Pembimbing untuk belajar sejarah
khususnya Sejarah Gereja
Oleh:Pdt MSM Panjaitan, MTh
01. Pemahaman
akan Sejarah
Sebelum mengemukakan pemahaman mengenai sejarah agama
Kristiani atau sejarah gereja, maka ada baiknya lebih dulu memahami pengertian
dari sejarah secara umum.
2.1.Pengertian Sejarah
Dalam Kamus bahasa Indonesia, ada beberapa
pengertian dari sejarah, yakni sebagai asal-usul atau silisilah, tambo, babad;
juga sebagai riwayat, hikayat, cerita atau kissah dan sejarah sebagai ilmu.
Sejarah diartikan sebagai asal-usul, karena sejarah mengungkapkan asa-usul atau
mula-jadi dari suatu tempat, benda, manusia atau suatu badan yang dibentuk oleh
manusia. Pengetahuan tentang asal-usul ini biasanya meliputi pengetahuan
tentang dari mansa asalnya, bagaimana terjadinya dan kapan terjadi . Pengertian
yang hampir sama dengan asal-usul ialah silsilah atau tambo dalam bahasa Minangkabau,
babad dalam bahasa Jawa atau tarombo dalam bahasa Batak. Namun
pengertian ini lebih sering dipergunakan
untuk menuturkan asa-usul manusia, lengkap dengan garis keturunannya mulai dari
nenek-m oyangnya.
Sejarah sebagai riwayat berarti sejarah sebagai laporan tentang suatu kejadian.
Bagaimana duduk persoalan dari sesuatu kejadian akan dapat diketahui dengan
jelas bila laporan mengenai kejadian itu dapat diperbuat dengan jelas. Dan
khusus mengenai riwayat kehidupan manusia sejarah juga sering disebut sebagai
hikayat atau dalam bahasa yang lebih modern disebut biografi. Dan hikayat ini biasanya
meliputi: kelahirannya, asal-usulnya, pengalaman hidupnya, prestasi yang
dicapai, suka-duka dan kelemahannya, sehingga dengan hikayat itu seseorang
dapat dikenal dengan baik. Dan karena sejarah itu biasanya disampaikan dalam
bentuk cerita atau kissah maka sejarah sering juga disebut sebagai cerita atau kissah. Sejarah bisa lebih
menarik, kalau diusahakan dalam bentuk cerita yangmenarik perhatian orang.
Seluruh pengertian sejarah yang disebut
diatas masih merupakan pengertian yang sederhana, belum mencakup pengertian
sejarah yang kita maksudkan. Pengertian
sejarah yang kita maksudkan adalah sejarah sebagai ilmu. Pengertian sejarah sebagai ilmu memang dipengaruhi
oleh pemikiran Eropa, dan pengertian itulah yang dikembangkan dalam dunia
akademis.
Di dalam bahasa Belanda istilah yang
dipakai untuk sejarah ialah “Geschiedenis”, dan di dalam bahasa Jerman
“Geschichte”, yang keduanya berarti sesuatu yang sudah terjadi. Dan di dalam
bahasa Inggris disebut :”history”, yang
berasal dari bahasa Yunani “historia”, yang berarti pengetahuan yang
diperoleh dari hasil penelitian terhadap peristiwa-peristiwa masa lalu atau kejadian-kejadian
alam, khususnya yang bersangkut paut dengan kehidupan manusia. Karena itu
pengertian “historia” tidak jauh berbeda
dari pengertian “scientia” dalambahasa Latin. Bedanya hanyalah dalam susunan
khrononogis, di mana “historia” biasanya disusun secara khronologis, sedangkan
“scientia” tidak terikat kepada susunan khronologis.
Dalamdunia akademis, sesuatu hal bisa
dikategorikan sebagai ilmu, jika mengikuti persyaratan sbb:
-
Merupakan
suatu kumpulan dari hal-hal yang diketahui yang diperoleh dengan memakai suatu
metode atau sistem tertentu.
-
Mempunyai
general propostion (diterima umum).
-
Mempunyai
kegunaan atau nilai yang praktis.
-
Obyektif.
Dengan mengikuti persyaratan itu, maka
suatu sejarah dapat disebut sebagai ilmu jika sejarah itu diperoleh dengan
mempergunakan metode-metode tertentu (metode ilmiah), dapat diterima umum,
mewariskan nilai-nilai umum bagi yang mempelajarinya, dan isinya harus obyektif sehingga selalu mencerminkan
kebenaran.
2.2.Faktor-faktor sejarah
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam menggali atau meneliti persitiwa masa lalu agar-agar benar-benar merupakan suatu
ilmu yang historis, yakni:
1) Wujud dari peristiwa yang diteliti: Apa
yang terjadi
2) Manusia sebagai pelaku peristiwa: Siapa
pelaku sejarah itu.
3) Tempat di mana peristiwa itu terjadi: Di
mana
4) Waktunya peristiwa itu terjadi: Kapan
5) Sebab-musabab terjadinya peristiwa itu:
Mengapa
Kalau ke lima faktor sejarah ini (apa, siapa, dimana- kapan dan
mengapa atau bagiamana) dapat dijawab dengan jelas, maka duduk perkara dari
suatu peristiwa sejarah akan dapat diketahui dengan jelas.
2.2.1. Wujud
dari peristiwa sejarah
Sudah banyak peristiwa yang terjadi pada masa lalu, apakah semua itu bisa
dianggap sebagai peristiwa sejarah. Tentu tidak. Untuk itu perlu dilakukan
seleksi. Dalam seleksi maka peristiwa yang perlu dihidupkan ialah
peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan tata-kehidupan manusia. Dan
kriteria yang dipakai untuk itu ialah:
-
Perristiwa
itu harus penting dan relevan. Untuk menentukan apakah peristiwa itu penting
memang sulit. Subjektifitas dari orang yang menggali suatu sejarah sering berpengaruh. Tetapi patokan umum adalah
dilihat dari sudut besarnya faedah dan ruang lingkup peristiwa itu untuk
kehidupan manusia. Dan relevan maksudnya mempunyai kaitan dengan kehidupan
sekarang.
-
Peristiwa
itu juga harus merupakan kegiatan manusia yang bergerak ke arah
perkembangan atau peningkatan taraf kehidupannya. Manusia sebagai pelaku
sejarah memang diciptakan Tuhan dengan kesanggupan berfikir, yang dengan
demikian manusia mampu melahirkan kebudayaan yang selalu berkembang sepanjang
zaman. Adanya perkembangan kebudayaan itulah yang menimbulkan gerak sejarah.
2.2.2. Faktor
manusia sebagai pelaku sejarah
Dalam penyusunan sejarah tokoh manusia
sebagai pelaku sejarah harus jelas diungkapkan, karena suatu peristiwa sejarah
tidak mungkin terjadi tanpa manusia terlibat di dalamnya. Mengungkap tokoh pelaku sejarah sangat
penting, karena salah satu tujuan mempelajari sejarah ialah supaya dapat
mengenal lebih banyak manusia dengan segala sifatnya. Semakin banyak kita mengenal sifat manusia, semakin banyak pula kita mengenal
diri kita sendiri. Secara garis
besarnya, ada dua sifat manusia yang sangat menonjol, yakni pertama ialah keinginan untuk berkembang
dengan kemampuan berfikir yang ada padanya, dan kedua adanya kecenderungan untuk menipu keadaan
dirinya yang sebenarnya, yang mendorong dirinya untuk memperbesar atau
meningikan diri sendiri. Atau dengan kata lain sifat yang positif dan sifat
yang negatif. Kedua sifat itulah yang
menimbulkan gelombang sejarah. Kalau sifat yang
pertama yang lebih menonjol akan menimbulkan kemajuan dan perkembangan,
sedangkan kalau sifat yang kedua yang lebih menonjol maka akan terjadi
kemunduran atau kemerosotan.
2.2.3. Faktor
tempat
Faktor tempat juga sangat besar artinya
dalam menentukan perjalanan sejarah.
Faktor ini menyangkut keadaan geografis, keadaan alam atau iklim. Jika
mengetahui tempat kejadian, maka lebih banyak juga mengetahui sebagian
latar-belakang peristiwa itu. Keadaan tempat yang subur atau tandus, strategis
atau terpencil, banyak penghasilan atau tidak, merupakan faktor yang turut
menentukan perkembangan sejarah manusia. Daerah-daerah yang menjadi pusat
peradaban manusia pada zaman dulu, seperti Mesir, Mesopotamia, India dan
Tiongkok dikenal sebagai daerah yang subur. Daerah seperti Palestina yang
diapit oleh dua peradaban yakni Mesir dan Mesopotamia, dan Asia Tenggara yang
diapit oleh India dan Tiongkok juga dikenal sebagai pusat perkembangan
peradaban manusia karena letak daerah itu yang strategis. Jadi perkembangan
pemikiran , kebudayaan dan keagamaan
manusia itu sangat banyak ditentukan oleh keadaan tempat atau daerah
dimana manusia itu berdiam.
2.2.4. Faktor
waktu
Sejarah berjalan di dalam waktu. Karena itu
faktor waktu sangat memegang peranan penting di dalam perjalanan sejarah. Dan
waktu itu merupakan suatu garis lurus yang berjalan terus tanpa putus-putusnya.
Dan dengan demikian ada kesadaran akan waktu yang lampau, sekarang dan yang
akan datang.
Berbagai pandangan bangsa-bangsa dan agama
mengeai waktu. Orang Hindu misalnya memangdang waktu sebagau kuasa dewa, yang membuat manusia dan
dunia binasa dan hancur apabila waktunya telah tiba. Orang-orang Cina Purba
memandang waktu yang bergerak terus bagaikan lingkaran , sehingga apa yang terjadi pada masa yang lalu akan
terulang kembali pada suatu waktu
tertentu. Karena itu bagi mereka apa yang terjadi pada masa lalu harus menjadi
pelajaran yang menentukan dalam menetukan sikap masa sekarang. Orang Yunani juga melihat perjalanan waktu
bagaikan perputaran suatu lingkaran, yang didasarkan atas pengamatan terhadap
peristiwa-peristiwa alam yang sering
berulang-ulang terjadi. Apa yang sudah muncul sebelumnya pasti akan
muncul lagi pada kesempatan berikutnya.
Menyadari kenyataan itu maka mereka merasakan hidup ini dilebelunggu oleh lingkaran
perputaran waktu tersebut. Karena itu
waktu juga dipandang sebagai kuasa yang telah memperhamba hidup ini. Sepanjang
perputaran waktu itu seseorang tidak mungkin mengharapkan adanya kehidupan yang
baru, kecuali dia telah dibebaskan dari waktu itu, ke alam yang tanpa waktu.
Dalam pandangan Kristen, yang juga telah
menjadi pandangan umum bangsa-bangsa di dunia ini, waktu berjalan bagaikan
suatu garis lurus, bersama dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya.
Karena itu sama seperti waktu yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain,
demikian juga peristiwa-peristiwa yang terjadi didalamnya berkaitan satu sama lain. Apa yang terjadi
masa sekarang, tidak bisa dilepaskan dari apa yang terjadi pada masa yang lalu,
dan seterusnya juga akan mempengaruhi apa yang akan terjadi pada masa yang akan
datang. Karena itu dengan mengetahui waktu peristiwa itu, maka akan bisa dipahami sebagian dari
latar-belakang dan duduk persoalan dari suatu peristiwa.
2.2.5. Faktor
sebab-musabab
Sejarah juga merupakan penjelasan tentang
sebab-musabab suatu peristiwa. Apa yang menyebabkan suatu peristiwa terjadi
perlu diungkap dalam sejarah. Dan umunya faktor sebab musabab ini pada dasarnya
terpendam di dalam diri manusia itu sendiri, walaupun juga diakui bahwa gerak
sejarah manusia tidak terlepas dari campur tangan Allah. Faktor penyebab yang
terpendam itu antara lain: kepentingan
ekonomi, sosial budaya, sosial politik, ideologi, seksual, alam tidak sadar dan
lain-lain. Misalnya mengapa suatu peperangan
terjadi. Bisa saja karena raja ingin mempertahankan kekuasaannya, sehingga
melibatkan rakyatnya untuk berperang. Tetapi bisa juga karena rakyat yang
memberontak terhadap raja atau pemerintahnya yang bertindak sewenang-wenang.
02. Pengertian
sejarah gereja atau sejarah agama Kristiani.
3.1.Sejarah Gereja sebagai satu
disiplin teologi
Disiplin teologi yang umumnya dikenal dalam dunia perguuan teologi meliputi: Biblika, Sejarah Gereja, Sistematika,
Praktika dan Ilmu Agama-agama. Biblika( Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru)
merupakan sumber dan dasar dari semua pengetahuan teologi,karena di dalamnyalah
Firman dan Perbuatan Allah terhadap manusia dinyatakan . Metode pendekatannya
melalui tafsir dan pengetahuan tentang sejarah Israel dan sejarah bangsa-bangsa
sekitarnya. Sejarah Gereja merupakan
pengetahuan tentang sejarah pertumbuhan, perkembangan dan pergumulan gereja di
dunia ini sejak lahirnya hingga zaman akhir nanti. Teologi Sistematika
merupakan hasil pandangan orang-orang
Kristen dan gereja yang didasarkan atas Firman Allah dalam pergumulannya
terhadap masalah-masalah yang dihadapi di tengah-tengah dunia yang disusun
secara sistematis. Teologi Praktika
ialah teologi yang menyangkut segala usaha praktis gereja dan setiap orang
Kristen dalam menghayati Firman Allah dan dalam menjalin hubungan yang erat
dengan Tuhan. Ilmu Agama-gama merupakan
pengetahuan mengenai agama-agama lain di luar agama Kristen, yang sangat perlu
diketahui dalam menjalin hubungan yang tepat dengan penganut agama lain.
Seluruh disiplin teologi itu saling
berhubungan satu-sama lain, yang dengan demikian sejarah gereja atau agama Kristiani berhubungan erat
dengan semua disiplin teoogi tersebut. Hubungannya dengan Biblika jelas, karena
sejarah gereja dapat diketahui bagaimana gereja dan orang-orang Kristen
menghayati dan menafsirkan Alkitab itu pada zamannya, yang bisa merupakan dasar
perbandingan untuk penafsiran yang diberikan untuk kehidupan sekarang. Demikian
juga dengan teologi sistematika, karena teologi sistematika (dogmatika,
Etika) yang dipergunakan sekarang berkembang dari warisan pengajaran teologis
dari gereja dan orangorang Kristen pada masa yang lalu. Juga menyangkut teologi
praktika, karena usaha-usaha praktika yang dijalankan sekarang adalah
berkembang dari apa yang sudah dijalankan oleh gereja pada masa yang lampau.
Hubungannya dengan ilmu agama-agama juga ada, karena gereja dalam menjalankan
missinya sepanjang sejarah juga bertemu
dengan agama-agama yang lain. Karena itu sejarah gereja akan lebih mudah juga didalami,
kalau disiplin teologi yang lain telah dikuasai.
3.2.Sejarah gereja sebagai
sejarah kehidupan gereja
Sejarah gereja merupakan kissah tentang
semua peristiwa yang berhubungan dengan
kehidupan gereja yakni meliputi:
kelahiran, pertumbuhan, perkembangan dan pergumulannya terhadap dunia. Dan yang
dimaksud dengan gereja ialah persekutuan
orang-orang yang percaya kepada Kristus, yang dipanggil keluar dari dunia ini
melalui kuasa Roh Kudus. Kata gereja yang berasal dari bahasa Portugis
“igreja” diterjemahkan dari kata Yunani
“ekklesia”.
Dalam PL pengertian gereja juga sudah ada,
yakni yang disebut dengan istilah “qahal”. Pengertian “ekklesia” dan
“qahal” pada dasarnya sama. Keduanya menghunjuk kepada umat Allah yang
dipanggil keluar dari dunia ini dan dipersiapkan menjadi satu persekutuan yang
kudus. Di dalam PL “qahal” dikenakan secara
khusus kepada umat Israel, sedang di dalam PB, ekklesia meliputi seluruh bangsa di dunia yang telah bersedia
menjawab panggilan Allah melalui kepercayaan kepada Yesus Kristus. Karena itu
wujud gereja adalah panggilan Allah terhadap seluruh bangsa untuk diutus
bersaksi di tengah-tengah dunia dan sekaligus juga jawaban manusia terhadap
panggilan itu. Dari sudut ini maka sejarah gereja adalah sejarah panggilan
Allah dan sejarah jawaban manusia terhadap panggilan itu.
3.3.Yesus Kristus sebagai pusat
dari sejarah gereja
Yesus Kristus adalah kepala dari gereja,
yang oleh karena itu Dia juga menjadi pusat dari sejarah gereja. Sebagai pusat
dari sejarah gereja, maka di dalam diri Yesus, sejarah gereja di dalam PL telah
berakhir dan sejarah gereja yang baru dimulai sebagaimana dinyatakan di dalam
PB. Titik tolak dari sejarah gereja dalam PB adalah peristiwa Pentakosta (Kis.
2), di mana pada hari itu Roh Kudus yang dijanjikan oleh Yesus sebelum
kenaikannya ke sorga telah dicurahkan kepada murid-muridnya. Dan oleh kuasa Roh
Kudus itu mereka disanggupkan untuk menjalankan amanat agung dari Yesus
Kristus, yakni menjadikan seluruh bangsa menjadi muridnya (Mat. 28: 19-20).
Namun sebelum itu, Yesus Kristus telah meletakklan dasar yang kokoh dari gereja
itu, yakni dengan karya penyelamatannya yang berpusat pada kematian dan
kebangkitannya, yang sering disebut dengan Injil Yesus Kristus. Bagaimana Injil disebar luaskan ke seluruh
penjuru dunia, dan sampai di mana kesetiaan dari gereja untuk menyebarkan Injil
itu sehingga Nama Yesus benar-benar dikenal oleh seluruh bangsa sebagai Tuhan
dan Juru Selamatnya, itulah antara lain yang harus dijawab dalam sejarah
gereja.
3.4.Sejarah gereja sebagai interpretasi atau penafsiran atas kehidupan
gereja
Sejarah gereja adalah juga sebagai suatu hasil penafsiran, yakni penafsiran
terhadap peristiwa-peristiwa yang dialami oleh gereja pada masa yang lampau.
Dan sebagai suatu hasil penafsiran, maka suatu tulisan sejarah gereja bukanlah
merupakan hasil yang mutlak berlaku tanpa ada perubahan lagi, melainkan
hanyalah salah satu penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah yang ada. Namun
kalaupun dikatakan suatu penafsiran,
bukanlah penafsiran yang berdasarkan kemauan sendiri dari penulis
sejarah itu sendiri. Harus selalu diingat bahwa sejarah gereja adalah salah
satu disiplin ilmu teologi, yang mencerminkan Firman Allah.
03. Cara
melakukan pendekatan terhadap sejarah gereja
Sejarah gereja telah menjalani perjalan
yang waktu yang sangat panjang, dan
mengandung peristiwa-peristiwa historis yang tidak terhingga banyaknya. Karena
itu bagaimana cara pndekatan atasnya.
Ada dua cara pendekatan yang sangat lajim, yakni dengan melakukan pembidangan atas sejarah gereja itu,
atau dengan melakukan periodisasi.
4.1.Pendekatan dengan cara
pembidangan
Yang dimaksud dengan pembidangan ialah
membagi-bagi sejarah gereja itu atas
pokok-pokok atau bidang-bidang yang
dianggap sangat penting misalnya bidang sejarah Mission (Pekabaran Injil), bidang sejarah ajaran-ajaran Kristen, bidang
sejarah organisasi dan disiplin gereja, bidang sejarah penghambatan dan perlawanan
yang dihadapi gereja.
Bidang sejarah Mission mencakup usaha
pekabaran Injil ke luar yang dilakukan oleh gereja kepada orang-orang yang
belum Kristen, dan pekabaran Injil ke dalam, yakni di lingkungan warga gereja itu sendiri, termasuk perbuatan-perbuatan
sosial dan rumah-sakit.
Bidang sejarah ajaran dan pandangan
Kristen, meliputi sejarah teologi Kristen, sejarah doktrin, sejarah dogma, dan
sejarah ajaran-ajaran sesat.
Bidang sejarah organisasi dan disiplin
gereja mencakup sejarah bentuk struktur dan pemerintahan gereja mulai: dari
apostolik, episkopal, papal, persbyterial, congregational, dll, sejarah
disiplin gereja, tata-gereja, dan
juga tata ibadah umat Kristen.
Bidang sejarah penghambatan meliputi
penghambatan yang datang dari luar spt. dari agama Yahudi, dari orang-orang
kafir, dari penguasa duniawi dan dari penganut agama lain; juga penghambatan dari dalam seperti
munculnya bidat-bidat, aliran-aliran Kristen
yang lain, dan perpecahan dalam gereja.
4.2.Pendekatan dengan
periodisasi
Periodisasi
adalah usaha untuk membagi-bagi perjalanan waktu sejarah yang panjang itu atas
periode-periode (batas-batas waktu tertentu). Cara pembagian periode itu bermacam-macam; ada yang
membaginya dari segi perkembangan atau perluasan gereja itu; ada yang
membaginya dari pertumbuhan atau perkembangan organisasi atau kepemimpinan
gereja itu. Di bawah ini dikemukakan dua contoh pembagian periode sejarah
gereja atau sejarah kekristenan yang bisa dijadikan sebagai pedoman penyususnan
periodisasi sejarah gereja, yakni: yakni periodisasi sistem klasik, dan
periodisasi dari sudut pengluasan kekristenan itusendiri.
Periodisasi sistem klasik masih
merupakan periodisasi yang umum dipakai
dalam menyelusuri sejarah gereja umum, walaupun sistem ini dibuat dari sudut
pandang Eropa. Dengan sistem ini,
sejarah gereja itu dibagi atas tiga zaman, yakni: Zaman Gereja Lama
(Kuno), Zaman Pertengahan dan Zaman Modern atau kadang-kadang ebut juga zaman
Reformasi.
Zaman
Gereja Lama dimulai dari kelahiran
Kristus atau lebih khusus dengan kelahiran gereja, dan diakhiri tahun 590 M,
yakni pada saat Uskup Gregorius Agung di Roma ditetapkan sebagai Paus.
Penetapan uskup Roma itu sebagai Paus dilihat sebagai titik peralihan dari tata-gereja yang lama
dengan tata-gereja yang baru. Dia berdiri pada batas peralihan, karena dia
dikenal sebagai uskup yang terakhir di gereja Roma, dan merupakan Paus yang
pertama yang memimpin gereja Katolik di bawah kekuasaannya yang berpusat di
Roma. Zaman Gereja Lama itu meliputi masa kehidupan Kristus, kehidupan para
apostel, penghambatan-penghambatan, pengakuan atas kekristenan sebagai agama
resmi dan seterusnya agama negara, perpindahan bangsa-bangsa Eropa yang dianggap masih ”barbar” ke wilayah kekaisaran
Romawi sehingga mengakhiri kekaisaran Romawi Barat, dan berakhir dengan
Gregorius Agung menjadi paus . Wilayah kekristenan pada waktu itu meliputi
daerah-daerah sekitar Laut Tengah, Asia Kecil, Asia Barat, Afrika Utara dan
Eropa Selatan dan sebagian Eropa Barat.
Zaman
Pertengahan dimulai dari Gregorius Agung menjadi Paus sampai terjadinya
Reformasi tahun 1517. Zaman ini merupakan transisi dari gereja yang lama ke
gereja yang baru, yang pada waktu itu semua bangsa di Eropa telah menjadi
Kristen. Permulaan zaman ini dimulai dengan kemunduran nilai-nilai kekristenan
yang lama, munculnya kejahilan, keruetan hukum dan penganyayaan, karena
masuknya pengaruh “barbarisme” di tengah-tengah kekristenan. Tetapi berkat
usaha-usaha penginjilan yang dirintis oleh Paus Gregorius Agung, maka pada akhirnya
kekristenan diterima oleh seluruh bangsa yang ada di Eropa. Timbullah peradaban
Kristen yang baru, sebagai perpaduan dari nilai-nilai kekristenan, kebudayaan
Junani-Romawi dan kebudayaan bangsa-bangsa Eropa tersebut. Namun pada zaman ini
gereja mengalami perlawanan yang keras
dari pihak Islam, sehingga di beberapa daerah gereja terpaksa mengalami
kemunduran. Dan pada zaman itu terjadilah perselisihan faham antara
gereja-gereja Timur dan Barat mengenai bentuk
kepemimpinan dan ajaran gereja, sehingga terjadi skhisma (perpecahan)
antara ke dua belah pihak tahun 1054.
Perkembangan hierarkhi gereja juga menonjol pada zaman ini, di mana pada
zaman ini terjadi kekuasaan paus yang mutlak, apapun yang menjadi keputusan paus
tidak boleh diganggu gugat. Keadaan ini termasuk yang ditentang oleh para reformator pada masa
Reformasi.
Zaman
Modern dimulai sejak reformasi Martin Luther 1517 hingga sekarang. Pada zaman
ini dunia kekristenan semakin luas sejalan dengan ditemukannya dunia baru oleh
Colombus tahun 1492 di benua Amerika. Sejak penemuan ini banyak orang-orang
Eropa yang beremigrasi ke ke sana, yang sekaligus membawa kekristenan itu
sampai ke sana. Tetapi akibat dari reformasi itu kekristenan di bagian Barat
menjadi terbagi dua, satu mengikuti jalan yang lama (Roma Katolik), dan satu
lagi mengikuti jalan Reformasi yakni
golongan Protestan.
Contoh yang kedua ialah periodisasi dari
sudut pengluasan kekristenan sedunia.
Periodisasi sistem klasik di atas hanya menjangkau perkembangan Gereja Barat, atau yang berlatar-belakang
penginjilan Barat. Dan pengluasan kekristenanke seluruh dunia, ternyata bukan
hanya dari jurusan Barat, tetapi ada juga jurusan Timur dan Selatan (band. Kis.
2: 8-11). Oleh karena itu, Kenneth Scott Laturette, tidak mau mengikuti periodisasi sistem klasik itu, tetapi dia membuat
periodisasi berdasarkan pengluasan kekristenan itu dari sudut pandangan yang
menyeluruh atau sedunia. Dari sudut pandangan itu dia membagi sejarah
kekristenan tersebut atas lima periode, sesuai dengan gelombang pasang-surutnya
perluasan dan ekspansi kekristenan di belahan bumi ini. Kelima periode itu
ialah:
-
Periode pertama: Lima abad pemulaan: (1-500M), di mana pengluasan
kekristenan terutama terjadi di sekitar Laut Tengah bagi warga kekaisaran
Romawi. Pada zaman ini gereja lahir sebagai lembaga institusional, penetapan
Kanon PB, landasan teologi Kristen, rumusan Pengakuan Iman, serta perkembangan
kerahiban. Dari sudut pengluasan, apa yang dicapai itu masih merupakan bagian
yang kecil dari belahan dunia.
-
Periode kedua: Seribu tahun yang tidak menentu (500-1500 M); pada periode ini kekristenan
terancam dari pihak Islam sampai tahun 950,
sehingga sebagian besar wilayah kekristenan yang sudah dicapai
sebelumnya berkurang. Tetapi pospos
penginjilan telah tersebar dari Irlandia di Eropa Barat, sampai ke Cina di Asia
Tumur jauh. Demikian juga dari Scandinavia di Eropa Utara sampai Nubia di
Afrika. Tetapi dari tahun 950 – 1350 kemajuan dicapai lagi, bukan saja dari
sudut pengluasan wilayah, tetapi juga dari segi pertumbuhan iman dan
organisasi, serta peranan kekristenan itu dalam pembentukan kebudayaan baru
khususnya di Eropa Barat. Tetapi dari tahun 1350 –1500, terjadi lagi
kemunduran. Selain karena hilangnya
sebagian wilayah kekristenan, juga karena terjadinya penyelwengan ajaran
dan kuasa gerejawi.
-
Periode ketiga: Tiga abad kemajuan (1500-1800). Pada periode ini
muncullah banyak missioner yang berani mejelajah ke seluruh penjuru dunia,
sehinga sebagian besar belahan dunia telah dimasuki oleh kekristenan itu.
-
Periode ke empat: Abad yang besar (1800 – 1914): Periode
ini merupakan zaman Pekabaran Injil yang besar yang dilakukan oleh
Lembaga-lembaga Pekabaran Injil dari Barat, sehingga seluruh benua yang didiami
oleh manusia telah dimasuki oleh kekristenan itu.
-
Periode ke lima: Kemajuan melalui badai (1914 – sekarang). Penyebaran
kekristenan masih terus dilanjutkan, namun menghadapi banyak hambatan dan
tantangan oleh gelombang pergerakan dunia; dan pada periode ini muncul
aliran-aliran atau faham yang bertentangan dengan kekristenan seperti:
Komunisme.
04. Faedah
dari mempelajari sejarah gereja
Mempelajari sejarah gereja akan memberi
banyak faedah bagi kita, baik sebagai pelayan gereja maupun sebagai warga
jemaat biasa, antara lain:
1) Dengan mempelajari sejarah gereja, maka pengetahuan dan pengenalan kita mengenai
apa itu gereja semakin banyak. Wujud
dari gereja itu secara benar tidak mungkin bisa diketahui tanpa mengetahui
sejarah dari gereja itu sendiri. Karena itru salah satu cara untuk membina
warga gereja agar menjadi warga gereja yang baik dan benar-benar mengasihi
gereja itu ialah dengan mengajarkan sejarah gereja kepada mereka.
2) Memperdalam pengenalan kita akan Allah yang
menyatakan diri dalam Yesus Kristus, dan yang selalu bekerja menuntun dan
memelihara gerejanya sepanjang zaman melalui kuasa Roh Kudus. Allah itu adalah Allah sejarah yang
menyatakan diri dalam sejarah manusia, khususnya di dalam sejarah gereja.
3) Memberi pandangan dan pengalaman yang luas
bagi kita dalam mengatasi berbagai persoalan yang kita hadapi, khususnya
persoalan kegerejaan. Seorang pendeta yang didalam pelayanannya di
tengah-tengah jemaat misalnya menghadapi banyak tantangan dan kesulitan, maka
dengan belajar dari pengalaman pelayan-pelayan gereja pada masa yang silam, dia akan terdorong untuk selalu tabah
melayani jemaat itu. Selain itu, masalah-masalah lain seperti: masalah :
teologis, ajaran, kepemimpinan, oikumenis, dll, juga akan dapat
diatasi dengan pandangan yang luas, dengan banyak belajar dari sejarah gereja.
4) Mengingatkan kita untuk selalu waspada
terhadap bahaya-bahaya yang mungkin datang dari dalam dan luar gereja itu
sendiri. Dan bagaimana mengatasi bahaya-bahaya yang datang, banyak yang bisa dipelajari dari sejarah
gereja . Dari sejarah gereja juga akan
diketahui sampai di mana gereja masih menyadari tanggung-jawabnya dan sejauh
mana sudah menyeleweng dari wujudnya sebagai gereja Tuhan. Martin Luther
misalnya terdorong untuk mengadakan reformasinya setelah banyak mempelajari
sejarah gereja atau hal-hal yang terjadi
di tengah-tengah gereja pada masa yang lampau.
5) Menyadarkan kita akan identitas kita, yakni
mengenai siapa kita dan dari mana kita. Misalnya dengan mempelajari sejarah
gereja kita sendiri, akan kita ketahui teologi mana yang melatar-belakangi
kekristenan kita.
6) Memberi kebutuhan batiniah bagi kita.
Sejarah akan menolong kita untuk mengungkapkan jiwa kita sendiri. Dengan
merenungkan apa-apa yang sudah terjadi pada masa yang lalu, dan berusaha
memberi interpretasi terhadap peristiwa-peristiwa itu, akan memberi arti
tersendiri dan kepuasan batin bagi diri kita.
7) Khusus bagi pemimpin-pemimpin gereja,
sejarah gereja dapat memberi informasi yang banyak tentang masalah
kepemimpinan, seperti halnya mengapa ada pemimpin yang berhasil dan ada yang
gagal. Kemungkinan untuk bisa berhasil bagi seorang pemimpin gereja akan lebih
banyak, jika dia banyak mengetahui masa lalu dari gereja itu.
8) Sejarah gereja juga mewariskan nilai-nilai
intelektual, serta dorongan untuk maju.Usaha untuk banyak mempelajari dan
memberikan penelitian terhadap penyebab dan latar-belakang sesuatu kejadian,
akan bisa menumbuhkan dan memperkembang cara berfikir kita. Selain itu dari
sejarah gereja akan dikenal adanya
berbagai kebudayaan dan peradaban bangsa di mana gereja itu bertumbuh. Demikian
juga halnya, bahwa dari pengalaman-pengalaman orang-orang Kristen pada masa
yang lalu yang banyak berjuang untuk memenangkan iman dan kekristenan itu, akan
memberikan dorongan dan semangat bagi kita untuk berani maju ke depan.
05. Sejarah
Agama Kristen secara garis besar
Agama
Kristen termasuk salah satu agama besar di dunia, dan telah tersebar di seluruh
bangsa di dunia ini. Agama itu bermula dalam diri Yesus Kristus, karena sebutan
Kristen berarti “pengikut Kristus”. Pemakaian sebutan Kristen yang pertama
untuk pengikut Kristus terjadi di jemaat Antiokhia (Kis. 11,26). Kemudian dari
Antiokhialah kekristenan itu tersebar ke berbagai penjuru dunia setelah dari
Yerusalem.
Pelayanan
Yesus Kristus dimulai di Palestina. Di sanalah Dia mengkhotbahkan bahwa
Kerajaan Allah telah dekat dan orang dapat memasukinya melalui pertobatan dan
percaya akan Injil yang dibawaNya. Dan untuk melanjutkan pekerjaannya di dunia
ini Dia telah mempersiapkan murid-muridNya, yang kemudian dijadikan sebagai
rasul-rasul yang diutus untuk memberitakan Injil itu ke seluruh bangsa.
Peneguhan
mereka menjadi rasul-rasul terjadi pada hari Pentakosta (Turunnya Roh Kudus),
yakni setelah kenaikan Yesus ke sorga, di mana pada hari itu murid-murid
tersebut dipenuhi Roh Kudus. Roh Kudus itulah yang menguatkan, mengajar,
melindungi dan membela mereka dalam menjalankan tugas penginjilan itu. Buah
pekerjaan mereka juga mulai terlihat pada hari Pentakosta itu, di mana melalui
pemberitaan mereka pada hari itu mengenai Injil keselamatan yang dibawa oleh
Yesus, bertambah lebih kurang tiga ribu
orang yang bertobat dan memberi dirinya dibaptis (Kis.2,41). Dengan demikian berdirilah jemaat
Kristen yang pertama, atau yang sering juga disebut Israel yang baru.
Setelah
para murid itu menerima kuasa Roh Kudus, sesuai dengan amanat Tuhan Yesus
sebelum kenaikanNya ke sorga, mereka akan menjadi saksi Yesus Kristus, yang
memberitakan Injil keselamatan itu mulai di Yerusalem, di seluruh Yudea,
Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis.1,8). Di sini masih diandaikan pusat penyebaran
agama Kristen yang pertama adalah Yerusalem. Hal itu memang terlaksana, di mana
dari Yerusalem Injil dan kekristenan itu tersebar ke berbagai penjuru dunia
atau ke berbagai bangsa di dunia.
Kitab
Perjanjian Lama memang telah berkali-kali membicarakan sifat keuniversalan dari
Umat Allah yang akan datang. Dasar yang paling kuat bagi pengharapan ini adalah
kenyataan bahwa Allah yang menebus itu adalah juga Allah yang telah menciptakan
segala sesuatu. Walaupun manusia telah berdosa, Allah tidak menghentikan
pekerjaanNya, tetapi Dia memperbaikinya melalui penebusan yang dilakukan.
Pemilihan bangsa Israel juga mempunyai tujuan penyelamatan seluruh bangsa. Di
seluruh Kitab Perjanjian Lama dinyatakan bahwa hubungan Israel dengan
bangsa-bangsa dipelihara. Palestina sendiri adalah jalan persimpangan
kerajaan-kerajaan besar pada waktu itu.
Dalam pelayanannya, Yesus telah menjalankan
penyebaran Injil itu. Tetapi sebelum kematiannya dia belum menetapkan program
penginjilan ke luar Palestina. Ini baru diberikan setelah kebangkitannya. “KepadaKu telah diberikan segala kuasa di
sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”. (Mat.28,18-20) Tetapi perintah ini
tidak dapat dipisahkan dari kedatangan Roh Kudus pada hari Pentakosta. Pada
waktu itu Kristus kembali kepada murid-muridNya melalui Roh Kudus untuk memberi
kekuatan dan menyertai mereka sampai akhir zaman.
Pada hari Pentakosta itu terjadilah
perubahan mendasar dalam sifat dan
struktur Umat Allah. Umat Allah tidak lagi menjadi satu Umat yang bersifat
nasional seperti dimiliki oleh bangsa Israel, tetapi telah menjadi satu Umat
yang bersifat internasional dan menjadi satu persekutuan yang bersifat
universal. Orang-orang yang dibaptis pada hari Pentakosta itu adalah berasal
dari berbagai bangsa di Asia, Afrika dan Eropa.
Terpencarnya banyak orang-orang percaya
dari Yerusalem karena penganyayaan dari pihak Yahudi mendorong tersebarnya
Injil itu ke daerah-daerah lain di Palestina. Filipus, salah seorang dari tujuh
orang yang terpilih menjadi pelayan di jemaat Yerusalem (Kis.6, 3 dst), pergi
ke Samaria dan memberitakan Injil di sana. Dan ini mendorong jemaat di
Yerusalem mengutus rasul Petrus dan
Yohannes untuk melihat pekerjaan Filipus di sana. Dan dalam perjalanan pulang
ke Yerusalem, mereka memberitakan Injil itu di banyak kampung di Samaria .
Kemudian Filipus dipanggil pergi ke Gaza di Selatan Palestina dan dari sana dia
berjumpa dengan seorang pejabat dari istana Etiopia, seorang Yahudi proselit,
yang bertobat dan dibaptis melalui pelayanannya. (Kis.8)
Petrus kemudian pergi ke tepi pantai dan
memberitakan Injil di Yope dan Kaisarea. Di sana dia membaptis seorang
non-Yahudi bernama Kornelius, seorang perwira tentera Romawi. (Kis. 10,23-48)
Ketika jemaat di Yerusalem mendengar bahwa
Injil telah mulai berakar di Antiokhia, maka diutuslah Barnabas ke sana.
Barnabas juga mengajak Paulus yang sudah
bertobat untuk ikut bersama dia melayani jemaat Antiokhia dan memberitakan
Injil ke sana. (Kis. 11,19 dst.) Kemudian jemaat di Antiokhia mengutus Paulus
dan Barnabas melakukan penginjilan ke pada orang-orang kafir. Dan Paulus
menjadi penginjil yang terbesar dari antara rasul-rasul dan penginjil-penginjil
yang dikenal dalam zaman Perjanjian Baru. Melalui Injil yang diberitakan
berdirilah jemaat-jemaat Kristen di Asia Kecil, Makedonia dan Yunani di Eropa.
Pada akhir hidupnya dia juga sempat mengunjungi jemaat Kristen yang di Roma,
dan mati martir di sana sekitar tahun 67 M, yakni di sekitar masa penghambatan
yang dilakukan kaisar Nero bagi orang-orang Kristen di Roma.
Di wilayah kekaisaran Romawi, Injil itu
dapat tersebar dengan cepat. Setelah para rasul, Injil kemudian banyak
disebarkan oleh para evangelis dan uskup yang menggantikan fungsi dari
rasul-rasul yang pertama itu. Dan selain itu, kaum awam juga banyak yang ikut
berperanan dalam neyebarkan Injil tersebut. Faktor pendukung untuk penyebaran
Injil itu, selain adanya “bahasa
kesatuan” di kekaiasaran itu yakni bahasa Yunani, juga karena keadaan “damai”
dan sarana transportasi yang cukup lancar pada waktu itu. Dan selain itu, juga
karena di wilayah itu belum ada agama yang kuat yang dijadikan sebagai “agama
negara”. Filsafat dan pemikiran Yunani juga telah mempersiapkan banyak orang di
kekaisaran itu untuk menerima agama Kristen tersebut.
Memang banyak juga tantangan dan hambatan
yang dihadapi. Tetapi tantangan yang muncul dari tengah-tengah orang-orang
Kristen itu sendiri dengan munculnya berbagai aliran yang dianggap menyimpang,
seperti Marcionisme, Gnosticisme dan Montanisme telah mendorong gereja makin
memperteguh dirinya dengan menetapkan “senjata-senjata” gereja dalam bentuk:
Kanon, Pengakuan Iman (Konfessi) dan
Pewarisan jabatan rasul (Successio apostolica). Juga penghambatan-penghambatan
yang terjadi bagi gereja dari penguasa Romawi, telah memperkuat agama Kristen,
karena pada akhirnya agama Kristen mendapat pengakuan dari penguasa Romawi
(313) dan bahkan kemudian ditetapkan menjadi agama negara (381). Situasi ini
sempat membuat posisi gereja dan kekristenan di bawah perlindungan negara.
Tetapi tidak lama setelah itu kekaisaran Romawi yang besar dan kuat itu pada
akhirnya runtuh juga. Tahun 410 kota Roma telah berhasil dikuasai oleh
“orang-orang barbar” yakni suku-suku Jerman dari Eropa Utara. Sejak itu
kekaisaran Romawi, khususnya bagian Barat makin lemah, sehingga sekitar tahun
481, semua wilayah kekaisaran Romawi Barat, seperti Italia, Inggris, Perancis
telah dikuasai oleh suku-suku Jerman itu. Dan dengan demikian berakhirlah
kekaisaran Romawi Barat. Tetapi posisi kekaisaran Romawi Barat ini telah
digantikan oleh gereja dan muncullah kepausan yang berpusat di Roma, yang
selain bertindak sebagai pimpinan gereja juga bertindak sebagai penguasa di
bidang politis. Namun kesempatan itu telah menjadi peluang untuk tersebarnya
Injil itu di seluruh Eropa, dan bahkan sekitar tahun 1000, seluruh bangsa dan
suku-suku di Eropa telah menganut agama Kristen.
Tetapi selain ke arah Eropa, kekristenan
juga disebarkan ke Afrika dan Asia.
Untuk wilayah Afrika yang sudah sempat dikeristenkan pada zaman yang lama ialah
Mesir, Afrika Utara dan Etiopia. Namun setelah datangnya serangan orang-orang
Islam mulai sekitar abad 7, banyak jemaat Kristen yang di Mesir dan Afrika
Utara meninggalkan agama Kristen dan beralih menjadi Islam.Untuk wilayah Asia,
selain daerah Asia Kecil di mana pada zaman Perjanjian Baru jemaat Kristen
sudah banyak berdiri, Injil itu juga
segera diberitakan ke daerah-daerah di Mesopotamia Utara, kerajaan Partia /
Persia, Arabia, India, Cina, Asia Tengah, Asia Timur Jauh dan Asia Tenggara,
termasuk Indonesia.
Setelah tahun 1500, sejarah kekristenan
mengalami babak baru. Setelah reformasi gereja di Eropa oleh tokoh-tokoh
reformasi seperti Martin Luther, ajaran-jaran Kristen itu makin banyak digumuli
oleh orang-orang Kristen Eropa. Sebelumnya gereja telah jatuh ke dalam pengaruh ke duniawian,
dan ajaran-ajaran dan praktek-praktek gereja itu banyak yang menyimpang dari
dasarnya yang sesungguhnya yakni Alkitab. Reformasi itu pada satu pihak telah
menimbulkan banyak pertikaian dan peperangan agama di Eropa. Tetapi di pihak
lain reformasi tersebut telah menumbuhkan semangat penginjilan ke luar Eropa,
baik dari pihak gereja Roma Katolik maupun dari pihak Protestan. Kekristenan
kemudian tersebar ke seluruh dunia, tetapi bukan lagi dari pusatnya semula di
Asia Barat dan Mesopotamia, tetapi dari Eropa. Penyebaran itu berbarengan
dengan penemuan-penemuan dunia baru oleh orang-orang Eropa, seperti Amerika,
Afrika dan Asia, mulai akhir abad 15.
Dan mulai abad 19 dengan munculnya banyak lembaga penginjilan di Eropa
dan Amerika, maka usaha pekabaran Injil
ke seluruh penjuru dunia, terutama di
daerah-daerah yang ditemukan dan diduduki oleh bangsa-bangsa Eropa , banyak
dilakukan. (msm)