Renungan
8 September 2013; Ev. Mat. 7:
15-23; Ep. YOH. 4: 31-42
Melakukan
kehendak Allah
Pada akhir khotbahnya di atas bukit,
Yesus memperingatkan murid-muridNya akan munculnya nabi-nabi palsu yang masuk
ke tengah-tengah jemaat. Mereka menyamar dengan mengenakan bulu domba, tetapi
mereka adalah serigala yang buas. Mereka
berlakon pura-pura baik,
pura-pura hidup suci dan hidup beriman, tetapi hati mereka adalah jahat, ganas dan
buas, yang memangsa orang-orang Kristen atau anggota jemaat itu sendiri. Dari
luar memang para nabi palsu itu kelihatan persis seperti domba, sehingga sulit
untuk membedakan mereka dari domba-domba yang lain.
Nabi-nabi
palsu yang Yesus maksudkan ialah orang-orang yang mengaku diutus oleh Tuhan
memberitakan Firman Tuhan pada hal
sebenarnya tidak. Bisa saja banyak orang yang tertarik kepada mereka dengan
kepura-puraan berlaku sebagai utusan Tuhan yang benar. Tutur katanya yang
bagus, soaranya yang enak di dengar, dan bahkan berusaha meniru-niru perbuatan
Yesus mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, membuat mujizat demi nama
Yesus. Menurut Yesus nabi-nabi
palsu melakukan perbuatan-perbuatan
mereka pada dasarnya bukan untuk membesarkan nama Yesus, tetapi membesarkan
nama mereka sendiri, dengan mencari popularitas mereka sekaligus mencari
kemuliaan dan keuntungan mereka sendiri. Ini juga berhubungan dengan banyaknya
bermunculan belakangan ini orang-orang yang menyebut dirinya sebagai hamba
Tuhan, orang yang mendapat panggilan dari Tuhan untuk memberitakan FirmanNya,
tetapi sering menyalahgunakan kedudukan dan posisi mereka untuk memperkaya diri
sendiri. Dalam menjalankan pekerjaannya mereka sering mengatakan bahwa mereka
menjalankan tugas pelayanan, tetapi pada dasarnya mereka sering berharap bahwa
merekalah yang harus dilayani. Karena kehadiran orang-orang seperti inilah
Yesus memperingatkan murid-muridnya dan orang-orang percaya kepadaNya sepanjang
zaman: “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu”. Untuk membedakan nabi yang benar
dan nabi yang palsu bukan dari kata-katanya, tetapi dari tindakan dan
perbuatannya sehari-hari terhadap
sesamanya. Nabi yang benar adalah orang yang murni menerima tuntunan dari Roh
Kudus, dan tidak cukup hanya mengatakan bahwa
Roh Kudus berdiam dalam dirinya, tetapi harus membuahkan buah-buah roh
seperti yang disebut oleh Rasul Paulus
dalam Galatia 5: 22, yakni: kasih, sukacita, damai-sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan kesetiaan, kelemah-lembutan dan penguasaan diri.
Khotbah
Yesus ini tidak hanya mengingatkan kita supaya waspada terhadap nabi-nabi palsu,
tetapi juga mengingatkan kita supaya jangan ada kepalsuan (munafik) dalam hidup
beribadah kepada Tuhan. Tidak semua
orang yang berseru kepada Yesus: “Tuhan, Tuhan”, masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa yang di sorga. Jadi di sini
jelas terlihat ada relasi dari iman dan perbuatan yang baik, yakni perbuatan
yang melakukan kehendak Allah dengan taat dan takut kepada Tuhan. Kepada
orang-orang yang tidak melakukan kehendak Allah dalam hidupnya, Tuhan Yesus
pada hari penghakiman yang terakhir itu akan mengatakan: “Aku tidak pernah
mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan”. Amin. (msm).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar