Rabu, 09 Oktober 2019

HIDUP SEIA SEKATA SEPERASAANSALING MENGASIHI PENYAYANG DAN RENDAH HATI ( 1 PETRUS 3, 8)

HIDUP SEIA-SEKATA, SEPERASAAN, SALING MENGASIHI, PENYAYANG DAN RENDAH HATI (1 PETRUS 3  8)
Khotbah pada Kebaktian Bona Taon
“Parsadaan Panjaitan Pintubatu dohot Boruna” (P3B) se-Jabodetabek,
Minggu 8 April 2018 di Gedung Serbaguna, Sejahtera,                                                                         Jl. Raya Pondok Gede, Jakarta Timur.

Thema:  Hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-  saudara, penyayang dan rendah hati. (Saroha ma hamu saluhutna, sapangkilaan, angka na marholong ni roha di dongan, na marasi ni roha, na serep!) ( 1 Petrus 3: 8 )
Sub Thema: Dengan Partangiangan Bona Taon  Parsadaan Panjaitan Pintubatu dohot Boruna marilah kita semakin erat bergandengan tangan untuk melakukan hidup yang lebih adil, bijakana, berkeyakinan yang teguh kepada Tuhan dalam menjalankan hidup kebersamaan dan persaudaraan.

Hamu angka dongan sapunguan jala dongan na hinaholongan di bagasan Goar ni Tuhanta Jesus Kristus. Horas ma di hita sude.

Pertama sekali tentu kita mengucapkan syukur dan terima-kasih kepada Tuhan, karena kita masih diperkenankan hidup sampai hari ini, dan bisa melaksanan Kebaktian Bona Taon pada hari ini. Makna kebaktian Bona Taon adalah mengucapkan syukur kepada Tuhan Allah dan sekaligus meminta berkat dan pemeliharaan Tuhan dalam menjalani hari-hari ke depan yang akan diberikan oleh Tuhan, sekaligus memupuk rasa kebersamaan dan persaudaraan. Jadi kalau kita mengadakan Pesta Bona Taon pada hari ini, itulah maknanya, mengucap syukur,  dan juga berdoa kepada Allah agar kita selalu diberi berkat dan perlingan. Jadi kita bukan hanya sekedar berkumpul, berjumpa dengan teman-teman, makan-makan atau mencari hiburan.

Pesta Bona Taon sebenarnya bukan hal yang baru bagi masyarakat Batak. Itu sudah merupakan  tradisi atau budaya  Batak yang sudah ada sebelum  datangnya kekristenan, yang dilakukan dalam satu-satu kampung atau satu persekutuan marga pada awal-awal  tahun. Karena tradisi itu dinilai baik, pada zaman kekristenan tradisi itu tetap dipertahankan oleh masyarakat Kristen Batak walaupun muatannya diperbaharui dengan muatan yang bersifat kekristenan. Kalau dulu Pesta Bona Taon itu dilakukan untuk memuja Ompu Mulajadi Nabolon, dan roh-roh nenek moyang, dengan memotong kerbau sebagai persembahan (pelean) kepada Ompu Mulajadi Nabolon dan roh-roh nenek moyang. Persembahan itu dimaksudkan selain sebagai ucapan syukur atas berkat (pasupasu) yang telah diperoleh dalam satu tahun itu, yakni berupa kesehatan, dan harena “gabe ni naniula, sinur ni pinahan” (hasil sawah dan ternak yang melimpah), juga sebagai cara untuk menyenangkan hati roh-roh nenek moyang itu  agar tetap memberkati mereka dan melindungi mereka satu persatu dari berbagai  mala petaka dan penyakit. Dalam Pesta Bona Taon itu, mereka juga makan bersama dengan rasa sukacita, untuk memupuk  kebersamaan dan persaudaraan mereka. Pesta Bona Taon itu juga disemarakkan dengan “gondang sabangunan”, yang fungsinya bukan hanya sebagai hiburan bagi mereka yang berpesta itu, tetapi terutama adalah sebagai bentuk pemujaan kepada Mulajadi Nabolon dan roh-roh nenek moyang.

            Saudara-saudara yang kekasih. Pesta Bona Taon yang kita adakan sekarang , juga mempunyai makna yang sama. Hanya kita tidak lagi menyembah roh-roh nenek-moyang atau sahala ni ompu, tetapi kita hanya mengucapkan syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa, yang menciptakan alam semesta dan seluruh isinya, serta memeliharanya, yakni Allah Bapa yang telah menyatakan dirinya dalam Yesus Kristus sebagai Juru Selamat kita, sekaligus memupuk rasa persaudaraan dan kekeluargaan kita . Melalui kebaktian ini kita mengucapkan syukur kepada  Allah Bapa yang Maha Pengasih atas seluruh berkat dan pemeliharaan yang diberikan kepada kita pada masa yang lalu, dan sekaligus memohon agar Allah Bapa senantiasa memberkati kehidupan kita ke depan, memberkati pekerjaan kita, memberkati anak-anak kita agar kita bisa hidup dengan damai sejahtera dan suka cita.

Melalui kebaktian kita ini kita disapa oleh Tuhan melalui Firman-Nya yang mengajak kita semua supaya senantiasa hidup “ seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penanyang dan rendah hati”, sehingga dengan Pesta  Bona Taon  yang kita lakukan, kita yang terhimpun dalam satu komunitas Parsadaan Panjaitan Pintubatu dohot Boruna semakin erat bergandengan tangan untuk melakukan hidup yang lebih adil, bijakana, berkeyakinan yang teguh kepada Tuhan dalam menjalankan hidup kebersamaan dan persaudaraan. Dengan hidup seperti itu kita dilayakkan  untuk menerima berkat Tuhan, dan juga sekaligus menjadi berkat bagi sesama.
            Saudara-saudara yang kekasih. Apabila Tuhan menasihati kita agar hidup seia sekata, seperasaan, saling-mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati, itu berarti bahwa kita tidak diciptakan oleh Tuhan untuk hidup sendiri-sendiri. Kita diciptakan Tuhan sebagai mahluk yang harus hidup bersama-sama karena kita adalah  saling membutuhkan dan melengkapi. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa hidup sendiri, walaupun  dia mempuntai kuasa, kekuatan yang besar, mempunyai  kepintaran, atau harta kekayaan yang banyak. Dalam mewujudkan hidup bersama inilah perlu ada persekutuan. Orang-orang yang seiman dalam Yesus Kristus dipersekutukan oleh Rohkudus. Persekutuan itu sama artinyat dengan gereja. Di dalam persekutuan itu orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus bisa memupuk “parsaoran “ untuk saling mengasihi, saling membantu dalam suka dan duka.

Tetapi selain persekutuan melalui gereja, tentu kita bisa juga menjalin persekutuan yang bersifat kekeluargaan, yakni parhahamranggion ( persaudaraan) karena  masih satu ikatan darah atau satu marga. seperti kita dalam Parsadaan Panjaitan Pintubatu dohot Boruna ini.  Tentu persekutuan kita ini tidak menjauhkan diri kita dari persekutuan yang lebih luas sebagai orangorang yang seiman dalam Yesus Kristus. Persekutuan kita ini bisa memperkuat persaudaraan kita yang lebih luas.

            Tuhan dan kita semua mengharapkan persekutuan kita ini menjadi persekutuan yang utuh untuk hidup dalam kebersamaan dan persaudaraan. Tetapi kebersamaan dan persaudaraan itu  tidak hanya kita tunjukkan pada pertemuan atau kebaktian yang kita lakukan, tetapi juga dalam hidup sehari-hari untuk bisa saling membantu dalam mengatasi persoalan hidup yang kita hadapi. Bagaimana agar Parsadaan kita ini  menjadi persekutuan yang utuh dalam hidup kebersamaan dan persaudaraan, maka kita harus hidup sesuai dengan karakter atau sifat orang Kristen yang benar, seperti yang disoarakan dalam tema ibadah kita hari ini. Paling sedikit ada lima karakter yang harus kita tunjukkan dalam hidup persekutuan kita, yang semuanya itu merupakan perwujudan dari iman kita kepada Yesus Kristus. Inti dari semuanya itu  adalah kasih, seperti inti dari pengajaran Tuhan kepada umat-Nya yakni, kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Kelima sifat atau karakter itu ialah sesia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati.
1)      Seia sekata, dalam bahasa Yunani,  homofrones,  artinya satu pikiran, satu hati, satu jiwa, satu tujuan sehingga tercipta kehidupan yang  harmonis. Seia sekata ini tercapai jika semua saling menyetujui dan saling mendukung sesuatu yang baik yang direncanakan, tetapi bukan yang sesuai dengan hasrat manusia, tetapi yang sesuai dengan kehendak Allah. Sama-sama sepakat untuk memberlakukan kehendak Tuhan  demi kemuliaan Allah (bnd. Roma 15:5 )

2)       Seperasaan, bahasa Yunai sumpathes, yang dari situ berasal kata  simpati,  yang berarti merasakan apa yang orang lain rasakan. Dengan sperasaan,  kita  dituntut untuk terlibat secara aktif dan mendalam dalam apapun yang orang  lain rasakan. Agar hidup  seperasaan tercipta,  maka sifat  keegoisan harus dijauhkan. . Selama sifat keakuan itu menonjol dalam satu persekutuan,  maka tidakmungkin ada hidup yang  seperasaan’. Sifat egois yang hanya memikirkan diri sendiri dan tidak mau menaruh hati kepada orang lain adalah sifat yang dapat merusak persekutuan. Ketika memasuki suatu persekutuan maka kita menjadi bahagian dari orang lain. sehingga yang lebih di tonjolkan bukan lagi “aku” melainkan “kita”.

Jadi s
eperasaan tergantung pada kerelaan untuk melupakan diri sendiri dan adanya rasa saling memiliki dan melengkapi. Hidup yang seperasaan tumbuh dalam diri kita, jika  Kristus memerintah dalam hati kita masing-masingSeperasaan juga berarti saling berbagi dengan orang lain dalam suka dan duka, dan kesediaan untuk  bersama-sama dengan mereka dalam segala situasi merekaOleh karena itu, hidup “seperasaan” dengan sesama, timbul apabila kita menyadari bahwa kita memang satu di dalam Kristus. Dengan demikian apa yang terjadi kepada orang lain, maka   kita ikut merasakannya, tanpa membedakan atau melihat siapa orang itu. Jadi, tidaklah benar diri kita sebagai  orang Kristen, jika kita hanya memperhatikan diri sendiri. Tidak patut juga apabila kita merasa senang dengan penderitaan sesama, atau merasa sedih atau susah melihat sukacita orang lain. Firman Tuhan mengajak kita melalui rasul Paulus yang menasihati orang-orang Kristen Roma, yang mengatakan: “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis” (Rom. 12:15).

3)      Mengasihi saudara-saudara, dalam bahasa Yunani disebut  filadelfoi, yang  berarti memiliki kasih persaudaraan, mengasihi orang lain seperti saudara. Kasih seperti ini berarti memperlakukan orang lain layaknya saudara sekandung. Di dalamnya terdapat unsur tanggung jawab, saling melindungi, saling melengkapi, saling menjaga dan saling membantu sama lain.

4)       Penyayang, dalam bahasa Yunani disebut,  eusplagchnoi,  yang berati  bersikap mesra,  ramah, lemah lembut, berbelas kasih, dan berjiwa penghibur. Sifat ini menekankan “parasianirohaon” , sebagaimana sifat Allah pada dasarnya. Karena Allah adalah penyanyang atau parasi niroha, maka Tuhan Yesus juga menasihakan murid-murid-Nya, supaya menjadi “parasiniroha”, seperti Bapa-Nya yang adalah “parasiniroha”. Ini diwujudkan dalam ketulusan hati membantu orang-orang yang lemah, orang yang susah, orang-orang yang miskin, orang hidup sengsara, agar mereka juga bisa menikmati pengasihan Allah melalui kita.

5)      Rendah hati , dalam bahasa Yunani disebut, tapeinofrones, yang berarti  hidup sederhana, berperilaku sopan santun, dan tidak menganggap diri lebih tinggi dari orang lain. Kerendahan hati adalah sikap yang sangat mulia di mata Tuhan, , karena kesombongan dan tinggi hati sering  menyebabkan kita merendahkan sesama kita. Karena itulah Firman Tuhan mengatakan melalui rasul Petrus (1Petrus5:5b) “Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati”.  

Kesemuanya ini dituntut oleh Tuhan dimiliki oleh semua orang Kristen. Dalam menghadapi tantangan iman dari dunia ini, termasuk tantangan hidup yang keras di lingkungan kita di kota besar ini, kita  perlu hidup dalam persekutuan yang kuat  yang saling menopang satu sama lain. Kehidupan orang Kristen itu begitu indah kalau semua orang Kristen hidup seia sekata, seperasaan, saling-menghasihi saudara-saudara, penayang dan rendah hati. Sikap inilah juga yang dituntut oleh  Tuhan dari masing-masing kita anggota Parsadaan yang kita dirikan. Parsadaan kita  ini akan kuat dan menjadi berkat bagi kita dan lingkungan kita, kalau masing-masing kita  menunjukkan cara hidup utama orang-orang Kristen yang lima tadi.  
Prinsip seia-sekata sulit terwujud, kalau ada  yang memaksakan pendapatnya sendiri dan tidak menerima  pendapat orang lain.Seperasaan sulit di dapat karena kurangnya rasa saling memiliki dalam satu persekutuan, sehingga kurang adanya rasa kepedulian kepada penderitaan sesama.  Saling-mengasihi dan menyayangi saudara, ada kalanya sulit terwujud, jika terjadi sikap acuh tak acuh dan kurang peduli kepada sesama kita. Rendah hati seharusnya menjadi salah satu ciri khas kita sebagai orang Kristen, namun terbentur oleh status kita yang mungkin lebih tinggi sehingga sulit untuk memposisikan diri seperti Yesus yang tidak menjadikan statusnya menjadi alasan untuk kesombongan atau keangkuhan.
Tetapi bagaimanapun marilah kita membiarkan prinsip yang lima tadi  hidup dalam diri kita , dengan memohon kekuatan dan tuntunan Allah melalui Roh Kudus. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin.  (Pdt MSM Panjaitan, MTh )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar