“Palestina” (Tanah Kanan)
sebagai tempat Israel yang lama
sebagai tempat Israel yang lama
dan
pusat penyebaran Injil sampai ke ujung dunia
pusat penyebaran Injil sampai ke ujung dunia
Oleh:
Pdt. M.S.M. Panjaitan M.Th (Pendeta HKBP Emeritus)
Pdt. M.S.M. Panjaitan M.Th (Pendeta HKBP Emeritus)
Secara geografis, Palestina hanya merupakan sebuah daerah yang kecil. Pada masa Yesus, daerah itu hanya berukuran kira-kira 150 mil dari Utara ke Selatan, dan kira-kira 75 mil dari Timur ke Barat. Tetapi walaupun Palestina hanya merupakan sebuah daerah yang sangat kecil, dalam perhubungan internasional posisi daerah ini telah lama merupakan sebuah tempat yang sentral. Palestina adalah tempat yang menghubungkan benua Afrika dan Asia dan juga menghubungkan benua Asia dan Eropa. Karena posisinya yang senteral, maka ada yang menyebut daerah Palestina itu sebagai pusat dunia.
Kitab Perjanjian Lama juga memperlihatkan bahwa daerah Palestina dengan sebutan pada waktu itunTanah Kanan, selain sebagai suatu tempat yang menghubungkan benua Asia dan Afrika, juga telah mempertemukan dua peradaban besar pada waktu itu yakni peradaban Asia yang berpusat di Mesopotamia (Babilonia) dan peraradaban Afrika yang berpusat di lembah Sungai Nil, yakni Mesir. Perjumpaan antara dua peradaban itu terutama terjadi melalui sejarah Israel. Abraham nenek moyang Israel, lahir di Ur Mesopotamia (Kej. 11,31) yang kemudian pindah ke Haran di sebelah Barat Laut dari negeri itu. . Dari sanalah dia mendapat panggilan dari Allah untuk pergi dari negeri itu (Kej.12), dan melalui bimbingan Allah akhirnya dia tinggal di Tanah Kanan ( daerah PalestIna sekarang). Pada suatu waktu karena bala kelaparan yang terjadi di Tanah Kanan, maka dia pernah mengungsi ke Mesir, yang dikenal sebagai satu tempat yang subur. Dia tinggal di sana bersama istrinya Sarah beberapa waktu lamanya. Di kemudian hari setelah dia kembali ke Tanah Kanan, keturunannya yakni Yakob dan anak-anaknya juga pernah mengungsi ke Mesir karena bala kelaparan yang terjadi di Tanah Kanan (Kej. 42). Dalam waktu yang cukup lama (lebih 400 tahun lamanya ) orang-orang Israel tinggal di Mesir sebagai orang asing dan akhirnya menjadi budak orang Mesir.
Suatu peristiwa yang sangat besar dalam sejarah Israel ialah Exodus, yakni keluarnya bangsa itu dari Mesir sekitar tahun 1200 s.M. Dengan melewati gurun pasir Sinai, bangsa itu kembali ke Tanah Kanan, yakni tanah yang dijanjikan Allah untuk kediaman umat Israel. Di Tanah Kanan mereka memulai perjuangan dan pergumulan mereka untuk menjadi satu bangsa yang merdeka. Dalam waktu yang relatif singkat, terutama sesudah pemerintahan Raja Daud (kira-kira tahun 1000 s.M.), mereka telah menjadi sebuah bangsa yang bebas, walaupun pada umumnya masih dicekam oleh rasa takut akan ancaman yang datang dari Mesir dan Babilonia. Negeri Israel adalah negeri yang kecil dan miskin. Hanya sebagian kecil dari negeri itu terdiri dari dataran rendah yang agak subur yakni yang terletak di sebelah tepi pantai. Sedangkan selainnya adalah bukit-bukit batu dan padang pasir yang tandus. Satu hal yang membuat negeri ini penting pada waktu itu ialah posisi dan letaknya yang sangat strategis di mana dari daerah inilah terbentang satu-satunya jalan darat yang menghubungkan kawasan Asia dan Afrika. Tetapi posisinya yang strategis itu telah membuat dirinya sering menghadapi ancaman dari bangsa-bangsa sekitarnya. Misalnya jika Babilonia bergerak melawan Mesir atau sebaliknya, maka negeri itu yang berada di tengah-tengah akan terjepit dalam tekanan perang. Akhir bangsa itu sebagai bangsa yang berdaulat hanya berlangsung sampai tahun 587, di mana pada waktu itu kerajaan Babilonia yang telah menjadi suatu kekuatan besar di Asia menyerbu negeri itu, membakar kota Yerusalem, menghancurkan Bait Suci Israel dan menawan beribu-ribu orang Israel ke Babilonia. Dalam Alkitab peristiwa ini sering disebut sebagai pembuangan Israel ke Babilonia. Dengan demikian sejarah Israel sampai pada waktu itu boleh diringkas : “dari perhambaan Mesir sampai ke pembuangan Babilonia”. Tetapi penulis-penulis kitab PL tidak melihat sejarah Israel dari sudut pandangan seperti itu. Mereka melihat bahwa penderitaan yang dialami oleh negerinya adalah jalan Allah untuk mempersiapkan suatu bangsa yang besar dari diri Allah.
