MASALAH ISRAEL, PALESTINA DAN YERUSALEM
Masalah
Israel, Palestina dan Yerusalem
Pdt MSM Panjaitan,
MTh
( Pendeta HKBP
Emeritus )
Belakangan ini
banyak diperbincangkan mengenai masalah
Israel dan Palestina dalam hubungannya dengan Yerusalem, terutama setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan pengakuan
atas tindakan Israel memindahkan ibukota negara itu dari Tel Aviv ke kota Yerusalem. Kota
Yerusalem selama ini dalam keadaan status quo, kota
internasional, yang diatur oleh hukum internasional melalui deklarasi
Perserikatan Banagsa-bangsa (PBB). Secara keseluruhan kota itu terbagi dua,
yakni Yerusalem Barat yang menjadi bagian dari Israel, dan Yerusalem Timur bagian dari Palestina.
Sedangkan kota tua Yerusalem yang dikelilingi tembok dibagi
atas empat wilayah yakni seperempat Yahudi, seperempat Kristen, seperempat
Armenia (Kristen Orthodox) dan seperempat Islam.
Gereja-gereja di Yerusalem tidak menghendaki pengakuan dari Donald Trump itu.
Banyak juga gereja-gereja di dunia ini seperti gereja-gereja di Indonesia dalam
naungan Persekutuan Gereja-gereja di
Indonesia (PGI) dan gereja-gereja dalam naungan Lutheran World Federation (LWF) yang mengecam sikap Trump itu, karena tindakan itu dilihat tidak sesuai
dengan nilai kekristenan yang
berdasarkan kasih, perdamaian dan rasa keadilan. Tetapi ada juga sebagian
orang Kristen membela Israel dan bahkan mensyukuri pernyataan Trump tersebut, karena hal itu dilihat sebagai suatu kemenangan
untuk mengembalikan status Yerusalem kepada keaadaannya semula. Bahkan yang
paling tidak relevan ialah menghubungkan tindakan Presiden AS itu dengan
nubuatan nabi Yeremia seperti tertulis dalam Yeremia 29: 10, yang mengatakan: “Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap
tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati
janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini”. Apabila ada
orang menghubungkan nubuatan ini dengan tindakan Trump yang melakukan
pengembalian ibukota Israel ke Yerusalem setelah tujuh puluh tahun deklarasi
negara Israel, itu adalah salah sekali. Pikiran-pikiran seperti ini harus kita
waspadai, karena bisa saja ada orang yang sengaja mau berbuat demikian supaya
orang-orang Kristen mendukung perbuatan Trump, sehingga menyeret persoalan itu
ke persoalan agama, pada hal persoalan itu sama sekali bukan masalah agama,
melainkan adalah persoalan politis. Kalau mau
dipahami secara benar, nubuatan itu ditujukan kepada orang Yehuda yang sedang
terbuang di Babel, tetapi akan dipulangkan oleh Allah setelah masa tujuh puluh
tahun mereka dibuang ke Babel. Nubuatan itu sudah digenapi, di mana pada tahun
536 seb.M, dengan memakai raja Persia (Kores), telah memulangkan orang-orang
Yehuda dari Babilonia ke Tanah Yehuda
dan Yerusalem.
Ket Gambar: Kota Yerusalem dipandang dari Bukit Zaitun.

Mungkin
orang-orang Kristen yang membela tindakan
Donald Trump itu karena masih melihat Israel dan
Yerusalem sekarang masih sama dengan
Israel dan Yerusalem yang diceritakam kitab Perjanjian Lama, pada hal kita sudah
hidup dalam zaman Perjanjian Baru. Apa yang diberitakan dalam PL, sudah harus kita
pandang dari sudut Perjanjian Baru. Dalam Kitab PL memang banyak disebut-sebut
nama Isreal dan Yerusalem, di mana dikatakan bahwa Israel sebagai umat atau
bangsa Allah, dan Yerusalem sejak raja Daud dijadikan sebagai ibu kota kerajaan
itu sekaligus sebagai pusat keagaamaan mereka. Tetapi kalau ditelusuri sejarah Israel dengan seksama, maka akan
terlihat bahwa
sifat dan keberadaan Israel dan Yerusalem yang sekarang tidak sama lagi dengan
Israel dan Yerusalem yang diberitakan dalam kitab Pl. Missi Israel yang lama
berbeda dari missi Israel sekarang. Missi
Israel sebagai bangsa Allah adalah penyebaran kepercayaan kepada Allah Yahwe
sebagai satu-satunya Allah yang harus disembah, sedangkan missi Israel yang
sekarang adalah missi yang bersifat politis dan kekuasaan, di mana yang lebih
dipentingkan adalah kepentingan politis dan kekuasaan, bukan kepentingan
kerajaan Allah. Israel sebagai bangsa Allah, juga harus tunduk kepada Allah,
tunduk kepada hukum-hukumnya, yang mengatur semua aspek kehidupan mereka.
Hubungan Allah dengan Israel dengan
keberadaannya sebagai bangsa Allah diikat oleh suatu perjanjian. Perjanjin itu
diikat di gunung Sinai dalam perjalanan mereka keluar dari Tanah Mesir menuju
Tanah Kanaan. Dalam Perjanjian itu Allah mengikatkan diri kepada umat Israel
dengan mengatakan: “Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh
mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi
harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang
empunya seluruh bumi..Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus” ( Kel.19: 5-6). Dari sini nampak bahwa dalam perjanjianNya, Allah
menjanjikan Israel sebagai kerajaan imam
bukan kerajaan politis, dan juga menjadi bangsa yang kudus, yang tidak sama
dengan bangsa-bangsa di dunia ini. Bangsa
yang kudus artinya bangsa yang dikhususkan Allah untuk membawa missi Nya
di dunia ini, yang untuk itu mereka dibimbing untuk hidup sesuai dengan Firman
dan hukum Tuhan. Keberadaan seperti ini yang kemudian diingatkankan oleh rasul
Peterus kepada umat Kristen pada mulanya, karena bagi Petrus umat Kristen itulah yang telah menjadi
Israel yang baru ganti dari Israel yang lama, dengan mengatakan: “Tetapi kamulah bangsa
yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah
sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang
telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib”. (
1Petrus 2: 9)
Keberadaan Israel sebagai bangsa Allah tentu tidak berlangsung dengan sendirinya
sampai selamanya. Itu tidak melekat kepada diri mereka dengan sendirinya. Itu hanya berlangsung sepanjang mereka
mematuhi firman Allah dan taat kepada perjanjian itu. Apabila mereka tidak
menaati perjanjian itu, maka mereka akan dihukum oleh Allah. Mereka akan
dibuang oleh Allah ke negeri orang, dan akan kehilangan kesempatan untuk hidup
di negeri yang dijanjikan itu. Dari
perjanjian Allah dengan Israel nampak bahwa salah satu tugas panggilan umat itu
sebagai bangsa Allah, adalah mematuhi Firman Allah, dan memberitakan
perbuatan-perbuatan Allah yang besar, supaya dengan demikian bangsa-bangsa lain
juga ikut mengenal dan mempercayai Allah
Jahwe sebagai satu-satunya Allah yang harus disembah dan dipatuhi. Tetapi dari perjalanan
sejarahnya terlihat, bawa tugas panggilan itu tidak
dijalankan oleh bangsa Israel. Mereka gagal sebagai bangsa Allah. Sebagai kerajaan imam, para
rajanya yang pada dasarnya harus
sejalan dengan para imam dan para nabi yang diutus oleh Allah, hanya sibuk untuk menjaga dan
mempertahan kekuasaannya. Kota Yerusalem, yang berarti “kota damai”, yang dibangun Daud sebagai
ibukota kerajaan itu, dan juga pusat keagamaan mereka menjadi kota yang
dikultuskan bahkan diilahikan. Bait
Allah diberhalakan, di mana bangsa itu tidak lagi bersandar kepada Allah,
tetapi bersandar kepada Bait itu sendiri.
Karena ketidak setiaan mereka terhadap perjanjian yang diikat dengan Allah,
Israel kemudian menjadi bangsa yang terhukum dan
hancur. Itu dimulai dengan perpecahan bangsa itu menjadi dua setelah raja Salomo, yakni kerajaan
Israel yang terdiri dari 10 marga (
di bagian Utara) dan kerajaan Yehuda yang terdiri dari
dua marga saja ( di bagian Selatan ). Karena di kerajaan Utara
para raja sibuk dengan perebutan kekuasaan, dan demi kekuasaan, mereka membawa
kepercayaan kepada dewa Baal kepada bangsa itu, maka kerajaan yang
beribukota di Samaria itu, hancur tahun 722 seb.M, karena ditaklukkan bangsa Asyria. Sejak itu keberadaan kerajaan Israel yang terdiri dari sepuluh
marga menjadi hilang, dan sejarahnya tidak bisa ditelusuri lagi sampai
sekarang. Ada yang mengatakan, mereka menjadi terbuang dan berserak ke
mana-mana ke berbagai belahan dunia ini,
dimana mereka menjadi bercampur baur dengan bangsa atau suku bangsa setempat,
baik dalam perkawinan, adat istiadat, budaya bahkan kepercayaan. Identitas
mereka sebagai orang Israel tidak ditemukan lagi.
Kerajaan Yehuda
yang terdiri dari dua marga yakni
Yuda dan Benyamin, di tambah dengan orang-orang Lewi yang khusus melayani di
Bait Allah dan berikota di Yeusalem masih bisa bertahan
sampai tahun 596 seb.M. Tetapi sejak saat itu, kerajaan tersebut harus dikuasai oleh bangsa-bangsa lain secara bergantian
mulai dari Babilonia, Persia, Yunani dan Roma. Pada tahun 586 seb.M kota Yerusalem dan Bait Allah di dalamnya dihancurkan
oleh tentera Babilonia, dan orang-orang Yehuda khususnya kaum terpelajar dan
orang-orang berpengaruh dibawa ke Babilonia sebagai orang-orang tawanan. Pada masa kekuasaan Persia, yakni tahun 536 seb. M yang dipimpin oleh raja
Kores, orang-orang Yehuda yang sempat
terbuang ke
Babilonia diberi kebebasan untuk pulang ke tanah Yehuda dan membangun kota dan
Bait Allah Yerusalem yang sudah hancur. Selama kurun waktu itu Tanah Yehuda dan kota Yerusalem adalah sebagai
daerah jajahan Persia. Kemudian mulai tahun 333 muncul kerajaan Yunani
dari Eropa yang dipimpin oleh Aleksander Agung menguasai negeri itu. Lalu tahun
166 seb. M kerajaan Yunani menjadi
keraaan yang lemah. Pada saat itulah Judaisme yang berobah menjadi sebuah
oraganisasi keagamaan Yahudi mencoba
melakukan suatu gerakan untuk
membebaskan negeri mereka dari kuasa
negara asing. Gerakan itu dipimpin oleh kaum Makkabeus. Tetapi gerakan ini
tidak bisa berlangsung terus, karena munculnya kekuasaan baru dari Eropa yakni
kekaisaran Romawi yang menguasai seluruh
wilayah Israel lama termasuk Yehuda dan Yerusalem mulai tahun 63 seb.M. Romawi
menyebut nama negeri itu Palestina. Nama itu berasal dari kata “Filistine”,
yakni nama suku bangsa yang berdiam di bagian Selatan Tanah Kanaan ( Gaza,
Asdod), yang merupakan musuh utama Israel ketika memasuki Tanah Kanaan. Sejak
itu sampai sampai tahun 614 M, Yerusalem dan daerah-daerah lain di Palestina,
serta Asia Barat menjadi bagian dari daerah kekuasaan Romawi dan Byzantium
(Romawi Timur). Mereka menjadi warga
kekaisaran Romawi yang harus tunduk kepada hukum Romawi, walaupun agama mereka
yakni Yahudi diakui oleh Romawi.
Ketika kerajaan Israel dan Yehuda jatuh kepada keduniawian yang menimbulkan
timbulnya berbagai masalah dan krisis dalam kehidupan bangsa itu, Allah sudah
mengutus nabi-nabi untuk mengingatkan mereka dan mengajak mereka untuk
bertobat. Tetapi mereka selalu mengabaikan seruan pertobatan itu. Mereka tetap
menuruti kehendak mereka sendiri dan melawan Allah. Karena itulah berbagai
hukuman dikenakan Allah kepada mereka, dan para
nabi diutus untuk menubuatkan
kelahiran raja bagi mereka dan bagi dunia ini, yakni Raja yang diurapi
Allah ( Mesias ), yang kekuasaanNya kekal, penuh hikmat, yang mendasarkan
kekuasaannya dengan keadilan dan kebenaran ( Yesaya 11: 1 dst). Raja itulah yang akan membawa damai bagi dunia ini. Nubuatan itu digenapkan dalam diri
Yesus Kristus, yang lahir di Betlehem. Tetapi orang-orang Yahudi tidak mempercayai Yesus
itu Mesias, karena Yesus di mata mereka terlalu lemah, tidak mampu membebaskan
mereka dari kekuasaan Romawi yang menguasai mereka pada waktu itu. Yesus tidak sesuai dengan harapan mereka sebagai
Mesias, yang dijanjikan oleh para nabi. Akhirnya Yesus yang menyatakan dirinya sebagi Mesias atau Kristus dan sebagai Anak Allah didakwa
mereka telah menghujat Allah dan menistakan agama mereka. Mahkamah tertertinggi agama mereka menjatuhi Dia
hukuman mati. Lalu mereka menyerahkannya kepada penguasa Romawi
setempat yakni Pilatus untuk disalibkan.
Karena mereka
tidak menerima Yesus sebagai Mesias, maka Allah menghukum mereka dengan
membiarkan tentera Romawi yang dipimpin oleh Jenderal Titus tahun 70 M
menghancurkan Yerusalem dan menghalau
orang-orang Yahudi dari negeri itu. Bait
Suci yang pernah direnovasi raja Herodes dihancurkan, yang tesisa hanya tembok
barat, yang sekarang ini disebut Tembok Ratapan. Kejadian ini sudah dinubuatkan
dan diratapi oleh Yesus, sebelum kematianNya ( Lukas. 21: 5-6 dan ay.
20-24). Lalu
mereka terpencar-pencar ke berbagai negara di dunia ini, terutama ke Eropa dan
kemudian ke Amerika. Pada mulanya
bukan hanya orang-orang Yahudi yang mengalami penderitaan oleh penguasa Romawi,
tetapi juga orang-orang Kristen. Orang-orang Kristen di Palestina juga ikut
berserak karenanya. Agama Kristen juga menjadi Agama yang dihambat, dan mengalami penindasan. Tetapi tahun 313,
kaisar Romawi, Gregorius Agung memberi
pengakuan atas agama Kristen di kekaisaran itu, dan segera setelah itu ibu dari
kaisar, yakni Helena yang sudah menjadi Kristen membangun gereja Makam Yesus di
Yerusalem ketika dia berziarah ke sana.
Ket Gambar: Tembok Ratapan Yahudi
di Yerusalem

Sampai tahun 614 M, negeri itu masih dikuasai oleh Romawi dan Byzantium (
Romawi Timur). Lalu tahun 614 direbut
oleh kerajaan Persia, di mana terjadi penghancuran secara habis-habisan. Tetapi tahun 627, direbut kembali oleh
Byzantium. Namun tahun 637 seluruh daerah Palestina sudah ditaklukkan oleh
tentera Arab, yang sudah Islam. Tetapi tentera Salib melalui Perang Salib dari
Eropa Barat menaklukkannya tahun 1099,
namun tahun 1190, ditaklukkan oleh
Sultan Salahudin dari Mesir. Kemudian dari tahun 1517 sampai tahun 1917, negeri
itu dijajah oleh kerajaan Turki ( Ottoman). Mulai tahun 1917, setelah Perang
Dunia pertama, Liga Bangsa-bangsa memberi mandat kepada Inggris atas Tanah
Palestina. Negeri itu juga diberi nama Palestina, seperti sudah dipakai pada
zaman Romawi. Tetapi tahun 1947 kerajaan
Inggris melepaskan mandat itu yang membuat peluang terbentuknya dua negara di
Palestina yakni Israel dan Palestina. Peluang itu segera dipakai oleh gerakan
Zionisme yang sudah terbentuk sejak tahun 1896 untuk medeklarisasikan berdirinya negara Israel
pada 14 Mei 1948. Dengan deklarasi itu berdatanganlah orang Yahudi dari
diaspora ke Palestina. Mereka yang datang dari mana-mana, itulah yang menjadi
penduduk dari negara Israel yang baru.Tindakan ini segera diikuti peperangan
dengan negara-negara Arab di sekitarnya, yakni Mesir, Syria, Yordania, Irak,
Libanon. yang menolak rencana pembagian ini. Israel kemudian memenangkan
peperangan ini dan mengukuhkan kemerdekaannya. Akibat dari perang itu Israel
juga berhasil memperluas batas wilayah yang ditentukan oleh rencana pembagian.
Sejak saat itu Israel terus menerus berseteru dengan negara-negara Arab
tetangga, yang menyebabkan peperangan
dan kekerasan yang berlanjut sampai saat ini. Dalam peperangan itu
banyak orang-orang Palestina yang tertindas dan mengalami tindak kekerasan yang
membuat mereka banyak yang harus mengungsi ke daerah lain. Di dalamnya bukan
hanya orang-orang yang beragama Islam tetapi juga banyak yang beragama Kristen.
Ket Gambar: Peta Israel dan
Palestina

Dari uraian di atas bisa kita simpulkan bahwa persoalan yang terjadi di
Yerusalem antara Israel dan Palestina bukanlah persoalan agama, itu hanya
semata persoalan politis, yakni persoalan yang lebih mengutamakan kepentingan
kekuasaan dan kepentingan ekonomi. Dalam persoalan itu kita orang-orang Kristen
janganlah terpancing secara emosional untuk membela Israel karena ada
hubungan historis antara Israel dengan
Kristen. Sebaliknya janganlah membanggakan tindakan Israel dan Trump yang
memindahkan ibukota Israel ke Yerusalem, sepanjang tindakan itu tidak
dilaksanakan secara damai. Sifat dan keberadaan Israel yang lama sebagaimana
diharapkan oleh Allah dalam PL, sudah berbeda dengan sifat dan keberadaan
Israel yang sekarang. Sifat dan keberadaan Israel yang lama itu seharusnya
adalah kerajaan imam dan bangsa Israel adalah bangsa yang kudus yang diikat
dengan perjanjiaan Allah. Status mereka sebagai bangsa Allah bukanlah milik
yang permanen dan kepemilikan mereka atas Tanah Kanaan sebagai mana dijanjikan
oleh Allah tidaklah untuk selamanya. Itu hanya berlangsung selama bangsa itu
setia kepada Allah, mematuhi firmannya dan taat kepada perjanjiannya. Kalau
mereka tidak mematuhi firman Allah dan tidak setia kepada perjanjian itu,
mereka bisa kehilangan status mereka sebagai bangsa Allah dan kehilangan tanah
yan dijanjikan. Bangsa Israel sering tidak patuh kepada firman dan hukum Tuhan,
dan tidak setia kepada perjanjiannya. Itulah sebabnya bangsa itu sering
dikuasai oleh bangsa asing dan negerinya jatuh ke tangan orang asing. Puncak penolakan Yahudi akan Allah adalah
penolakannya akan Yesus sebagai Mesias dan Juru Selamat Yang dijanjikan Allah.
Dalam penolakan itu mereka menyalibkan Yesus. Tetapi dengan perbuatan
orang-orang Yahudi itu, Yesus telah
menjadi kurban perjanjian Allah yang baru. Dalam diri Yesus, Perjanjian yang
lama telah diperbaharui oleh Allah. Perjanjian yang baru itu bukan lagi berlaku
hanya untuk bangsa Israel, tetapi untuk semua orang yang percaya kepada Yesus.
Seluruh yang dinubuatkan dalam PL untuk penyelamatan manusia telah digenapkan
dalam diri Yesus Kristus. Nama Israel yang berarti “berjuang bersama Allah atau pejuang Allah” tidak lagi dikenakan
kepada keturunan Yakub, tetapi telah dikenakan kepada seluruh orang yang peraya
dan yang menerima Yesus Kristus sebagai Raja dan Juru Selamatnya. Status
sebagai bangsa atau umat Allah, bukan lagi hanya dikenakan untuk Israel yang
lama, tetapi untuk semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus, yakni gereja.
Gerejalah Israel yang baru. Gerejalah kerajaan imam, dan orang-orang-orang yang
percaya kepada Yesuslah bangsa yang kudus itu, sebagaimana dulu diharapkan oleh
Allah dari diri orang-orang Israel. Yerusalem yang diidam-idamkan oleh
orang-orang percaya bukan lagi Yerusalem yang terletak di Palestina, tetapi
Yerusalem yang baru, di sorga. Orang-orang yang mampu dan berminat bisa saja
pergi beriarah ke Yerusalem dan
sekitarnya, menapaki peristiwa-perisrtiwa yang bermakna historis, yang bisa
membantu untuk memahami perbuatan Allah kepada umat Israel pada zaman dahulu
kala, juga pada zaman Yesus dan sesudahnya.Tetapi janganlah mengkultuskan
tempat itu, seolah-olah tempat itu dianggap lebih istimewa dari tempat yang
lain. Marilah kita doakan kota itu tetap sebagai kota damai, dan penghuninya
tetap hidup dalam kedamaian, walaupun berbeda-beda agama.
Bekasi, 18 Desember 2017
Selamat Advent dan
Selamat Hari Natal
( Pdt MSM Panjaitan MTh )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar