus Kristus, yang lahir di Betlehem. Tetapi orang-orang Yahudi tidak mempercayai Yesus itu Mesias, karena Yesus di mata mereka terlalu lemah, tidak mampu membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi yang menguasai mereka pada waktu itu. Yesus tidak sesuai dengan harapan mereka sebagai Mesias, yang dijanjikan oleh para nabi.  Akhirnya Yesus yang menyatakan dirinya sebagi Mesias atau Kristus dan sebagai Anak Allah didakwa mereka telah menghujat Allah dan menistakan agama mereka. Mahkamah tertertinggi agama mereka menjatuhi Dia hukuman mati. Lalu mereka menyerahkannya kepada penguasa Romawi setempat yakni Pilatus untuk disalibkan.
Karena mereka tidak menerima Yesus sebagai Mesias, maka Allah menghukum mereka dengan membiarkan tentera Romawi yang dipimpin oleh Jenderal Titus tahun 70 M menghancurkan  Yerusalem dan menghalau orang-orang Yahudi dari negeri itu. Bait Suci yang pernah direnovasi raja Herodes dihancurkan, yang tesisa hanya tembok barat, yang sekarang ini disebut Tembok Ratapan. Kejadian ini sudah dinubuatkan dan diratapi oleh Yesus, sebelum kematianNya ( Lukas. 21: 5-6 dan ay. 20-24).  Lalu mereka terpencar-pencar ke berbagai negara di dunia ini, terutama ke Eropa dan kemudian ke Amerika. Pada mulanya bukan hanya orang-orang Yahudi yang mengalami penderitaan oleh penguasa Romawi, tetapi juga orang-orang Kristen. Orang-orang Kristen di Palestina juga ikut berserak karenanya. Agama Kristen juga menjadi Agama yang dihambat,  dan mengalami penindasan. Tetapi tahun 313, kaisar Romawi,  Gregorius Agung memberi pengakuan atas agama Kristen di kekaisaran itu, dan segera setelah itu ibu dari kaisar, yakni Helena yang sudah menjadi Kristen membangun gereja Makam Yesus di Yerusalem ketika dia berziarah ke sana.
Ket Gambar: Tembok Ratapan Yahudi di Yerusalem             






Sampai tahun 614 M, negeri itu masih dikuasai oleh Romawi dan Byzantium ( Romawi Timur).  Lalu tahun 614 direbut oleh kerajaan Persia, di mana terjadi penghancuran secara habis-habisan.  Tetapi tahun 627, direbut kembali oleh Byzantium. Namun tahun 637 seluruh daerah Palestina sudah ditaklukkan oleh tentera Arab, yang sudah Islam. Tetapi tentera Salib melalui Perang Salib dari Eropa Barat menaklukkannya  tahun 1099, namun tahun 1190, ditaklukkan  oleh Sultan Salahudin dari Mesir. Kemudian dari tahun 1517 sampai tahun 1917, negeri itu dijajah oleh kerajaan Turki ( Ottoman). Mulai tahun 1917, setelah Perang Dunia pertama, Liga Bangsa-bangsa memberi mandat kepada Inggris atas Tanah Palestina. Negeri itu juga diberi nama Palestina, seperti sudah dipakai pada zaman Romawi.  Tetapi tahun 1947 kerajaan Inggris melepaskan mandat itu yang membuat peluang terbentuknya dua negara di Palestina yakni Israel dan Palestina. Peluang itu segera dipakai oleh gerakan Zionisme yang sudah terbentuk sejak tahun 1896 untuk  medeklarisasikan berdirinya negara Israel pada 14 Mei 1948. Dengan deklarasi itu berdatanganlah orang Yahudi dari diaspora ke Palestina. Mereka yang datang dari mana-mana, itulah yang menjadi penduduk dari negara Israel yang baru.Tindakan ini segera diikuti peperangan dengan negara-negara Arab di sekitarnya, yakni Mesir, Syria, Yordania, Irak, Libanon. yang menolak rencana pembagian ini. Israel kemudian memenangkan peperangan ini dan mengukuhkan kemerdekaannya. Akibat dari perang itu Israel juga berhasil memperluas batas wilayah yang ditentukan oleh rencana pembagian. Sejak saat itu Israel terus menerus berseteru dengan negara-negara Arab tetangga, yang menyebabkan peperangan  dan kekerasan yang berlanjut sampai saat ini. Dalam peperangan itu banyak orang-orang Palestina yang tertindas dan mengalami tindak kekerasan yang membuat mereka banyak yang harus mengungsi ke daerah lain. Di dalamnya bukan hanya orang-orang yang beragama Islam tetapi juga banyak yang beragama Kristen.

Ket Gambar: Peta Israel dan Palestina   





Dari uraian di atas bisa kita simpulkan bahwa persoalan yang terjadi di Yerusalem antara Israel dan Palestina bukanlah persoalan agama, itu hanya semata persoalan politis, yakni persoalan yang lebih mengutamakan kepentingan kekuasaan dan kepentingan ekonomi. Dalam persoalan itu kita orang-orang Kristen janganlah terpancing secara emosional untuk membela Israel karena ada hubungan  historis antara Israel dengan Kristen. Sebaliknya janganlah membanggakan tindakan Israel dan Trump yang memindahkan ibukota Israel ke Yerusalem, sepanjang tindakan itu tidak dilaksanakan secara damai. Sifat dan keberadaan Israel yang lama sebagaimana diharapkan oleh Allah dalam PL, sudah berbeda dengan sifat dan keberadaan Israel yang sekarang. Sifat dan keberadaan Israel yang lama itu seharusnya adalah kerajaan imam dan bangsa Israel adalah bangsa yang kudus yang diikat dengan perjanjiaan Allah. Status mereka sebagai bangsa Allah bukanlah milik yang permanen dan kepemilikan mereka atas Tanah Kanaan sebagai mana dijanjikan oleh Allah tidaklah untuk selamanya. Itu hanya berlangsung selama bangsa itu setia kepada Allah, mematuhi firmannya dan taat kepada perjanjiannya. Kalau mereka tidak mematuhi firman Allah dan tidak setia kepada perjanjian itu, mereka bisa kehilangan status mereka sebagai bangsa Allah dan kehilangan tanah yan dijanjikan. Bangsa Israel sering tidak patuh kepada firman dan hukum Tuhan, dan tidak setia kepada perjanjiannya. Itulah sebabnya bangsa itu sering dikuasai oleh bangsa asing dan negerinya jatuh ke tangan orang asing.  Puncak penolakan Yahudi akan Allah adalah penolakannya akan Yesus sebagai Mesias dan Juru Selamat Yang dijanjikan Allah. Dalam penolakan itu mereka menyalibkan Yesus. Tetapi dengan perbuatan orang-orang  Yahudi itu, Yesus telah menjadi kurban perjanjian Allah yang baru. Dalam diri Yesus, Perjanjian yang lama telah diperbaharui oleh Allah. Perjanjian yang baru itu bukan lagi berlaku hanya untuk bangsa Israel, tetapi untuk semua orang yang percaya kepada Yesus. Seluruh yang dinubuatkan dalam PL untuk penyelamatan manusia telah digenapkan dalam diri Yesus Kristus. Nama Israel yang berarti “berjuang bersama Allah atau pejuang Allah” tidak lagi dikenakan kepada keturunan Yakub, tetapi telah dikenakan kepada seluruh orang yang peraya dan yang menerima Yesus Kristus sebagai Raja dan Juru Selamatnya. Status sebagai bangsa atau umat Allah, bukan lagi hanya dikenakan untuk Israel yang lama, tetapi untuk semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus, yakni gereja. Gerejalah Israel yang baru. Gerejalah kerajaan imam, dan orang-orang-orang yang percaya kepada Yesuslah bangsa yang kudus itu, sebagaimana dulu diharapkan oleh Allah dari diri orang-orang Israel. Yerusalem yang diidam-idamkan oleh orang-orang percaya bukan lagi Yerusalem yang terletak di Palestina, tetapi Yerusalem yang baru, di sorga. Orang-orang yang mampu dan berminat bisa saja pergi  beriarah ke Yerusalem dan sekitarnya, menapaki peristiwa-perisrtiwa yang bermakna historis, yang bisa membantu untuk memahami perbuatan Allah kepada umat Israel pada zaman dahulu kala, juga pada zaman Yesus dan sesudahnya.Tetapi janganlah mengkultuskan tempat itu, seolah-olah tempat itu dianggap lebih istimewa dari tempat yang lain. Marilah kita doakan kota itu tetap sebagai kota damai, dan penghuninya tetap hidup dalam kedamaian, walaupun berbeda-beda agama.

Bekasi, 18 Desember 2017
Selamat Advent dan Selamat Hari Natal
                                   


( Pdt MSM Panjaitan MTh )



Tidak ada komentar:

Posting Komentar