Seperti sudah diuraikan di atas, orang-orang Israel yang pada waktu itu sudah lebih dikenal dengan orang-orang Yehuda, tidak selamanya dalam pembuangan Babel. Tahun 538 mereka telah dibebaskan oleh raja Cyrus dari Persia yang telah berhasil menguasai kerajaan Babilonia. Namun peristiwa pembebasan itu tidak membuat kerajaan Yehuda menjadi kerajaan yang berdaulat, karena walaupun dibebaskan dari Babibolnia., di Tanah Yehuda mereka tetap berada di bawah kekuasaan kerajaan Persia. Kemudian mulai dari tahun 332 s.M. penguasaan kerajaan Yehuda beralih dari kekuasaan Persia (Asia) ke bawah kekuasaan Eropa. Ini dimulai oleh kekuasaan Yunani yang dipimpin oleh Alexander Agung. Pada waktu itu dalam usaha untuk memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke perbatasan India, Alexander Agung juga menggerakkan tenteranya ke arah Selatan, merebut negeri Yehuda dan terus sampai ke Mesir. Di sanalah dia mendirikan sebuah kota yang membawakan namanya sendiri yaitu kota Alexandria. Selama kekuasaan Yunani, kebudayaan Yunani juga disebarkan dan ditanamkan di seluruh wilayah yang dikuasai.
Di kemudian hari kekuasaan beralih lagi ke tangan orang-orang Romawi. Romawi berusaha untuk merebut seluruh wilayah kekuasaan Yunani itu sekaligus mengambil kebudayaan Yunani yang sudah berpengaruh, termasuk pemakaian bahasa Yunani sebagai bahasa yang resmi.
Seperti juga sudah diuraikan di atas, tahun 64 s.M. resmilah seluruh negeri Israel yang lama termasuk Yehuda jatuh ke tangan penguasa Romawi dan menjadikannya sebagai satu Provinsi yang diberi nama Palestina. Sejak itu sampai sekarang negeri itu sudah lebih dikenal dengan nama Palestina. Daerah ini dapat dijadikan sebagai tempat yang menghubungkan propinsi-propinsi Utara dan Selatan dari wilayah kekuasaan Romawi itu. Dengan demikian posisinya yang senteral itu, telah membuat Palestina memainkan peranan yang penting bagi invasi penguasa-penguasa dari tiga benua, yakni Asia, Afrika dan Eropa.
Kitab Kissah Para Rasul memulai sejarah baru, di mana posisi sentral dari Palestina itu telah dipergunakan Allah dengan jalan yang baru. Para rasul sendiri tidak menyadari hal itu pada mulanya, karena setelah kebangkitan Yesus, para murid itu masih mengharapkan bahwa Yesus akan memulihkan kembali kerajaan Israel yang lama (Kis. 1,6). Tetapi Yesus tidak berbicara tentang kerajaan duniawi. Dia mau meluaskan kerajaan Allah yang dibawanya ke seluruh dunia yang dalam hal ini dimulai dari negeri sentral yang kecil itu. Untuk ini peranan dari para rasul yang telah dipilih dan dipersiapkan itu sangat diharapkan untuk dijadikan sebagai saksi-saksi Kristus mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria sampai ke ujung dunia (Kis.1: 8) .
Seperti disaksikan dalam Kitab Kisah Para Rasul, penyebaran Injil dan pengluasan kekristenan telah dimulai dari Yerusalem, menyebar ke Yudea, Samaria, sampai ke seluruh wilayah kekuasaan kekaisaran Romawi yang berpusat di Roma. Untuk itulah para murid Yesus yang dua belas itu, sebagai lambang dari ke dua belas suku Israel yang lama, dipersiapkan oleh Yesus selama hidupnya di dunia ini untuk menjadi rasul yang diutus ke ke berbagai penjuru dunia, bukan hanya ke arah Eropa, tetapi juga ke arah Afrika, dan Asia, yakni daerah Asia Kecil, Mesopotamia, Timur Tengah, sampai Timur Jauh. Menurut tradisi, rasul Thomas, diyakini menjadi penginjil yang sampai ke India.
Dalam perkembangan di kemudian hari, pada zaman modern dari usaha penyebaran Injil, Injil yang semula menyebar dari Palestina ke Eropa, Afrika dan Asia, dan kekristenan itu lebih cepat menjangkau seluruh bangsa di Eropa, maka pekabaran Injil itu lebih cepat menyebar dari Eropa ke berbagai bangsa di dunia ini, yang berbarengan dengan ekspansi sejumlah negara Eropa ke berbagai dunia ketiga di benua Asia, Afrika, dan Amerika. (Pdt MSM Panjaitan MTh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar